Thursday, November 12, 2020

KALIMAT EFEKTIF

 

KALIMAT EFEKTIF

BAB I

PENDAHULUAN

a.       LATAR BELAKANG

 

Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan juga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat. Jika gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86). Dikatakan berdasarkan kaidah, berarti sebuah kalimat sekurang-kurangnya harus memiliki unsur subjek dan predikat.[1]

Dalam karangan ilmiah sering dijumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.

 

b.      RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1.      Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?

2.      Sebutkan unsur-unsur kalimat!

3.      Apa saja prinsip-prinsip kalimat efektif?

4.      Apa ciri – ciri kalimat efektif?

c.       Tujuan  

1.      Agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunakan bahasa Indonesia sehingga menjadi baik dan benar.

2.      Mengetahui apa dan bagaimana penggunaan kalimat efektif dalam berbahasa.

3.      Mengetahui ciri-ciri dari kalimat efektif

BAB II

PEMBAHASAN

 

1.      PENGERTIAN

 Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan kembali gagasan atau pikiran pada diri pendengar atau pembaca, seperti apa yang ada dalam pikiran dan benak pembicara atau penulisnya. Jadi dengan kalimat efektif, ide atau gagasan penulis atau pembicara itu akan dapat diterima secara utuh.

Kalimat yang baik dan benar dapat memudahkan orang lain untuk memahaminya. Kalimat yang baik haruslah mengikuti kaidah-kaidah tata bahasa, pilihan kata (diksi), penalaran dan keselarasan. Kelengkapan unsur sebuah kalimat sangat menentukan kejelasan sebuah kalimat. Kalimat  yang demikian disebut kalimat efektif. Sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakilinya secara segar, dan sanggup menarik perhatian pembaca dan pendengar apa yang dibicarakan.

 Agar pembaca tertarik pada apa yang disampaikan, maka sebuah kalimat efektif harus disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang dapat menyampaikan gagasan atau pikiran secara tepat. Sebagai sarana komunikasi, setiap kalimat terlibat dalam proses penyampaian dan penerimaan. Apa yang disampaikan dan apa yang diterima itu mungkin bersifat ide, gagasan, pesan, pengertian, atau informasi. Kalimat dikatakan efektif jika mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan berlangsung sempurna. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa hakikat kalimat efektif yaitu apabila kita akan membuat kalimat yang baik dan benar harus berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku dan kalimat tersebut mudah dipahami oleh orang lain.[2]

2.      UNSUR KALIMAT:

Unsur kalimat adalah fungsi sintakis yang dalam buku – buku tata bahasa lama biasa disebut jabatan kata dalam kalimat, yaitu subjek (s), predikat (p), objek (o), pelengkap (pel), dan keterangan (ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Fungsi unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam kalimat tidak wajib hadir.

 

1.      Predikat

Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subyek (pelaku). Selain menyatakan atau perbuatan subjek (S), sesuatu yang dinyatakan oleh P dapat pula mengenai sifat, situasi, status, ciri, atau adjektiva, tetapi dapat juga nomina atau frasa nominal. Predikat dalam kalimat berfungsi: (1) membentuk kalimat dasar, kalimat tunggal, kalimat luas, kalimat majemuk (2) menjadi unsur penjelas, yaitu memperjelas pikiran atau gagasan yang diungkapkan dan menentukan kejelasan makna kalimat, (3) menegaskan makna, (4) membentuk kesatuan pikiran, dan (5) sebagai sebutan.

Perhatikan contoh berikut.

·         Ibu sedang tidur siang

·         Putrinya  cantik jelita

·         Kota Jakarta dalam keadaan aman

·         Kucingku belang tiga

·         Sutan mahasiswa baru

Kata kata yang dicetak miring, tidur siang, cantik jelita, dalam keadaan aman, belang tiga, mahasiswa baru adalah predikat yang memberitahukan atau menjelaskan bagaimana atau apa yang dilakukan masing-masing pelaku atau subjek setiap kalimat tersebut.

2.      Subjek

Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjukan pelaku, sosok (benda), suatu hal, atau masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Keberadaan subjek dalam kalimat berfungsi: (1) membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat majemuk (2) memperjelas makna, (3) menjadi pokok pikiran, (4) menegaskan (memfokuskan) makna, (5) memperjelas pikiran ungkapan, dan (6) membentuk kesatuan pemikiran. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.

