Sunday, May 31, 2020

MANAJEMEN DAN PENILAIAN KINERJA

MANAJEMEN DAN PENILAIAN KINERJA


BAB I

PENDAHULUAN 

1.1. Latar Belakang

Sebagai salah satu cabang ilmu social, teori dan penerapan ilmu manajemen telah menyentuh keselurh jenis organisasi dan seluruh aspek kehidupan, dari yang sifatnya pribadi hingga Negara.[1] Manajemen biasanya diartikan sebagai proses mencapai hasil melalui dan dengan orang lain dengan memaksimumkan pendayagunaan sumber daya yang tersedia.[2]

Manajemen merupakan suatu proses yang sangat dibutuhkan dalam dunia perusahan, karena dalam proses manajemen terdapat langkah-langkah atau tahapan dalam mencapai tujuan perusahaan sehingga dapat mencapai tujuan tersebut secara efektif dan efisien.

Selain proses manajemen yang perlu diperhatikan dalam sebuah instansi atau organisasi, kinerja dalam sebuah instansi juga perlu diperhatikan. Karena, kinerja merupakan hasil kerja dan juga penilaian atas kerja seseorang yang berkecimpung dalam dunia kerja sebuah instansi. Oleh karenanya, kinerja juga membutuhkan manajemen, agar hasil yang diperoleh atau kinerja dari para pekerja atau karyawan dapat mencapai hasil yang ditujukan oleh perusahaan.

Saat ini perusahaan menghadapi banyak tantangan dari lingkungan. Perubahan-perubahan terjadi begitu cepat dan kadang-kadang tidak dapat diduga. Perubahan-perubahan ini antara lain dalam bidang ekonomi, teknologi, pasar dan persaingan. Perubahan ini mengharuskan perusahaan untuk mengubah semua kebiasaan yang sudah dilakukan selama ini untuk menghadapi tingkat persaingan yang tinggi dan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan baru dalam mengevaluasi kinerja karyawan yang dikenal dengan Manajemen Kinerja (Performance Management).

Melaksanakan manajemen kinerja akan memberikan manfaat bagi organisasi, tim, dan individu. Manajemen kinerja mendukung tujuan menyeluruh organisasi dengan mengaitkan pekerjaan dari setiap pekerja dan manajer pada keseluruhan unit kerjanya.

 

1.2. Rumusan Masalah

a.    Apa pengertian penilaian kinerja?

b.    Apa saja kriteria pekerjaan dan standar kinerja?

c.    Apa fungsi atau kegunaan penilaian kinerja?

d.   siapa pelaku penilaian dan apa yang dimaksud dengan penilaian multi sumber?   

1.3. Tujuan Penulisan Makalah

a.       Agar mampu memahami pengertian penilaian kinerja

b.      Agar mampu memahami kriteria pekerjaan dan standar kinerja

c.       Agar mampu memahami fungsi atau kegunaan penilaian kinerja

d.      Agar mengetahui siapa pelaku penilaian dan apa yang dimaksud dengan penilaian multi sumber.

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1. Pengertian Penilaian Kerja

Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan ketrampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuannya.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan perusahaan adalah dengan cara melihat hasil penilaian kinerja. Sasaran yang menjadi objek penilaian kerja adalah kecakapan, kemampuan karyawan dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas yang dievaluasi dengan menggunakan tolak ukur tertentu secara objektif dan dilakukan secara berkala. Dari hasil penilaian dapat dilihat kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh kinerja karyawan dengan hasil kerja konkret yang dapat diamati dan dapat diukur.

Penilaian kerja mengacu suatu sistem formal dan terstruktur yang digunakan untuk mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku, dan hasil, termasuk tingkat ketidak hadiran. Dalam praktiknya istilah penilaian kerja (performance appraisal) dan evaluasi kinerja kerja (performance evaluation) dapat digunakan secara bergantian atau bersamaan karena pada dasarnya mempunyai maksud yang sama.  Penilaian pekerja digunakan perusahaan untuk menilai kinerja karyawannya atau mengevaluasi hasil pekerjaan karyawan.

