Friday, July 10, 2020

PERENCANAAN MANAJEMAN KURIKULUM

PERENCANAAN MANAJEMAN KURIKULUM

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kurikulum menjadi sebuah alat untuk mencapai tujuan pendidikan di mana dengan adanya kurikulum, maka kegiatan belajar mengajar akan dapat terlaksana dengan sistematis dan terorganisir dengan baik. Dengan pernyataan tersebut maka diperlukan adanya manajemen kurikulum, yang mana di dalamnya akan mengelola kurikulum dengan berbagai pertimbangan dan menyesuaikan dengan kebutuhan sumber daya manusia di masa yang akan datang. Manajemen kurikulum sendiri merupakan substansi manajemen yang utama di sekolah. Pendidikan juga salah satu yang menjadi tolak ukur kemajuan suatu bangsa, oleh karenanya sebelum memulai kegiatan pembelajaran perlu adanya perencanaan yang matang.

Dalam manajemen kurikulum menurut Tita Lestari mengemukakan tentang siklus manajemen kurikulum yang terdiri dari empat tahap berikut, 1) Tahap Perencanaan; 2) Tahap Pengembangan; 3) Tahap Implementasi atau Pelaksanaan; 4) Tahap Penilaian[1]. Maka sebelum melakukan dan menerapkan kurikulum, perlu adanya perencanaan kurikulum di mana ini merupakan tahap awal dalam suatu manajemen, agar dapat melakukan keberlangsungan kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan oleh pihak manajemen sekolah. Oleh karenanya, penting untuk kita mengetahui bagaimana melakukan perencanaan kurikulum di dalam manajemen kurikulum ini. Agar kita dapat mengetahui kurikulum seperti apa yang di implementasikan di Indonesia dan mengetahui indikator keberhasilan dari suatu kurikulum dapat ditentukan dari perencanaan kurikulum tersebut.  

 

B.     Rumusan Masalah

Penyusun merumuskan masalah berdasarkan latar belakang di atas sebagai berikut :

1.    Apa pengertian perencanaan kurikulum?

2.    Apa tujuan dari perencanaan kurikulum?

3.    Apa manfaat dari perencanaan kurikulum?

4.    Bagaimana komponen perencanaan kurikulum?

5.    Apa saja pertimbangan untuk menentukan komponen kurikulum?

6.    Bagaimana tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam perencanaan kurikulum?

7.    Bagaimana model model perencanaan kurikulum?

 

C.    Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

1.    Mengetahui pengertian perencanaan kurikulum.

2.    Mengetahui tujuan perencanaan kurikulum.

3.    Mengetahui manfaat perencanaan kurikulum.

4.    Mengetahui komponen-komponen perencanaan kurikulum.

5.    Mengetahui pertimbangan apa saja untuk menentukan komponen kurikulum.

6.    Mengetahui tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam perencanaan kurikulum.

7.    Mengetahui model-model perencanaan kurikulum.

 

D.    Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari:

BAB I Pendahuluan yang di dalamnya terdapat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan makalah, sistematika penulisan makalah.

BAB II yang terdiri dari pembahasan materi seperti hakikat perencanaan kurikulum yang terdapat pengertian, tujuan dan manfaat perencanaan kurikulum, komponen-komponen perencanaan kurikulum, pertimbangan dalam menentukan komponen perencanaan kurikulum, tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam perencanaan kurikulum, dan model-model perencanaan kurikulum.

BAB III Penutup berisi kesimpulan dan saran

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Hakikat Perencanaan Kurikulum

Hakikat perencanaan kurikulum dibagi menjadi 3 bagian yaitu: pengertian, tujuan dan manfaat perencanaan kurikulum.

1.    Pengertian Perencanaan Kurikulum

       Perencanaan kurikulum merupakan bagian dari upaya perwujudan sebuah ide-ide tentang pengembangan kurikulum. Perencanaan memegang peranan penting terhadap optimalisasi hasil dari sebuah proses pengembangan kurikulum. Apabila perencanaannya baik maka baik pula hasilnya, dan sebaliknya apabila perencanaannya tidak baik maka tentu akan dihasilkan sebuah kurikulum yang tidak sistematis, tidak relevan dan tidak mampu beradaptasi dengan perkembangan masyarakat dan teknologi.

       Perencanaan secara umum menurut Sudjana adalah proses yang sistematis sesuai dengan prinsip dalam pengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan dan teknik secara ilmiah serta kegiatan yang terorganisasi tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang.

       Menurut Udin Sa’ud dan Makmum, perencanaan adalah suatu rangkaian proses kegiatan menyiapkan keputusan mengenai apa yang akan diharapkan terjadi (peristiwa, keadaan, suasana, dan sebagainya), dan mengenai apa yang akan dilakukan (intensifikasi, ekstensifikasi, revisi, renovasi, substitusi, kreasi, dan sebagainya)[2].