·         Meja direktur besar

·         Ayahku sedang melukis

·         Yang berbaju batik dosen saya

·         Berjalan kaki menyehatkan badan

·         Membangun jalan layang sangat mahal

Kata- kata yang dicetak miring pada contoh di atas adalah subjek. Bagian yang menunjukan pelaku diisi oleh kata frasa, meja direktur dan ayahku, yang diisi klausa, yang berbaju batik, dan yang diisi frase verbal, berjalan kaki dan membangun jalan layang.

 

3.      Objek

Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat. Objek pada umunya diisi oleh nomina, frasa nominal atau klausa. Letak objek selalu dibelakang predikat yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya objek seperti pada contoh dibawah ini.

·         Nani menimang ...

·         Arsitek merancang ...

·         Juru masak menggoreng ...

Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh kalimat di atas adalah predikat yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang melengkapi predikat bagi ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.

Contoh:

·         Nani menimang bayi

·         Arsitek merancang bangunan

·         Juru masak menggoreng ayam

Ada dua macam objek, yaitu:

a.       Objek penderita

Kata benda atau yang dibendakan baik berupa kata maupun kelompok kata yang merupakan sasaran langsung dari perbuatan atau tindakan yang dinyatakan oleh subjek:

Contoh: Raihan mencoret-coret tembok. (objek penderita)

b.      Objek Penyerta

Objek yang menyertai subjek dalam melakukan atau mengalami sesuatu.

Contoh: Atim membelikan adiknya komputer baru. (objek penyerta)

 

 

4.      Pelengkap

Pelengkap (Pel) atau komplen adalah bagian yang melengkapi predikat. Letak Pelengkap umumnya di belakang berupa verba, posisi itu juga ditempati objek, dan jenis kata yang mengisi pelengkap dan objek juga sama, yaitu dapat berupa nominal, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara pelengkap dan objek terdapat perbedaan.

Perhatikan contoh berikut:

·         Indonesia berdasarkan Pancasila

·         Gamelan merupakan kesenian tradisional

Kalimat diatas adalah kalimat aktif dengan pelengkap kata Pancasila dan kesenian tradisional. Posisi kata pancasila dan kesenian tradisional tidak bisa dipindahkan seperti halnya objek pada kalimat pasif. Pancasila dilandasi Indonesia dan kesenian tradisional dirupakan gamelan adalah kalimat yang tidak gramatikal. Hal hal lain yang membedakan pelengkap dan objek adalah jenis pengisiannya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, pelengkap dapat pula diisi oleh frasa adjektival.

 Hal lain yang membedakan pelengkap dan objek adalah jenis pengisiannya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nomina dan frasa nominal, pelengkap dapat pula diisi oleh frasa adjektiva  dan frasa preposisional. Disamping itu, letak pelengkap tidak selalu persis di belakang objek sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel.

Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat:

 

5.      Keterangan

Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang bagian kalimat yang lainya. Unsur keterangan dapat berfungsi menerangkan S,P,O dan Pel. Posisinya bersifat manasuka, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket. Adalah frasa nominal, frasa profesional, adverbia, atau klausa.

Dalam contoh dibawah, bagian yang dicetak miring adalah ket:

·         Keterangan Penyebaban

Contoh: Karena malas belajar, mahasiswa tidak lulus.

·         Keterangan Cara

Contoh: Polisi menyelidiki masalah itu dengan hati-hati.

 

·         Keterangan Tujuan

Contoh: Anak yang baik itu rela berkorban demi orang tuanya.

·         Keterangan Tempat

Gita Gutawa akan konser di Singapura.

·          Keterangan Alat

Contoh: Dalam drama itu, Hadi memukul Reza dengan panci.

·         Keterangan Waktu

Contoh: Dani akan kembali ke Solo pukul 23.00 WIB.

·         Keterangan tujuan

Contoh: Kita harus rajin berolahraga agar sehat.

 

 

3.      PRINSIP-PRINSIP EFEKTIFITAS KALIMAT

Prinsip pertama yang harus dikuasai oleh seseorang agar dapat mengonstruksi kalimat yang efektif adalah bahwa kalimat itu harus disusun dengan  mempertimbangkan dan mempertimbangkan dan memperhitungkan kesepadanan bentuk atau kesepadanan strukturnya.