Apabila penilaian kinerja dilakukan dengan benar, para karyawan, para penyedia, departemen SDM dan akhirnya perusahaan akan diuntungkan dengan adanya kepastian bahwa upaya-upaya individu memberikan kontribusi kepada fokus strategi perusahaan.  Selainitu, penilaian kinerja diartikan pula sebagai sebuah mekanisme yang baik untuk mengendalikan karyawan.

Dari beberapa pengertian diatas terdapat perbedaan yang mendasar tentang penilaian kinerja. Ada pengertian yang mengatakan memposisikan karyawan pada sub ordinat dan dikendalikan, sebaliknya ada pemahaman bahwa karyawan dianggap sebagai factor produksi yang harus dimanfaatkan secara produktif. Sedangkan pada pengertian bahwa karyawan di posisikan sebagai asset utama perusahaan, karyawan harus dipelihara dengan baik dan diberikan kesepakatan berkembang.

Sebagai karyawan tentunya menginginkan adanya umpan balik mengenai prestasi mereka sebagai suatu tuntunan untuk prilaku di kemudian hari. Tuntunan ini terutama diinginkan oleh para karyawan baru yang sedang berusaha memahami tugas dan melaksanakan kewajiban di lingkungan kerja mereka. Sementara itu para supervisor atau manajer memerlukan penilaian prestasi kerja untuk menentukan apa yang harus dilakukan. Kinerja karyawan mereka dibandingkan dengan standar-standar yang telah ditentukan sehingga dengan demikian mereka dapat menuntut hasil-hasil yang diinginkan serta mengambil tindakan-tindakan korektif terhadap kinerja yang kurang.

Instrument penilaian kinerja dapat digunakan untuk mereview kinerja, peringkat kinerja, penilaian kinerja, penilaian karyawan, dan sekaligus evaluasi karyawan sehingga dapat diketahui mana karyawan yang mampu melaksan akan pekerjaan secara baik, efisien, efektif, dan produktif sesuai dengan tujuan perusahaan.

Sementara itu, departemen SDM dapat menggunakan informasi yang diperoleh dari penilaian kinerja karyawan. Pola yang dapat dilihat dari hasil-hasil penilaian kinerja memberikan umpan balik tentang keberhasilan rekruitmen, seleksi karyawan, penempatan karyawan pelatihan dan lain-lain yang berkaitan dengan SDM. Penilaian-penilaian informal sehari-hari yang dilakukan para supervisor atau manajer atas karyawan-karyawan mereka biasa belum cukup, sehingga mereka memerlukan penilaian-penilaian yang formal dan sistematis untuk dapat membantu para manajer atau departemen SDM mengambil keputusan untuk penggajian, upah, penempatan, dan keputusan lainnya.[3]

 

2.2. Kriteria Pekerjaan dan Standar Kinerja

A. Kriteria Pekerjaan

Menurut Muchtar Luthfi dari Universitas Riau,  seseorang disebut memiliki profesi bila ia memenuhi delapan criteria dan selanjutnya ditambah dua criteria lainnya oleh Finn sebagai berikut :

1.      Profesi harus mengandung keahlian

Artinya, suatu profesi itu mesti ditandai oleh suatu keahlian yang khusus untuk profesi itu. Keahlian itu tidak dimiliki oleh profesi lain. Keahlian itu diperoleh dengan cara mempelajarinya secara khusus. Dan perlu digaris bawahi profesi bukan diwarisi.

2.      Profesi dipilih karena panggilan hidup dan dijalani sepenuh waktu

Artinya, profesi dipilih karena dirasakan sebagai kewajiban, sepenuh waktu yang artinya dijalani dalam jangka yang panjang bahkan seumur hidup bukan part time, melainkan full time. Bukan dilakukan sebagai pekerjaan sambilan atau pekerjaan sementara yang akan ditinggalkan bila ditemukan pekerjaan lain yang dirasakan lebih menguntungkan.

3.      Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal

Artinya, profesi itu dijalani menurut aturan yang jelas, dikenal umum, teorinya terbuka. Secara universal pegangannya itu diakui

4.      Profesi adalah untuk masyarakat, bukan untuk diri sendiri

Maksudnya ialah profesi itu merupakan alat dalam mengabdikan diri kepada masyarakat,  bukan untuk kepentingan diri sendiri seperti untuk mengumpulkan uang atau mengejar kedudukan.

