DEFINISI PELATIHAN, PERSOALAN KARIR DAN MANAJEMAN KARIR KARYAWAN
BAB 1
PENDAHULUAN
A.   
Latar Belakang 
Dewasa  ini 
perkembangan  dan  pertumbuhan 
perusahaan  mempersyaratkan  ketersediaan sumberdaya  manusia 
yang  berkualitas.  Upaya 
menyediakan  sumber  daya 
tersebut  dapat diperoleh  melalui 
peningkatan  kualitas  sumber 
daya  manusia.  Sumber 
daya  manusia  yang berkualitas  dapat 
diperoleh  melalui  program 
pelatihan  dan  pengembangan 
karyawan. Pelatihan  dan  pengembangan 
karyawan  merupakan  faktor 
yang  mendorong  tercapainya kompetensi karyawan sehingga
dapat memberikan kinerja terbaik pada perusahaan.
Program  pelatihan 
dan  pengembangan  karyawan 
ini  sangat  penting 
karena  akan mendukung  peningkatan 
kompetensi  karyawan  itu 
sendiri.  Adanya  progam 
pelatihan  maka karyawan  akan 
melakukan  penyesuaian  diri 
terhadap  lingkungan  kerja, 
menyelaraskan kemampuan diri terhadap perkembangan teknologi dan
perkembangan regulasi dalam dunia usaha 
merupakan  sasaran  dari 
pelatihan  dan  pengembangan 
karyawan,  sehingga  karyawan akan 
kompeten  dalam  menjalankan 
tugas-tugasnya.  Program  pelatihan 
dan  pengembangan karyawan ini
juga dapat meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan pengalaman karyawan
terhadap pekerjaannya.
Karyawan  yang 
memiliki  kompetensi  terhadap 
pekerjaannya  akan  mendapatkan kesempatan  untuk 
mengikuti  tahapan  jenjang 
karir  dan  akan 
mencapai  jenjang  karir 
yang baik.  Kegiatan  dalam 
pelatihan  bertujuan  untuk 
meningkatkan  pengetahuan,  keahlian 
dan kompetensi.  Kegiatan  pelatihan 
dilakukan  melalui  kegiatan 
pengajaran,  pendidikan  dan pelatihan yang meliputi materi ilmu
pengetahuan, keterampilan dan keahlian. Sehingga  pada 
akhirnya  kegiatan  pengembangan 
karyawan  ini  akan 
melahirkan  karyawan yang  unggul 
dan  berkualitas  sesuai 
dengan  syarat  yang 
diinginkan  oleh  perusahan, 
dengan demikian  program  pelatihan 
dan  pengembangan  memberi 
peluang  terhadap  karyawan 
agar dapat berperan dalam perusahaan. 
B.    
Rumusan Masalah
1.      Sebutkan dan jelaskan definisi dan ruang
lingkup proses pelatihan?
2.      Sebutkan dan jelaskan definisi karir dan
persoalan karir?
3.      Sebutkan dan jelaskan bagaimana
pengembangan dan manajemen karir karyawan?
C.   
Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui definisi dan pengertian
ruang lingkup proses pelatihan.
2.      Untuk mengetahui definisi karir dan
persoalan karir.
3.      Untuk mengetahui bagaimana pengembangan
dan manajemen karir karyawan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.   
Devinisi
dan Ruag Lingkup Proses Pelatihan
1.     