Prinsip kesepadanan struktur itu diantaranya terlihat dari:

1)      Adanya kejelasan subjek.

2)      Tidak adanya subjek ganda.

3)      Tidak adanya kesalahan dalam pemanfaatan konjungsi intrakalimat dan konjungsi antar kalimat.

4)      Adanya kejelasan predikat kalimat. Kejelasan subjek dapat dijamin dari tidak ditempatkannya preposisi atau kata depan di depan subjek kalimat.

 

4.      CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF

 

1)      Kesepadanan Struktur

Kesepadanan struktur adalah keseimbangan antara gagasan atau pikiran dan struktur bahasa yang digunakan. Adapun kesepadanan struktur ditunjukkan oleh kejelasan kehadiran subjek dan predikat tidak adanya subjek yang ganda, tidak adanya konjungsi intra kalimat yang digunakan dalam kalimat tunggal, dan tidak adanya kata ‘yang’ di depan predikat. Kalimat – kalimat yang ditunjukan berikut ini semuanya tidak benar karena menyalahi ketentuan kesepadanan pikiran dan kesepadanan struktur yang disampaikan di depan itu.

Bentuk salah:

-          Kepada para peserta diskusi dipersilahkan masuk.

-          Sebab gubernur tidak menyetujui usulan

-          Mereka yang menuntut keadilan

Bentuk disunting:

-          Para peserta diskusi dipersilahkan  masuk

-          Gubernur tidak menyetujui usulan

-          Mereka menuntut keadilan

 

2)      Keparalelan Bentuk

Keparalelan bentuk adalah kesamaan atau keparalelan bentuk kata atau frasa yang digunakan dalam sebuah kalimat. Artinya, jika dalam konstruksi yang beruntun pada kalimat, bentuk yang pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga pasti menggunakan nomina. Demikian juga kalau bentuk yang pertama menggunakan adjektif, bentuk yang kedua, ketiga, dan yang seterusnya juga harus menggunakan adjektif. Dibawah ini adalah kasus – kasus kebahasaan yang berkaitan dengan keparalelan tersebut pada kalimat berikut ini:

Bentuk salah:

-          Harga BBM minggu ini segera dibukukan dan kenaikkan secara luwes

Bentuk disunting:

-          Harga BBM minggu ini segera dibukukan dan dinaikkan  secara luwes

 

3)      Ketegasan Makna

Ciri ketegasan makna itu adalah bahwa perlakuan penonjolan pada gagasan  pokok kalimat tersebut. Dengan perkataan lain, gagasan yang hendak ditonjolkan itu harus diletakkan pada posisi depan  pada sebuah kalimat. Akan mudah ditemukan secara langsung oleh pembaca, yakni dengan mengidentifikasi bentuk kebahasaan yang ditonjolkan itu.

Berikut ini adalah beberapa contoh kalimat yang telah memenuhi standar penegasan makna itu:

-          Saya suka kecantikanya, saya suka kelembutannya, saya suka senyumnya

-          Dialah  pelaku pembunuhan 7 gadis di Surabaya tahun lalu.

 

4)      Kehematan Kata

Ciri kalimat efektif yang keempat adalah ‘kehematan kata’. Akan tetapi, juga harus diingat di sini bahwa tidak selalu yang hemat kata – kata, yang  pendek bentuknya, pasti bersifat efektif. Jadi, prinsip ketercukupan dalam pemakaian bentuk – bentuk kebahasaan rasa sangat penting ditekankan di sini. Artinya, jika memang tuturan itu dibuat pendek kenapa harus dibuat berpanjang panjang.

