Tuesday, November 17, 2020

KELUARGA DALAM PEDIDIKAN ISLAM (Q.S. LUQMAN : 12-19)

 

 KELUARGA DALAM PEDIDIKAN ISLAM (Q.S. LUQMAN :12-19)


Abstract

An Education is a critical need for each country, the government in general and schools in particular. Religious education is more important whereas the role of parents of children is essential during the children’s early education. Thus the first form of education present in family life. Education is nothing but emphasized the concept of Islamic education which makes the problem of servitude to God and obedience to Him become the axis of all life. It should be noted also that the child's physical education is included in the integral part and the education of the soul, mental, and personality. Duties of parents in educating children from childhood is going to introduce children the Lord that create and administer the universe, understand who is the prophet, and understand what is their religion, so that children understood the responsibility living in this world, which is to worship Allah alone by following the sunnah of His Messenger. It is obvious, that Islam tells them to carry out the education of their children, based on the view that children as beings who are growing and developing in the direction of maturity, have the basic skills which are dynamic and responsive to external influences and himself

Keywords: education, family, q.s. luqman

Abstrak

Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap negara, pada umumnya dan sekolah pada khususnya. Terlebih lagi adalah pendidikan agama, dimana orang tua berperan penting dalam pendidikan awal anak. Dengan demikian bentuk pertama pendidikan hadir dalam kehidupan keluarga. Pendidikan tidak lain hanyalah menekankan konsep pendidikan Islam yang membuat masalah penghambaan kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya menjadi sumbu dari semua kehidupan. Perlu dicatat juga bahwa pendidikan jasmani anak termasuk dalam bagian yang tidak terpisahkan dan pendidikan jiwa, mental, dan kepribadian. Tugas orang tua dalam mendidik anak sejak kecil akan memperkenalkan anak-anak akan keberadaan tuhannya, yang membuat dan mengelola alam semesta, memahami siapa nabi, dan memahami agama mereka, sehingga mereka memahami dan mengerti tugas untuk hidup di dunia ini adalah untuk menyembah Allah saja dengan mengikuti sunnah Rasul-Nya. Hal ini jelas, bahwa Islam mengajarkan kepada mereka untuk melaksanakan pendidikan anak-anak mereka, yang didasarkan pada pandangan bahwa anak-anak sebagai makhluk yang sedang tumbuh dan berkembang ke arah kedewasaan, memiliki keterampilan dasar yang dinamis dan responsif terhadap pengaruh eksternal dan dirinya sendiri.

Kata Kunci:  pedidikan, keluarga, q.s. luqman

 

Pendahuluan                                                      

Latar belakang

            Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak lepas dalam pergaulan dengan sesama manusia lainnya. Manusia merupakan bagian dari komunitas manusia lainnya. Aristoteles menyebut manusia sebagai zoon politicon yang dapat mempertegas kedudukan fungsi manusia dalam komunitasnya.

            Pada bagian manusia menurut interaksi sosialnya terbagi menjadi beberapa tingkatan. Mulai dari tingkatan terkecil seperti lingkungan keluarga yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak-anaknya sampai kepada tingkat terbesar yakni lingkungan masyarakat luas yang merupakan gabungan dari banyaknya keluarga menjadi satu pergaulan. Maka dalam pembahasan tulisan ini mengupas tentang lingkungan keluarga dalam islam.

            Semua telah maklum bahwa pendidikan seorang anak manusia yang pertama kali adalah melalui pendidikan di keluarganya. Cerminan pergaulan anak yang akan menjadi pondasi mereka ketika bersikap bisa dipastikan berdasarkan pada pola asuh keuarga dan lingkungan keluarga itu sendiri.

            Seperti contoh perilaku dalam berita ini yang ditulis oleh Aninndhita Maharani pada tanggal 13 juni 2017, tentang “Anak bermasalah jika orang tua sibuk berponsel” yang menggambarkan pola perilaku anak yang menjadi tidak normal dikarenakan perhatian sang orang tua yang tidak lagi berfokus untuk menumbuh kembangkan sang anak mulai bergeser kepada ponsel pintar dalam era modern yang serba digital. Mengutip sebagian berita tentang pola perilaku asuh orang tua terhadap anaknya. “Ada 35 orang tua yang diwawancarai oleh University of Michigan, tentang bagaimana waktu penggunaan gawai berdampak pada anak-anak mereka. Kebanyakan dari mereka mengakui perilaku cari perhatian oleh anak. Anak-anak ternyata tahu kapan mereka mendapat perhatian penuh orang tuanya dan tidak. Jadi, mereka siap beraksi sedemikian rupa untuk mencuri perhatian orang tua dari gawai. Minim interaksi. Saat mata Anda fokus ke layar ponsel, itu sama saja dengan mengasingkan diri. Anda berhenti berkomunikasi dengan anak untuk membalas pesan di whatsapp, membaca surel, atau bahkan sekadar mengecek media sosial. Gangguan teknologi semacam ini akan melemahkan komunikasi dan interaksi, baik itu verbal maupun nonverbal. Ini berarti Anda cenderung kurang menghabiskan waktu melihat, bicara, memeluk, dan mencium anak saat seluruh perhatian terserap pada apapun itu yang ada di layar ponsel.”