Pengertian Pelatihan dan Pengembangan SDM
Pelatihan dan pengembangan sering kita dengar dalam dunia
kerja di perusahaan, organisasi, lembaga, atau bahkan dalam instansi
pendidikan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pelatihan dan pengembangan sangat
penting bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih menguasai dan lebih baik terhadap
pekerjaan yang dijabat atau akan dijabat kedepan. Secara deskripsi tertentu
potensi para pekerja pendidikan mungkin sudah memenuhi syarat administarasi
pada pekerjaanya, tapi secara aktüal para pekerja pendidikan harus mengikuti
atau mengimbangi perkembangan pendidikan sesuai dengan tugas yang dijabat atau
yang akan dijabatnya. Hal ini yang mendorong pihak instansi pendidikan untuk
memfasilitasi pelatihan dan pengembangan karir para tenaga kerja pendidikan
guna mendapatkan hasil kinerja yang baik.[1]
Menurut Marzuki Pelatihan adalah pengajaran atau
pemberian pengalaman kepada seseorang untuk mengembangkan tingkah laku
(pengetahuan, skill, sikap) agar mencapai sesuatu yang diinginkan. Pelatihan
bagi karyawan merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian
tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan
tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar.[2]
Pengembangan (development) merupakan fungsi operaasional kedua dari
manajemen personalia, pengembangan karyawan baru / lama perlu dilakukan secara
terencana dan berkesinambungan Program pengembangan karywan hendaknya disusun
secara cermat dan didasarkan kepada metode-metode ilmiah serta berpedoman pada
ketrampilan yang dibutuhkan perusahaan atau suatu instansi pendidikan saat ini
maupun untuk masa depan. 
Jadi definisi pengembangan adalah usaha untuk meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, konseptual , dan moral karyawan sesuai dengan
kebutuhan pekerjaan / jabatan melalui pendidikan dan latihan.[3]
Selain itu pengembangan (development) juga dapat diartikan sebagai
penyiapan individu untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau yang lebih
tinggi dalam perusahaan, organisasi, lembaga atau instansi pendidikan.
Pengembangan cenderung lebih bersifat formal, menyangkut antisipasi kemampuan
dan keahlian individu yang harus dipersiapkan bagi kepentingan jabatan yang
akan datang. 
Sasaran dan program pengembangan menyangkut aspek yang lebih
luas yaitu peningkatan kemampuan individu untuk mengantisipai perubahan yang
mungkin terrjadi tanpa direncanakan (unplened change) atau perubahan yang
direncanakan (planed change). Dari pengertian ini menunjukkan bahwa
fokus pengembangan karir adalah peningkatan kemampuan mental tenaga kerja.
Pengembangan lebih difokuskan pada peningkatan kemampuan dalam pengambilan
keputusan dan memperluas hubungan manusia (human relation) bagi
manajemen tingkat atas dan manajemen tingkat menengah sedangkan pelatihan
dimaksudkan untuk pegawai pada tingkat bawah (pelaksana).
Menurut Hani Handoko pengertian latihan dan pengembangan
adalah berbeda. Latihan (training) dimaksudkan untuk memperbaiki
penguasaan berbagai ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci
dan rutin. Yaitu latihan rnenyiapkan para karyawan (tenaga kerja) untuk
melakukan pekerjaan-pekerjaan sekarang. Sedangkan pengembangan (Developrnent)
mempunyai ruang lingkup lebih luas dalam upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dlan sifat-sifat kepribadian.
2.     
Tujuan Pelatihan dan Pengembangan SDM
Tujuan diselenggarakan pelatihan dan pengembangan diarahkan
untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna
meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan. Adapun tujuannya
sebagai berikut :
- Memutakhirkan keahlian seorang
     individu sejalan dengan perubahan teknologi.
 - Melalui pelatihan, pelatih
     (trainer) memastikan bahwa setiap individu dapat secara efektif
     menggunakan teknologi-teknologi baru.
 - Mengurangi waktu belajar
     seorang individu baru untuk menjadi kompeten dalam pekerjaan.
 - Membantu memecahkan persoalan
     operasional.
 
Mengorientasikan setiap individu terhadap organisasi[4]
- Meningkatkan produktivitas.
 - Meningkatkan mutu tenaga kerja
 - Meningkatkan ketepatan dalam
     perencanaan SDM
 - Meningkatkan semangat kerja:
     Suatu rangkaian reaksi positif dapat dihasilkan dari program pelatihan
     perusahaan yang direncanakan dengan baik.
 - Menarik dan menahan tenaga
     kerja yang baik
 - Menjaga kesehatan dan
     keselamatan kerja
 - Menunjang pertumbuhan pribadi
     (personal growht).