Lazimnya di dalam sebuah kalimat harus ada:

1)      Penghilangan pengulangan subjek

2)      Penghilangan superordinat

3)      Penghindaran kesinoniman

 

Bentuk salah:

-          Saat ini, Sally memakai baju berwarna  merah jingga

-          Banyak anak – anak berkeliaran di jalan menuju lokasi kejadian

-          Dia sedang mengambili buku dimejanya

 

Bentuk disunting:

-          Saat ini, Sally memakai baju merah jingga

-          Banyak anak berkeliaran di jalan menuju lokasi kejadian

-          Dia sedang mengambil buku di mejanya

 

5)      Kecermatan dan Kesantunan

Persoalan kecermatan di dalam  pemakaian bentuk – bentuk kebahasaan adalah persoalan yang sangat tidak mudah untuk diselesaikan. Banyak kesalahan kebahasaan yang dilakukan oleh para penulis, peneliti, dan penyunting bahasa, yang kadang kala sumber pokoknya  adalah pada masalah ketidaktelitian dalam memerantikan bentuk – bentuk kebahasaan yang demikian itu.

Adapun yang dimaksud dengan kecermatan bahasa itu pada intinya adalah kehati– hatian dalam menyusun kalimat dsan bentuk–bentuk kebahasaan yang lain sehingga hasilnya tidak akan menimbulkan tafsir ganda.

Bentuk salah:

-          Yang diceritakan buku itu menceritakan para putri raja

-          Banjir di Jakarta membanjiri wilayah perbelanjaan

-          Wajahmu norak seperti hantu kesiangan

Bentuk disunting:

-          Buku itu menceritakan para putri raja

-          Banjir di Jakarta meluapi wilayah perbelanjaan

-          Wajahmu kurang menarik

 

6)      Kepaduan Makna

Adapun yang dimaksud dengan ‘padu’ adalah ‘bersatu’. Dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa bentuk kebahasaan yang ‘padu’ adalah bentuk kebahasaan yang tidak ‘terpecah – pecah’ atau bentuk kebahasaan yang ‘bersatu’. Kebersatuan atau kepaduan bentuk –bentuk kebahasaan demikian itu jelas sekali akan sangat berpengaruh terhadap makna atau maksud sebuah  bentuk kebahasaan.

Bentuk salah:

-          Kita harus memperhatikan daripada kehendak rakyat

-          Rapat pimpinan hari ini membicarakan tentang kenaikan upah karyawan

Bentuk disunting:

-          Kita harus memperhatikan kehendak rakyat

-          Rapat pimpinan hari ini membicarakan kenaikan upah karyawan

 

7)      Kelogisan Makna

Kelogisan makna sangat berkaitan dengan ‘nalar’, maka sesungguhnya dapat dikatakan pula bahwa kalimat yang logis itu sesungguhnya adalah kalimat yang bernalar. Kalimat bernalar adalah kalimat yang ide atau gagasanya sejalan dengan akal dan nalar yang benar dan berlaku universal.

Bentuk salah:

-          Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini dengan..

-          Kepada Bapak Direktur, waktu dan tempat dipersilahkan

-          Disini dijual sup buntut, sup brenebon, dan kaki sapi

Bentuk disunting:

-          Untuk menghemat waktu, kita teruskan acara ini dengan..

-          Bapak Direktur, waktu dan tempat dipersilahkan

-          Di sini dujual sup buntut, sup brenebon, dan sup kaki sapi

BAB III

PENUTUP

4.1  Kesimpulan

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.

Unsur-unsur dalam kalimat meliputi: subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).

Ciri-ciri kalimat efektif yaitu: Kesepadanan, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan kelogisan.

 

4.2  Saran

Pada kenyataannya, pembuatan makalah ini masih bersifat sangat sederhana. Serta dalam penyusunan makalah ini pun masih memerlukan kritikan dan saran bagi pembahasan materi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo.

Rahardi, R. Kunjana. 1996.  Bahasa Indonesia Untuk Karang  Mengarang. Yogyakarta : Erlangga.

Sri Nugraheni, Anindtya. 2019. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi Berbasis Pembelajaran Aktif. Jakarta: Prenadamedia Group.

Wibowo, Wahyu. 2003. Manajemen Bahasa Pengorganisasian Karangan Pragmatik dalam Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa dan Praktisi Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.



[1] Wahyu Wibowo, Manajemen Bahasa: Pengorganisasian Karangan Pragmatik dalam Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa dan Praktisi Bisnis,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 19.

[2] Ahmad Bahtiar, Nuryani, dan Syihaabul Huda, Khazanah Bahasa: Memaknai Bahasa Indonesia dengan Baik dan Benar, (Bogor: Penerbit IN MEDIA), hlm.80.

No comments:

Post a Comment