       Maka dengan ini, pemakalah menyimpulkan perencanaan adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir untuk dilaksanakan pada waktu yang akan datang.

       Menurut Beane, “Curriculum planning is a process in which participants at many levels make decision about what the purposes of learning ought to be, how those purposes might be carried out through teaching-learning situation, and whether the purposes and means are both appropriate and effective.”

Perencanaan kurikulum adalah suatu proses ketika berbagai komponen dalam berbagai level membuat keputusan tentang bagaimana seharusnya sebuah tujuan belajar, cara mencapai tujuan tersebut melalui situasi belajar-mengajar, serta penelaahan keefektifan dan kebermaknaan metode tersebut[3].

       Menurut Zenger and Zenger perencanaan kurikulum dibuat untuk menjadi petunjuk kerja. Curriculum Planning is intended as a “how to-do-it guide” for curriculum planners in the school system or as a textbook for college-level courses in curriculum planning and development[4].

       Pengertian perencanaan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membina siswa ke arah perubahan tingkah laku yang diinginkan dan menilai sampai mana perubahan-perubahan telah terjadi pada siswa[5].

       Dari beberapa pengertian di atas dapat pemakalah simpulkan perencanaan kurikulum merupakan serangkaian kegiatan yang terorganisir dengan sistematis dan terdiri dari berbagai komponen untuk mencapai tujuan pendidikan yang akan diimplementasikan di masa mendatang.

2.    Tujuan Perencanaan Kurikulum

Dalam membuat perencanaan kurikulum, tentu memiliki tujuan mengapa harus dilakukannya perencanaan kurikulum. Berikut ini merupakan tujuan perencanaan kurikulum.

Secara umum tujuan perencanaan menurut Usman antara lain[6]:

a.    Sebagai standar pengawasan, yaitu mencocokkan pelaksanaan dengan perencanaannya;

b.    Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya kegiatan;

c.    Mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasi), baik kualifikasi maupun kuantitas;

d.   Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan;

e.    Meminimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif, serta menghemat biaya, tenaga dan waktu;

f.     Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan;

g.    Menyerasikan dan memadukan beberapa subkegiatan;

h.    Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui;

i.      Mengarahkan pada pencapaian tujuan.

Secara spesifik terkait dengan perencanaan pendidikan menurut Matin menyebutkan tujuan dari perencanaan pendidikan antara lain, (1) mengumpulkan data dan informasi terkait dengan sistem persekolahan; (2) mengalokasikan sumber daya pendidikan secara rasional dan adil; (3) pembuatan keputusan; (4) sebagai bagian administrasi pendidikan; dan (5) memelihara sistem pendidikan[7].

Maka, dengan pemaparan tujuan perencanaan kurikulum di atas, dapat kita ketahui kurikulum direncanakan untuk mengarahkan pada pencapaian atau mengacu pada tujuan pendidikan di Indonesia, serta menyusun kegiatan belajar mengajar yang nanti akan dilaksanakan oleh guru dan tenaga kependidikan lainnya. Karena dengan adanya perencanaan, kita dapat mengetahui apa yang dibutuhkan masyarakat pada saat ini dan apa yang akan dibutuhkan oleh masyarakat di masa mendatang. 

3.    Manfaat Perencanaan Kurikulum

Setelah mengetahui tujuan dari perencanaan kurikulum, maka kita juga perlu mengetahui apa saja manfaat dari membuat perencanaan kurikulum ini dalam manajemen kurikulum.

Menurut Burhanuddin, manfaat perencanaan adalah sebagai berikut [8]:

a.         Agar kegiatan-kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan tertentu, tertib dan lancar.

b.        Mendorong suatu pelaksanaan kegiatan organisasi secara produktif.

c.         Mengusahakan penggunaan alat-alat dan sumber-sumber lainnya secara efisien dan benar-benar mendukung bagi pencapaian tujuan organisasi.

d.        Memberikan gambaran yang lengkap bagi seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan.

e.         Dapat memberikan petunjuk bagi setiap personel, khususnya pemimpin organisasi untuk mengadakan pengawasan dan menilai setiap kegiatan yang dilakukan, apakah sudah sesuai dengan harapan-harapan sebelumnya.

f.         Selanjutnya para administrator dapat melakukan pembinaan organisasi secara terarah sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan.

Dalam manajemen kurikulum, manfaat dari perencanaan salah satunya agar kegiatan dapat sejalan dengan tujuannya. Manfaat dari perencanaan, untuk memudahkan tercapainya suatu tujuan sehingga akan lebih efektif dan efisien jika sudah dilakukan perencanaan.