 
Adapun perbedaan Tujuan antara pelatihan dan pengembangan
secara umum
Tujuan:
Peningkatan kemampuan individu bagi kepentingan jabatan saat ini. Sasaran:
Peningkatan kinerja jangka pendek. Orientasi: Kebutuhan jabatan sekarang.Efek
terhadap karir: Keterkaitan dengan karir relatif rendah.
Tujuan:
Peningkatan kemampuan individu bagi kepentingan jabatan yang akan datang.
Sasaran: Peningkatan kinerja jangka panjang. Orientasi: Kebutuhan perubahan
terencana atau tidak terencana. Efek terhadap karir: Keterkaitan dengan karir
relatif tinggi.[5]
3.     
Jenis Pelatihan dan Pengembangan SDM
1.     
Pelatihan dan Pengembangan Keahlian.
Pelatihan keahlian (skils training) merupakan
pelatihan yang sering di jumpai dalam organisasi. program pelatihaannya relatif
sederhana: kebutuhan atau kekuragan diidentifikasi rnelalui penilaian yang
jeli. kriteria penilalan efekifitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran
yang diidentifikasi dalam tahap penilaian.
Pelatihan ulang (retraining) adalah subset pelatihan
keahilan. Pelatihan ulang berupaya memberikan kepada para karyawan
keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk menghadapi tuntutan kerja yang
berubah-ubah. Seperti tenaga kerja instansi pendidikan yang biasanya bekerja
rnenggunakan mesin ketik manual mungkin harus dilatih dengan mesin computer
atau akses internet
Pelatihan lintas fungsional (cros fungtional training)
melibatkan pelatihan karyawan untuk melakukan aktivitas kerja dalam bidang
lainnya selain dan pekerjan yang ditugaskan.
Pelatihan tim merupakan bekerjasarna terdiri dari sekelompok
Individu untuk menyelesaikan pekerjaan demi tujuan bersama dalam sebuah tim
kerja.
Pelatihan kreatifitas(creativitas training)
berlandaskan pada asumsi hahwa kreativitas dapat dipelajari. Maksudnya tenaga
kerja diberikan peluang untuk mengeluarkan gagasan sebebas mungkin yang
berdasar pada penilaian rasional dan. [6]
B. Definisi Karir dan PersoalanKarir
Para pakar lebih sering mendefinisikan karir sebagai proses
suatu konsep yang tidak statis dan final. Mereka  cenderung mendefinisikan
karir sebagai “perjalanan pekerjaan seorang pegawai di dalam organisasi”.
Perjalanan ini dimulai sejak ia diterima sebagai pegawai baru, dan berakhir
pada saat ia tidak bekerja lagi dalam organisasi tersebut.
Konsep karir adalah konsep yang netral (tidak berkonotasi
positif atau negatif). Karena itu karir ada yang baik, ada pula karir yang
buruk. Ada perjalanan karir yang lambat, ada pula yang cepat. Tetapi, tentu
saja semua orang mendambakan memiliki karir yang baik dan bila mungkin bergulir
dengan cepat. Karir dapat diletakkan dalam konteks organisasi secara formal,
tetapi karir dapat pula diletakkan dalam konteks yang  lebih longgar dan
tidak formal. 
Apapun artinya, karir amatlah penting bagi pegawai maupun
bagi organisasi. Menurut Walker (1980), bagi pegawai, karir bahkan dianggap
lebih penting daripada pekerjaan itu sendiri. Seorang pegawai bisa meninggalkan
pekerjaannya jika merasa prospek keriernya buruk. Sebaliknya, pegawai mungkin
akan tetap rela bekerja di pekerjaan yang tidak disukainya asal ia tahu ia
mempunyai prospek cerah dalam karirnya.