5.      Profesi harus dilengkapi dengan kecakapan diagnostic dan kompetensi aplikasi

Kompetensi dan kecakapan itu diperlukan untuk meyakinkan peran profesi itu terhadap kliennya. Kecakapan diagnostic sudah jelas kelihatan pada profesi kedokteran, akan tetapi, kadang kala ada profesi yang kurang jelas kecakapan diagnostiknya.  Ini tentu disebabkan oleh belum berkembangnya teori dalam profesi itu. Kompetensi aplikatif adalah kewenangan menggunakan teori-teori yang ada dalam keahliannya. Penggunaan itu harus didahului oleh diagnosis. Seseorang yang tidak mampu mendiagnosis tentu tidak berwenang melakukan apa-apa terhadap kliennya.

6.      Pemegang profesi memiliki otonomi dalam melakukan tugas profesinya

Otonomi ini hanya dapat dan boleh diuji atau dinilai oleh rekan-rekan seprofesinya. Tegasnya, tidak boleh semua orang berbicara dalam semua bidang yang bukan keahliannya.

7.      Profesi mempunyai kode etik, disebut kode etik profesi

Gunanya ialah untuk dijadikan pedoman dalam melakukan tugas profesi. Kode etik itu akan bermanfaat bila tidak diakui oleh pemegang profesi dan masyarakat.

8.      Profesi harus mempunyai klien yang jelas, yaitu orang yang membutuhkan layanan

Klien disini maksudnya ialah pemakai jasa profesi atau disebut pelanggan. Contoh pemakai profesi kedokteran adalah orang sakit atau orang yang tidak ingin sakit. Klien guru adalah murid, klien tukang las adalah pemilik barang yang perlu dilas. Demikian selanjutnya.

9.      Profesi memerlukan organisasi profesi yang kuat

Gunanya adalah untuk keperluan meningkatkan mutu dan memperkuat profesi itu sendiri.

10.  Profesi harus mengenali dengan jelas hubungannya dengan profesi lain

Pengenalan ini terutama diperlukan karena adakalanya suatu garapan melibatkan lebih dari satu profesi dan bahkan sebenarnya tidak ada aspek kehidupan yang hanya ditangani oleh satu profesi saja. Misalnya, profesi pengobatan bersangkutan erat dengan masalah-masalah kemasyarakatan, ekonomi, agama bahkan politik.[4]

B. Standar Kinerja

Minimal sebuah standar kinerja, harus berisi dua jenis informasi dasar tentang apa yang harus dilakukan dan seberapa baik harus melakukannya. Standar kinerja merupakan identifikasi tugas pekerjaan, kewajiban, dan elemen kritis yang menggambarkan apa yang harus dilakukan. Standar kinerja terfokus pada seberapa baik tugas dilaksanakan.

Agar berdayaguna, setiap standar/criteria harus dinyatakan secara cukup jelas sehingga manajer dan bawahan atau kelompok kerja mengetahui apa yang diharapkan dan apakah telah tercapai atau tidak. Standar haruslah dinyatakan secara tertulis dalam upaya menggambarkan kinerja yang sungguh-sungguh memuaskan untuk tugas yang kritis maupun yang tidak kritis.

Hal ini dikarenakan bahwa tugas pekerjaan dan standar kinerja saling berkaitan, adalah praktik yang lazim mengembangkannya pada waktu yang bersamaan. Apapun metode analisis pekerjaan yang digunakan haruslah memperhitungkan aspek kuantitatif kinerja. Lebih lanjut, setiap standar harus menunjuk pada aspek spesifik pekerjaan.

Tampaknya lebih mudah mengukur kinerja terhadap standar yang dapat digambarkan dalam istilah kuantitatif. Sungguh pun demikian, pekerjaan manajerial memiliki sebuah komponen tambahan. Yaitu, disamping hasil yang merefleksikan kinerja manajer itu sendiri, hasil yang lainnya mencerminkan kinerja unit organisasional yang menjadi tanggung jawab manajer bersangkutan.