Metode Penelitian/Metode Kajian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deksriptif. Penelitian kualitatif adalah metode untuk menyelidiki objek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak sedangkan deskriptif ialah menggambarkan sesuatu dengan deskripsi. Sehingga penelitian kualitatif deksriptif adalah penelitian mengenai objek non eksak yang hasilnya dijelaskan dengan penggambaran dengan jelas.

Metode pengumpulan data menggunakan studi literatur dari beberapa sumber yang relevan dengan kajian. Analisis data yang dilakukan yaitu mengolah dan menganalisis data dengan analisis secara deskriptif-kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah menerangkan dengan jelas mengenai Manusia dan Berbagai Persoalan Sosial : Keluarga dalam Pedidikan Islam

 

Hasil dan Pembahasan

Keluarga dalam Islam merupakan suatu satuan terkecil dalam susunan masyarakat. Dalam islam keluarga dikenal dengan istilah usrah, nasl, ‘ali dan nasb. Garis keluarga dapat diperoleh melalui keturunan, perkawinan, dan persusuan (Muhaimin, 1993:289)

Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama, dimana pendidik yang paling bertanggung jawab terhadap perkembangan seseorang anak adalah orang tua. Karena mereka ditakdirkan menjadi orang tua anak yang dilahirkan. Oleh sebab itu, dimana dan dalam keadaan bagaimanapun mereka harus menempati posisinya.

Menurut Ahmad Tafsir, kunci pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan kalbu (rohani) atau pendidikan agama. Ini disebabkan karena pendidikan agama sangat berperan besar dalam membentuk pandangan hidup seseorang. Pendidikan agama ini diarahkan pada dua arah, yaitu; pertama penanaman nilai dalam arti pandangan hidup, yang kelak akan mewarnai perkembangan jasmani dan akal seorang anak. Kedua, penanaman sikap yang kelak menjadi basis dalam menghargai sesama dan ilmu pengetahuan di sekolah.

Dalam konsep islam, “pendidikan” disebut “tarbiyah” yang mengandung arti “penumbuhan atau peningkatan”. Usaha orang tua dalam rangka menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan potensi anak, tidak terbatas pada upaya menumbuh kembangkan secara fisik semata namun memetingkan pula pertumbuhan, pengembangan dan peningkatan seorang anak agar menjadi manusia yang berkualitas tinggi.

Sejatinya bahwa orang tua dituntut untuk selalu berusaha mendidik anaknya sebaik mungkin. Keseriusan orang tua dalam mendidik anak dapat menentukan kualitas rahmat dari Tuhan. Orang tua tidak boleh lupa bahwa menurut ajaran islam, anak adalah fitnah, yakni cobaan Tuhan kepada kita, selain harta dan benda.

Sebagai pendidik anak-anaknya, ayah dan ibu memiliki kewajiban yang berbeda karena perbedaan kodratnya. Ayah berkewajiban mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarganya dengan cara memanfaatkan karunia Tuhan dimuka bumi sedangkan ibu adalah menjaga, memlihara dan mengelola keluarga dirumah. Terutama mendidik dan merawat. Namun pada dasarnya porsi tanggung jawab ayah maupun ibu sama. Dalam konteksnya saja yang beda.

Secara umum, kewajiban orang tua terhadap anaknya antara lain; 1) mendo’akan anaknya dengan doa yang baik, 2) memelihara anak dari api neraka, 3) menyurukan sholat kepada anaknya, 4) mencintai sepenuh hati anak-anaknya.

        1.     Pokok-Pokok Pendidikan yang Terkandung dalam Surat Luqman Ayat 12-19

Adapun pokok-pokok pendidikan dalam surah Luqman ayat 13-19 , dalam garis besarnya terdiri dari lima aspek yaitu perintah bersyukur, pendidikan Aqidah, pendidikan berbakti (‘ubudiyah), pendidikan kemasyarakatan (sosial), pendidikan mental dan pendidikan akhlak ( budi pekerti ).