Sebaliknya, bagi organisasi, kejelasan perencanaan dan
pengembangan karir pegawai akan membawa manfaat langsung terhadap efisiensi
manajemen. Dikemukakan oleh Walker (1980) bahwa turn over pegawai cenderung
lebih kecil di perusahaan-perusahaan yang sangat memperhatikan pengembangan
karir pegawainya. Di samping itu, penanganan karir yang baik oleh organisasi
akan mengurangi tingkah frustasi yang dialami oleh pegawai serta meningkatkan
motivasi kerja mereka. Oleh karena itu, manajemen karir bukan hanya menjadi
kewajiban bagi organisasi, tetapi juga merupakan  kebutuhan yang sama
pentingnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Karir (career) memiliki pengertian ”Semua jabatan dan
pekerjaan yang dilakukan seseorang selama masa usia kerjanya”. Pertanyaannya
sekarang adalah sampai usia berapa Anda ingin berkarir? Seumur hidupkah? Apakah
Anda ingin menjadi long life employee atau Anda merencanakan membuka usaha
sendiri pada usia tertentu?
Karir dapat terbagi dalam 4 tipe (Driver, 1982) :
1.   
Steady State: Pilihan karir untuk mengabdikan diri dalam satu jenis pekerjaan
tertentu. Misalnya terus-menerus bekerja di satu profesi, sebagai programmer
saja.
2.   
Linear : Adanya peningkatan ke atas pada satu jenis pekerjaan. Misalnya saat
ini Anda bekerja sebagai programmer, kemudian meningkat menjadi System Analyst.
3.   
Spiral : Tetap menekuni satu bidang pekerjaan dalam 7-10 tahun, kemudian
beralih bidang pekerjaan, dimana tetap menggunakan keterampilan dan pengalaman
yang sudah ada. Misalnya setelah bekerja selama 7 tahun di bidang IT, Anda
berminat membuka usaha pribadi ”software house”, dengan memanfaatkan skill dan
pengalaman Anda sebelumnya.
4.   
Transitory: Memilih beralih karir dalam jangka waktu yang cepat, dimana
keinginan untuk menggeluti aneka ragam profesi menjadi tujuan utamanya.
Misalnya setelah bekerja sebagai programmer, Anda ingin beralih menjadi web
designer, kemudian Anda memutuskan untuk menjadi instruktur dan sebagainya.
2. Kriteria yang Menentukan Efektivitas Karir
- Kinerja
 
Gaji dan posisi adalah indikator yang lebih populer dari
kinerja karir. Jelasnya, semakin cepat gaji seseorang meningkat, dan semakin
tinggi kedudukannya, maka semakin tinggi pula kinerja karirnya. Derajat
pertumbuhan gaji dan posisi tercermin dalam seberapa banyak tindakan pekerja
yang memberikan kontribusi demi pencapaian kinerja organisasi 
- Sikap
 
Konsep sikap karir (career attitudes) mengacu pada cara
orang – orang memandang dan mengevaluasi karir mereka. Orang – orang yang
memiliki sikap karir yang positif juga akan memiliki persepsi dan evaluasi yang
positif tentang karir mereka. Sikap positif memiliki implikasi penting terhadap
organisasi, karena orang – orang yang memiliki sikap positif lebih memiliki
komitmen karir dan keterlibatan jabatan yang tinggi.
- Kemampuan adaptasi
 
Sedikit sekali profesi yang bersifat stagnan dan tidak
mengalami perubahan. Perubahan itu sendiri membutuhkan pengetahuan dan keahlian
baru untuk mempraktikkannya. Orang – orang yang tidak mampu beradaptasi dengan
perubahan itu dan tidak dapat mempraktikkannya dalam karir mereka akan segera
mengalami kesulitan dan kehilangan pekerjaan. 
- Identitas
 
Identitas karir (career identity) mencakup dua unsur
penting. Pertama, wawasan yang menyebabkan orang – orang memiliki kesadaran
yang jelas dan konsisten terhadap minat, nilai – nilai, dan harapan mereka
untuk masa yang akan datang. Kedua, wawasan yang menyebabkan orang – orang memandang
kehidupan mereka tetap konsisten sepanjang waktu, wawasan yang menyebabkan
mereka melihat diri mereka sendiri sebagai perpanjangan dari masa lalu mereka.
Ide yang terwujud dalam konsep ini adalah, “ingin jadi itu ?” orang – orang
yang mampu menjawab pertanyaan ini secara memuaskan biasanya memiliki karir
yang efektif, dan mampu memberikan konribusi kepada organisasi yang
mempekerjakan mereka.