1.      Setelah diketahui secara rinci uraian sistematis tentang tanggung jawab dan operasi setiap pekerjaan dalam organisasi rincian pekerjaan, selanjutnya perlu ditetapkan standar kinerja.

2.      Dalam rumus, maka prestasi dapat diukur dengan cara berikut:    

3.      Kenyataan, karena kesulitan penelitian dan penentuan standard waktu dan penentuan standard kinerja, maka biasanya menggunakan dasar pengalaman, penilaian dan rata-rata yang telah dicapai sebelumnya oleh karyawan yang dianggap terampil bekerja.[5]

 

2.3. KegunaanPenilaian Kerja

`Penilaian kerja dapat menjadi dasar membedakan pekerjaan yang efektif dan tidak efektif. Secara spesifik kegunaan sistem penilaian kerja yaitu:

a)      Meningkatkan prestasi kerja.

Dengan adanya penilaian, baik pimpinan maupun karyawan memperoleh umpan balik dan mereka dapat memperbaiki pekerjaan atau prestasinya.

 

b)      Memberi kesempatan kerja yang adil.

Penilaian akurat dapat menjamin karyawan memperoleh kesempatan menempati sisi pekerjaan sesuai kemampuannya.

 

c)      Kebutuhan pelatihan dan pengembangan.

Melalui penilaian kinerja, terdeteksi karyawan yang kemampuannya rendah sehingga memungkinkan adanya program pelatihan untuk meninkatkan kemampuan mereka.

 

d)     Penyesuaian kompensasi.

Melalui penilaian, pimpinan dapat mengambil keputusan dalam menentukan perbaikan pemberian kompensasi dan sebagainya.

 

e)      Keputusan promosi dan demosi.

Hasil penilaian kinerja dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk mempromosika atau mendemosikan karyawan.

 

f)       Mendiagnosis kesalahan desain pekerjaan.

Kinerja yang buruk mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam desain pekerjaan.

 

g)      Menilai proses rekrutmen dan seleksi.

Kinerja karyawan baru yang rendah dapat mencerminkan adanya penyimpangan proses rekruitmen dan seleksi.[6]

 

2.4. Pelaku Penilaian dan Penilaian Multisumber

Penilaian kinerja dapat dilakukan oleh siapapun yang mengetahui dengan baik kinerja dari karyawan secara individual. Kemungkinannya adalah sebagai berikut:

A. Penilaian Supervisor Kepada Bawahannya.

Penilaian tradisional atas karyawan oleh supervisor didasarkan pada asumsi bahwa supervisor langsung adalah orang yang paling memenuhi syarat untuk mengevaluasi kinerja karyawan secara realistis dan adil. Untuk mencapai tujuan ini beberapa supervisor menyimpan catatan kinerja mengenai pencapaian karyawan mereka. Catatan ini menyediakan conto spesifik untuk digunakan ketika menilai kinerja.

B. Penilaian Oleh Diri Sendiri

Dua faktor utama yang mempengaruhi validitas penilaian oleh diri sendiri  (self-appraisal) adalah : (1) Karakteristik tertentu dari orang yang melakukan evaluasi diri, dan (2) kondisi tempat penilaian dilakukan. Penilaian oleh diri sendiri akan bermanfaat jika dikontraskan dengan penilaian atasan dalam menyediakan umpan balik bagi pegawai.[7]

C. Penilaian Bawahan

Bawahan cenderung memberikan perspektif yang berbeda dengan perspektif penyelia maupun pegawai itu sendiri. Ini tidak berarti bahwa penilaian bawahan itu akurat dalam kenyataannya, karena kecenderungannya untuk terkontaminasi oleh pola persahabatan atau keinginan untuk mengalah dari atau menyamai atasannya, penilaian oleh bawahan biasanya kurang tepat digunakan dalam keputusan yang berhubungan dengan administrasi pegawai.