Selain manfaat perencanaan terdapat juga fungsi perencanaan kurikulum menurut Oemar Hamalik yaitu:

a.         Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau alat manajemen, yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber peserta yang diperlukan, media penyampaiannya, tindakan yang perlu dilakukan, sumber biaya, tenaga, sarana yang diperlukan, sistem kontrol dan evaluasi, peran unsur-unsur ketenagaan untuk mencapai tujuan manajemen organisasi.

b.        Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai penggerak roda organisasi dan tata letak laksana untuk menciptakan perubahan dalam masyarakat sesuai dengan tujuan organisasi. Perencanaan kurikulum yang matang, besar sumbangannya terhadap pembuatan keputusan oleh pimpinan, dan oleh karenanya perlu memuat informasi kebijakan yang relevan, di samping seni kepemimpinan dan pengetahuan yang telah dimilikinya.

c.         Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai motivasi untuk melaksanakan sistem pendidikan sehingga mencapai hasil optimal[9].

B.     Komponen Perencanaan Kurikulum

Seperti telah disampaikan sebelumnya bahwa aspek dalam perencanaan kurikulum meliputi perencanaan terhadap desain, implementasi, dan evaluasi. Tiga komponen tersebut terintegrasi dalam satu kesatuan yang disebut produk.[10] Dengan demikian tiga komponen perencanaan kurikulum tidak dapat dipisahkan karena merupakan satu kesatuan untuk dapat mensukseskan program pendidikan yaitu kurikulum.

Jika dikaji lebih mendalam tentang komponen-komponen apa saja yang perlu direncanakan, secara sederhana dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1) tujuan, diperlukan untuk memberikan arah pada kegiatan yang dilakukan; 2) isi, merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan; 3) aktivitas belajar, adalah berbagai aktivitas yang diberikan para pembelajar dalam situasi belajar-mengajar; 4) sumber belajar, sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan antara lain buku dan bahan cetak, perangkat lunak computer, media audiovisual; 5) evaluasi, berguna untuk mengetahui tingkat ketercapaian pelaksanaan tujuan, dilakukan secara bertahap, berkesinambungan, dan terbuka.[11] Agar tercipta suatu kurikulum yang sesuai dengan kondisi Sumber Daya Manusia di Indonesia ini sebaiknya komponen perencanaan kurikulum diatas harus dilakukan, mengapa begitu? Agar dalam pembuatan kurikulum tidak asal-asalan tanpa tahu apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh masyarakat di negara ini.

C.    Pertimbangan dalam Menentukan Komponen-komponen Kurikulum

Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen tertentu. Setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain, bila salah satu komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponennya, maka sistem kurikulum pun akan terganggu pula.

Beberapa pertimbangan yang dilakukan dalam menentukan komponen-komponen kurikulum[12]:

1.    Komponen Tujuan

Komponen Tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang ingin dicapai. Dalam menentukan tujuan terdapat beberapa pertimbangan yaitu, tujuan sesuai dan menggambarkan apa yang diinginkan atau dicita-citakan oleh masyarakat. Dalam menentukan tujuan juga harus sesuai dengan Hierarki Tujuan yang meliputi 4 aspek yaitu, Tujuan Pendidikan Nasional (TPN), Tujuan Institusional (TI), Tujuan Kurikuler (TK), dan Tujuan Intruksional.

 

2.    Komponen Isi atau Materi

Dalam menentukan komponen isi atau materi ini terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu, komponen isi harus berhubungan dengan pengalaman belajar yang dimiliki siswa. Kemudian, komponen isi harus menyangkut semua aspek yang baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran. Yang terakhir adalah komponen isi atau materi ini harus mengarahkan siswa ke arah tujuan yang telah ditentukan.

3.    Komponen Metode

Komponen metode ini disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan komponen ini ialah, mengupayakan untuk mengimplementasikan metode atau cara yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun bisa dicapai secara optimal.

4.    Komponen Evaluasi

Komponen evaluasi bertujuan untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan. Dalam menentukan komponen evaluasi terdapat beberapa pertimbangan yaitu, bisa mengetahui apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai atau belum. Juga harus bisa melihat kekurangan yang masih terdapat dalam melakukan kegiatan belajar mengajar sehingga bisa dilakukan perbaikan.

D.    Tugas dan Tanggung Jawab Pemerintah dalam Perencanaan Kurikulum

Dalam suatu negara, level ini merupakan level tertinggi dalam proses perencanaan kurikulum. Negara merupakan kekuatan pokok dalm pengembangan kurikulum dengan tanggung jawabnya atas pendidikan nasional. Dalam pelaksanaanya melibatkan tiga pihak terkait yang berkompeten yaitu departemen pendidikan nasional, organisasi profesi, dan badan legislatif negara. Di indonesia saat ini, berkaitan dengan penyusunan kurikulum pemerintah menetapkan kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Seperti penjelasan diatas bahwasanya peran pemerintah adalah menetapkan kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah dan untuk jobdesc selanjutnya sudah dibagi ke beberapa pihak yang terkait dengan perencanaan kurikulum.