3.
Tahap Karir
Menurut James L. Gibson (1996; 320), tahap – tahap karir
terbagi menjadi :
Orang – orang memberikan perhatian lebih pada kebutuhan akan
keamanan kerja. Selama masa pembentukan, mereka membutuhkan dan mencari
dukungan dari orang lain, terutama manajer mereka. Penting bagi para manajer
untuk menyadari kebutuhan ini dan menanggapinya dengan melakukan pembinaan.
Para manajer menunjukkan perhatian yang lebih kecil terhadap
kebutuhan akan rasa aman, dan lebih memperhatikan masalah prestasi, aktualisasi
diri, dan otonomi. Promosi dan kemajuan untuk meraih jabatan yang lebih tinggi,
sebagaimana peluang untuk menguji pendapat dengan bebas, merupakan
karakteristik tahap ini. 
Tahap pemeliharaan karir ditandai dengan upaya menjaga
stabilitas penghasilan yang diperoleh sebelumnya. Aktualisasi diri merupakan
kebutuhan terpenting pada tahap ini. Banyak orang yang mengalami krisis karir
madya selama fase pemeliharaan. Sebgian orang tidak dapat mencapai kepuasan
dari pekerjaannya dan, sebagai konsekuensinya, menjadi kurang berprestasi.
Mereka lalu kehilangan dukungan dari para manajer, sehingga kondisi kesehatan
dan masalah yang berhubungan dengan pekerjaan mereka semakin buruk. Para
manajer yang berada dalam pemeliharaan diharapkan dapat membina pekerja yang
ada di tahap awal. Mereka juga didorong untuk memperluas minat mereka dan lebih
banyak berhubungan dengan orang – orang di luar organisasi. 
Jadi, pusat kegiatan para manajer dalam tahap ini adalah
menjalani pelatihan dan interaksi denan pihak lain. Mereka menilai prestasi
kerja orang lain yaitu karakteristik dalam tahap ini yang mampu memunculkan
tekanan psikologis. Seseorang yang tidak mampu tuntutan baru dan berbeda ini,
bisa jadi akan kembali ke tahap sebelumnya. Sedangkan yang lain mungkin merasa
puas dengan melihat beberapa rekan kerja mereka terus bergerak untuk meraih
jabatan yang lebih baik. Mereka akan tetap berada dalam fase pemeliharaan
sampai pensiun.
Di samping program pembinaan, manajer tahap pemeliharaan
dapat memperkaya pengembangan karirnya dengan membangun hubungan sepergaulan
(peer relationship). Hubung       an
tersebut dapat diklasifikasikan sebagai information peer (saling berbagi
informasi), collegial peer (saling memeberikan bantuan dalam mengerjakan tugas
– tugas, persahabatan), dan special peer (saling memberikan dukungan emosional,
konfirmasi.
Fase penarikan diri menindaklanjuti fase pemeliharaan. Dalam
hal ini seseorang bisa menuntaskan sebuah karir atau pindah ke karir yang lain.
Seseorang yang tidak melakukan perpindahan karir dalam tahap ini, akan
mengalami proses aktualisasi diri melalui kegiatan yang tidak mungkin dapat
dilakukan ketika dia masih aktif bekerja.
C. Pengembagan dan Manajemen KarirKaryawan
1. Pengertian pengembangan  karier
a.       Handoko (2008) mengemukakan bahwa
pengembangan karier adalah  peningkatan
pribadi yang dilakukan seseorang untuk mencapai rencana karier yang diinginkan.
b.      Mondy (1993) berpendapat bahwa
pengembangan karier adalah serangkaian aktivitas untuk mempersiapkan seseorang
individu pada kemajuan karier yang direncanakan.
Dari
pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan karier
adalahupaya yang dilakukan oleh organisasi dalam merencanakan karier
pegawainya, yang  disebut sebagai
manajemen karier, antara lain merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi karier.[7]
Dalam
pengembangan karier terdapat empat prinsip yang perlu diperhatikan.
a.       Pekerjaan itu sendiri memiliki pengaruh
paling besar terhadap pengembangan karier. 