D. Rekan Kerja

Karena rekan kerja memiliki kontak yang terus menerus dan kesempatan untuk mengamati perilaku satu sama lainm kita bisa berharap bahwa penilaian mereka paling valid dalam praktiknya, penilaian oleh rekan kerja ini jarang digunkan, karena berbagai alasan.[8]

E. Penilai Dari Luar

Penilaian juga dapat dilakukan oleh orang-orang dari luar yang diundang untuk melakukan tinjauan kinerja, dan yang paling utama disini adalah klien, dimana klien tersebut nantinya akan menjadi sumber nyata untuk penilaian dari luar.

F. Penilaian Dari Multisumber/Umpan Balik 360

Dalam umpan balaik multisumber, manajer tidak lagi menjadi sumber tunggal dari informasi penilaian kinerja, akan tetapi berbagai rekan kerja dan pelanggan akan memberikan umpan balik mengenai karyawan kepada manajer, jadi memungkinkan manajer untuk mendapatkan masukan dari berbagai sumber. Tetapi manajer tetap menjadi titik pusat untuk menerima umpan balik dari awal dan untuk terlibat dalam tindak lanjut yang diperlukan, bahkan dalam sistem yang multisumber, jadi persepsi manajer tentang kinerja karyawan masih sangat berpengaruh dalam jalannya proses tersebut. Tujuan dari umpan balik 360 ini adalah tidak untuk mengumpulkan reabilitas dengan mengumpulkan pandangan yang sama, tetapi lebih untuk menangkap berbagai evaluasi atas peran yang perbeda dari karyawan secara individual. Meskipun para peserta biasanya memandang umpan balik multisumber adalah sesuatu yang berguna, mereka mengidentifikasi tindak lanjut pada aktivitas pengembangan berdasarkan pada umpan balik tersebut sebagai faktor paling penting dalam perkembangan masa depan seseorang.[9]

BAB III

PENUTUP

 

3.1. Kesimpulan

Penilaian kinerja merupakan proses yang dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan seseorang. Dalam dunia kompetitif yang mengglobal, perusahaan-perusahaan membutuhkan kinerja tinggi. Pada waktu yang sama, para karyawan membutuhkan umpan balik tentang kinerja mereka sebagai petunjuk untuk mempersiapkan perilaku masa depan. Disamping itu Penilaian seharusnya menciptakan gambaran akurat dari kinerja perorangan. Penilaian tidak dilakukan hanya untuk mengetahui kinerja buruk. Hasil-hasil yang baik dan dapat diterima harus diidentifikasi sehingga dapat dipakai sebagai dasar penilaian hasil lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Tisnawati, Erinie , Pengantar Manajemen, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2008)

Dharma, Agus, Manajemen Supervisi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada 2003)

Rifai, H. Veithzal, M.B.A. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan.(Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2009).

Saripedia.com, Kriteria Profesi, (https:/ /saripedia.wordpress.com/tag/kriteria-profesi/) diaksespadatanggal 28/10/16 pukul 9:58 WIB.

Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negara Sipil, (Bandung : PT Refika Aditama 2011).

Robert L. Mathis & John H. Jackson Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta; penerbit salemba empat,2009)

Marwansyah Manajemen Sumber Daya Manusia (Bandung; CV. Alfabeta, 2016)

 

 



[1] Erinie Tisnawati , Pengantar Manajemen, Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2008, Hlm.1

[2] Agus Dharma, Manajemen Supervisi,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, Hlm.1

[3] H. Veithzal Rifai, M.B.A. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan.(Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada). hlm. 548

[4]Saripedia.com, Kriteria Profesi, (https:/ /saripedia.wordpress.com/tag/kriteria-profesi/) diaksespadatanggal 28/10/16 pukul 9:58 WIB.

[5]Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negara Sipil, (Bandung : PT Refika Aditama 2011), hlm 268.

[6]Sedarmayanti, “Manajemen Sumber Daya Manusia: Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil”, (Bandung: PT Refika Aditama,2007), hlm.264-265.

[7] Robert L. Mathis & John H. Jackson Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta; penerbit salemba empat,2009) Hlm. 390

[8] Marwansyah Manajemen Sumber Daya Manusia (Bandung; CV. Alfabeta, 2016)  Hlm. 237-238

[9] Op.Cit. Hlm. 392-393


No comments:

Post a Comment