a.    Syukur kepada Allah

Pada surah Luqman ayat 12 terdapat pula kata “syukur”. Konsep syukur dalam ayat ini, menyiratkan pemahaman pendidik terhadap dirinya sendiri yang menjadi bagian dari nilai pendidikan, yaitu sebagai salah satu syarat yang harus dimiliki oleh pendidik. Syukur berarti meningkatkan seluruh potensi yang diberikan oleh Allah baik fisik, mental maupun spiritual. Adapun bentuknya, yaitu: Pertama, dengan mengucapkan Alhamdulillah. Kedua, dengan merasakan dan menikmati dengan segenap jiwa dan raga. Ketiga, menjadikannya sebagai pemicu untuk meningkatkan kualitas hidup, ibadah, amal baik dan prestasi. Betapa Maha Besar Allah atas segala nikmat dan karunia-Nya kepada makhluk-Nya yang hidup di muka bumi ini. Baik itu berupa nikmat kesehatan, nikmat iman, yang semua itu tidak dapat diukur dengan suatu apa pun. Syukur itu adalah berupa tanda terima kasih kita kepada Allah dengan pengakuan yang tulus dan mempergunakan nikmat tersebut pada jalan yang diridlai Allah (Qamaruddin, 2002: 388).

b.      Pendidikan pemurnian aqidah (tauhid)

Dalam ayat 13 surat Luqman, Allah mengambarkan tentang wasiat Luqman kepada anaknya, yaitu Luqman bin ‘Anqa bin Sadun, dan nama anaknya Tsaran, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Suhayli dalam tafsir Ibnu Katsir agar anaknya tersebut hanya menyembah Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Ungkapan “lā tusyrik billāh” dalam ayat ini, memberi makna bahwa ketauhidan merupakan materi pendidikan terpenting yang harus ditanamkan pendidik kepada anak didiknya karena hal tersebut merupakan sumber petunjuk ilahi yang akan melahirkan rasa aman.

Pendidikan untuk selalu bersyukur kepada Allah dan pemurnian aqidah serta menjauhkan segala yang bersifat menyekutukan Allah selalu ditanamkan oleh Luqman terhadap anaknya. Ini bertujuan untuk membebaskan manusia dari ketergantungan kepada selain Allah Subḥanahu wa Ta’āla. Sebesar apapun amalan dan maksiat yang dilakukan, Allah akan membalasnya. Dalam hal ini Luqman mengajarkan kepada anaknya untuk mensyukuri nikmat, menyembah Allah dan melarang untuk mempersekutukan-Nya. Dari uraian di atas, jelas bahwa permasalahan tauhid yang diprofilkan melalui pesan Luqman kepada anaknya, dan sekaligus memerintahkannya untuk menjauhkannya. Pesan mulia orang tua kepada anak ini terjadi karena sikap tulus orang tua yang bijaksana terhadap nasib masa depan anaknya. Inilah pesan secara emosional yang sangat menonjol sehingga perlu ditekankan.

c.     Pendidikan berbakti ( Ubudiyah )

Dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 14, menyatakan: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Adapun makna yang dapat diungkap dalam ayat 14 adalah bahwa pendidikan Luqman tidak terbatas pada pendidikan yang dilakukan orang tua kepada anaknya dalam keluarga, karena ayat yang berisi pesan berbuat baik kepada kedua orang tua ini diletakkan di tengah-tengah konteks pembicaraan peristiwa Luqman. Dengan demikian, wasiat Luqman kepada anaknya menjadi dasar bagi pendidikan pada umumnya baik dalam keluarga maupun yang lainnya, yaitu antara lain upaya mendidik anak untuk berbuat baik kepada orang tuanya. Dalam ayat 14 ini materi berbuat baik kepada kedua orang tua disampaikan melalui anjuran untuk menghayati penderitaan dan susah payah ibunya selama mengandung. Metode seperti ini merupakan cara memberi pengaruh dengan menggugah emosional anak, sehingga berdampak kuat terhadap perubahan sikap dan perilaku sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Kematangan dalam aspek emosi atau mental merupakan konsekuensi dari perkembangan pada tatanan psikologis. Emosi merupakan kekuatan pengetahuan dan perasaan dalam jiwa manusia. Setiap hal yang berhunungan dengan perasaan (al-Wujdāniyah) adalah hakikat-hakikat yang diketahui melalui emosi, hal ini merupakan fitrah bagi manusia yang dibawanya sejak lahir.

d.      Pendidikan Kemasyarakatan

Islam sangat memperhatikan pendidikan sosial, karena akan memberikan dampak positif dalam perilaku dan perasaan batin anak yang berdampak pada agama, akhlak, kebiasaan dan emosional anak. Kebaikan lingkungan dan masyarakat sangat bergantung pada kebaikan masing-masing individu, dan ini dapat terwujud setelah orang tua membiasakan tingkah laku dan kebiasaan baikpada anak yang bersumber dari aqidah Islamiyah yang terdiri atas prinsip interaksi yang baik, etika mulia dan keseimbangan pribadi.