Karena setiap kali muncul tantangan yang berbeda, maka apa yang
dipelajari dari pekerjaan bisa jauh lebih penting daripada aktivitas
pengembangan yang direncanakan secara formal.
b.      Jenis keterampilan baru yang akan
dibutuhkan ditentukan oleh 
persyaratan  jabatan yang
spesifik. Keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi seseorang  penyelia akan cenderung berbeda dengan
keterampilan yang diperlukan untuk menjadi seorang manajer madya.
c.       Pengembangan akan terjadi apabila
seseorang belum memperoleh keterampilan yang disyaratkan oleh sebuah jabatan
tertentu. Jika tujuan mutasi adalah untuk meningkatkan kemampuan seorang
pekerja, dan pekerja ini sudah memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk
melakukan pekerjaan baru itu, hanya sedikit atau bahkan tidak ada yang bisa
dipelajari.
d.      Dan akhirnya, waktu yang diperlukan
untuk mengembangkan keterampilan dibutuhkan, dapat dikurangi dengan cara
mengidentifikasikan serangkaian penugasan yang 
rasional bagi seorang pekerja.
Pengembangan
karier meliputi paparan terhadap semua kegiatan yang bertujuan menyiapkan
karyawan untuk memenuhi kebutuhan organisasi, baik saat ini maupun dimasa
depan. Sarana pengembangan karier meliputi keterampilan, pendidikan, dan  pengalaman serta teknik-teknik modifikasi dan
perbaikan perilaku,yang memberikan nilai tambah sehingga memungkinkan seseorang
bekerja lebih baik.
Ada sejumlah pihak yang menentukan efektivitas
program pengembangan karier.
a.       Adanya komitmen dari pihak manajemen
untuk mendukung program ini melalui kebijakan yang jelas dan alokasi sumber
daya un tuk melaksanakan program.
b.      Para professional sumber daya manusia
bertanggungjawab untuk mengimplementasikan 
program dengan  menyediakan
informasi,  alat, dan pedoman yang
diperlukan dan bertindak sebagai penghubung dengan manajemen puncak.
c.       Kemudian, para atasan langsung
berkewajiban untuk memberikan dukungan, advice, dan umpan balik. 
Manajemen
karier adalah proses untuk membuat karyawan dapat memahami dan mengembangkan
dengan lebih baik keahlian dan minat karier mereka dan untuk memanfaatkan
keahlian dan minat ini dengan cara yang palng efektif. Manajemen karier
individu sebagai manajemen karier yang dilakukan secara individu dengan tujuan
menetapkan perencanaan dan perkembangan kariernya selanjutnya.
Manajemen
karier yang efektif tidaklah berlangsung dengan spontan atau dalam suatu
kevakuman ( Simamora, 2001 ), tetapi didahului dengan penilaian cermat terhadap
situasi dimana karier berlangsung dan juga pengakuan bahwa para pegawai,
manajer, dan spesialis SDM haruslah mengambil berbagai langkah perencanaan yang
hati-hati. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika pengembangan dan perencanaan
karier telah menjadi “persoalan besar” dalam organisasi selama beberapa tahun
terakhir. Berbagai penyebabnya adalah (a) menyingkatnya perhatian terhadap
kehidupan kualitas kerja dan pribadi; (b) peraturan mengenai kesempatan kerja
yang sama; (c) menyingkatnya tingkat pendidikan dan aspirasi mengenai jabatan;
(d) pertumbuhan ekonomi yang rendah dan mengurangi kesempatan promosi.
Sementara
itu, karakteristik lingkungan, organisasional, dan pekerjaan semuanya
mempengaruhi berbagai aspek manajemen karier, termasuk tingkat ketika
organisasi membantu dan mendanai perencanaan karier indidvidu, lingkup
kesempatan kerja di dalam dan di luar suatu organisasi, jenis jalur karier yang
tersedia, interaksi cara kerja, dan kewajiban keluarga.[8]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pelatihan merupakan salah satu cara
untuk  menjadikan sumber daya manusia
yang lebih berkualitas.  Pelatihan  sendiri 
lebih  terarah  pada 
peningkatan  kemampuan  dan 
keahlian  SDM organisasi  yang 
berkaitan  dengan  jabatan 
atau  fungsi  yang 
menjadi  tanggung  jawab 
individu yang bersangkutan saat ini (current job oriented). Dengan
adanya pelatihan  yang  baik tentunya menjadikan peningkatan kinerja
individu dalam jabatan atau fungsi saat ini.
Pengembangan  dalam 
pelatihan  biasanya  menyangkut 
pada  antisipasi  kemampuan 
dan keahlian inividu yang harus 
dipersiapkan bagi kepentingan jabatan yang akan datang. Pelatihan dan
pengembangan merupakan salah satu solusi terhadap sejumlah problem penurunan
kualitas kinerja  organisasi  atau 
lembaga  dan  instansi 
yang  disebabkan  oleh 
penurunan  kemampuan  dan keusangan keahlian yang dimiliki oleh
karyawan atau tenaga kerja.
Pelatihan  dan 
pengembangan  bukanlah  solusi 
utama  yang  dapat 
menyelesaikan  semua
persoalan  organisasi,  lembaga 
atau  sebuah  instansi. 
Tetapi  mengarah  pada 
peningkatan  kinerja para karyawan
atau tenaga kerja yang baik dan benar. Dan tujuan pelatihan dan pengembangan
adalah untuk merubah sikap, perilaku, pengalaman dan performansi kinerja.
3.2 Saran
Mengingat  pelatihan, 
pengembangan  dan  manajemen 
karir  merupakan  salah 
satu  faktor terpenting  untuk 
menentukan  kinerja  dari 
suatu  organisasi,  serta 
dapat  pula  dikatakan 
sebagai kunci  utama  yang 
juga  sudah  seharusnya 
menjadi  tanggung  jawab 
di  dalam  suatu 
organisasi. Maka  setiap  perusahaan 
diupayakan  untuk  melakukan 
pelatihan  dan  pengembangan 
karir  pada karyawanya  sehingga 
karyawan  akan  melakukan 
penyesuaian  diri  terhadap 
lingkungan  kerja,
menyelaraskan  kemampuan  diri 
terhadap  perkembangan  teknologi 
dan  perkembangan  regulasi dalam  dunia 
usaha.  Sehingga  dari 
hal  tersebut  perusahaan 
akan  melahirkan  karyawan 
yang unggul  dan  berkualitas 
sesuai  dengan  syarat 
yang  diinginkan  dan 
memiliki  daya  saing 
yang tinggi dalam persaingan dunia usaha.
DAFTAR PUSTAKA
Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2000)
Melayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Remaja
Rosdakarya, 2012)
Irianto Jusuf, Prinsip-prinsip Dasar Manajemen Pelatihan (Dari Analisis Kebutuhan
Sampai Evaluasi Program Pelatihan),  (Jakarta: Insani
Cendekia, 2001)
Prof.
Dr. Lijan Poltak Sinambela, Manajemen
Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Depok, 2016
google-sofyaneffendi.blogspot.com/…/pelatihan-dan-pengembangan-sumberdayamanusia. Diakses 1 Nopember 2016
[1] Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis, (Jakarta:
PT Asdi Mahasatya, 2000)hal.153
[2] google-sofyaneffendi.blogspot.com/…/pelatihan-dan-pengembangan-sumberdayamanusia.
Diakses 1 Nopember 2016
[3] Melayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia,
(Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2012) hal.68
[4] Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis,,112
[5] http://www.slideshare.net/jatmikomyko/pelatihan-danpengembangansdm. Diakses 1 November 2016
[6] google-sofyaneffendi.blogspot.com/…/pelatihan-dan-pengembangan-sumberdayamanusia.
Diakses 1 Nopember 2016
      [7] Prof.
Dr. Lijan Poltak Sinambela, Manajemen
Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Depok, 2016, hlm. 260.
[8]Lijan Poltak Sinambela, Manajemen
Sumber Daya Manusia,(Jakarta : Bumi Aksara,2016),Hlm 263-264

No comments:
Post a Comment