Dimensi pendidikan sosial menurut surah Luqman setelah anak dikenalkan konsep akhlak kepada Tuhannya melalui jalan ibadah, dan berbakti kepada kedua orangtuanya, berikutnya diajarkan padanya akhlak dalam konteks kemasyarakatan mencakup etika pergaulan (bertemu), berbicara dan berjalan. Dalam hal ini Luqman berpesan kepada anaknya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Allah Subḥanahu wa Ta’āla memerintahkan manusia agar taat dan mengikuti perintah-Nya dan melarang mereka untuk durhaka, melakukan kemaksiatan, atau melakukan hal-hal yang dilarang dan diharamkan-Nya.

Yang dimaksud dengan pendidikan sosial adalah mendidik anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan perilaku sosial yang utama, dasarnya kejiwaan yang mulia yang bersumber pada akidah islamiah yang kekal dengan kesadaran iman yang mendalam. Agar di tengah masyarakat nanti ia mampu bergaul dan berperilaku sosial yang baik, memiliki keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang bijaksana. Di antara dasar sosial terpenting dalam membentuk perangai dan mendidik kehidupan sosial anak, adalah membiasakan anak sejak kecil untuk melakukan pengawasan dan kritik sosial yang dapat membangun pergaulan dengan setiap individu, meneladani atau memberi teladan yang baik, memberi nasihat kepada setiap individu yang tampaknya menyimpang dan menyeleweng.

e.     Pendidikan Mental dan Akhlak

Dalam ayat 17 terdapat materi pendidikan berupa shalat dan materi sabar, yaitu menerima dengan lapang dada hal-hal yang menyakitkan dan menyusahkan serta menahan amarah atas perlakuan kasar. Kata sabar berasal dari bahasa Arab, yaitu “ṣabara”. Dari segi bahasa sabar berarti menahan dan mencegah.16 Menguatkan makna ini adalah firman Allah dalam Al-Qur’an surat al-Kahfi ayat 28, yang artinya adalah: Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaanNya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.

Para Ulama membagi kesabaran kepada tiga macam, yaitu: a. Sabar dalam ketaatan kepada Allah, karena tabiat manusia enggan untuk beribadah dan berbuat untuk ketaatan disebabkan malas dan kikir. b. Sabar dalam meninggalkan maksiat, terutama maksiat yang sangat mudah dilakukan seperti mengupat, mencela dan sebagainya. c. Sabar dalam menghadapi ujian Allah, seperti mendapatkan musibah baik bersifat materi maupun immateri. Termasuk pula dalam kategori ini, sabar dalam menerima cobaan-cobaan yang menimpa jasmani seperti penyakit, penganiayaan dan semacamnya. Kedua sabar rohani menyangkut kemampuan menahan kehendak nafsu yang dapat mengantar kepada kejelekan-kejelekan seperti sabar menahan amarah atau menahan nafsu seksual yang bukan pada tempatnya.

Mendidik anak dengan baik dan benar dan mengajarinya budi pekerti yang luhur merupakan tugas dan tanggung jawab yang berada di puncak ayah dan ibu. Di lain pihak, adalah hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang benar tersebut. Anak sangat memerlukan perhatian dan pengawasan ketat dari orangtuanya. Dalam surat Luqman ayat 14-19, terdapat beberapa contoh dimensi pendidikan akhlak yang diajarkan, yaitu: a. Akhlak terhadap orang tua; b.Akhlak terhadap orang lain; c. Akhlak dalam penampilan diri.

 

 

Kesimpulan

            Pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang berada dijalur pendidikan luar sekolah. Lembaga pendidikan keluarga adalah keluarga itu sendiri, yang unsur-unsurnya terdiri atas ayah, ibu dan anak. Hal-hal yang diajarkan dalam pendidikan keluarga adalah penanaman keyakinan agama, nilai budaya dan moral. Orang tua wajib bertanggung jawab penuh atas anaknya.

Daftar Pustaka

Qamaruddin, Saleh. 2002. Ayat-Ayat Larangan dan Perintah Dalam Al-Qur’an. Bandung: Diponegoro.

Abdul Aziz, Abdullah bin. 2006. Cara Mudah Memahami Tauhid, terj. Bani Syarbaini. Jakarta: Pustaka Attazkia.

Tafsir, Ahmad. 2005.  Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Al-Maghribi. 2004. Begini Seharusnya Mendidik Anak, terj. Zainal Abidin. Jakarta: Darul Haq.

https://media.neliti.com/media/publications/122664-ID-keluarga-sebagai-lembaga-pertama-pendidi.pdf diakses pada tanggal 3 Mei 2018

 

 

No comments:

Post a Comment