Pengembangan kurikulum yang dilakukan di sekolah idealnya dipandu oleh pihak pemerintah. Misalnya kementrian agama sebagai penanggung jawab bidang pendidikan agama, kementrian pendidikan dan kebudayaan sebagai penanggung jawab bidang pendidkan umum dan sebagainya. Dimana peran pemerintah dalam pengembangan kurikulum adalah menyusun kerangka dasar serta program inti kurikulum. Kerangka dasar dan program inti tersebut akan menentukan minimal course yang dituntut.[13]

Implementasi kurikulum merupakan tanggung jawab pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupatena atau kota. Dalam pelaksanaan dilapangan tanggung jawab tersebut disinergikan dengan prinsip usaha bersama anta pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan pemerintah daerah kabupaten atau kota.

1.        Pemerintah bertangggung jawab dalam mempersiapkan guru dan kepala sekolah untuk melaksanakan kurikulum

2.        Pemerintah bertanggung jawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum secara nasional

3.        Pemerintah provinsi bertanggung jawab dalam melakukan supervisi dan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum di provinsi terkait

4.        Pemerintah kabupaten atau kota bertanggung jawab dalam memberikan bantuan profesional kepada guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum di kabupaten atau kota.[14]

Adapun strategi yang disiapkan pemerintah dalam mengimplementasikan kurikulum di sekolah/madrasah yaitu: pertama, pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan. Kedua, pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru, ketiga, pengembangan manajemen kepemimpinan, sistem administrasi dan pengembangan budaya sekolah (budaya kerja guru), dan keempat, pendampingan dalam bentuk monitoring dan evaluasi untuk menentukan kesulitan dan masalah implementasi dan upaya penanggulangan.[15]

E.     Model-model Perencanaan Kurikulum

Perencanaan kurikulum adalah suatu proses sosial yang kompleks yang menuntut berbagai jenis dan tingkat pembuatan keputusan kebutuhan mendiskusikan dan mengkoordinasikan proses menghendaki penggunaan model-model untuk menyajikan aspek-aspek kunci kendatipun penyajian tersebut pada gilirannya harus menyederhanakan banyak aspek dan mungkin mengabaikan beberapa aspek lainnya. Sebagaimana dengan model-model pembuatan keputusan umumnya, maka rumusan suatu model perencanaan berdasarkan asumsi-asumsi rasionalitas yakni asumsi tentang pemrosesan secara cermat informasi misalnya tentang mata ajaran, siswa, lingkungan, dan hasil belajar. Menurut Oemar Hamalik, ada beberapa model perencanaan kurikulum, diantaranya :[16]

1.    Model Perencanaan Rasional Deduktif atau Rasional Tyler

Menitikberatkan logika dalam merancang program kurikulum dan bertitik tolak dari spesifikasi tujuan (goals and objectives) tetapi cenderung mengabaikan problematika dalam lingkungan tugas. Model itu dapat diterapkan pada semua tingkat pembuatan keputusan, misalnya rasionalisasi proyek pengembangan guru, atau menentukan kebijakan suatu planning by objecktives di lingkungan departemen. Model ini cocok untuk sistem perencanaan pendidikan yang sentralistik yang menitikberatkan pada sistem perencanaan pusat, dimana kurikulum dianggap sebagai suatu alat untuk mengembangkan/ mencapai maksud-maksud di bidang sosial ekonomi.

2.    Model Interaktif Rasional (The Rational Interactive Model)

Memandang rasionalitas sebagai tuntutan kesepakatan antara pendapat-pendapat yang berbeda, yang tidak mengikuti urutan logis. Perencanaan kurikulum dipandang suatu masalah lebih “perencanaan dengan” (planning with) daripada perencanaan bagi (planning for). Seringkali model ini dinamakan model situasional, asumsi rasionalitasnya menekankan pada respon fleksibel kurikulum yang tidak memuskan dan inisiatif pada tingkat sekolah atau tingkat lokal. Hal ini merupakan suatu refleksi suatu keyakinan ideologis masyarakat demokrasi atau pengembangan kurikulum berbasis sekolah. Implementasi rencana merupakan fase krusial dalam pengembangan kurikulum, dimana diperlukan saling beradaptasi antara perencana dan pengguna kurikulum.

3.    The Diciplines Model

Perencanaan ini menitikberatkan pada guru-guru, mereka sendiri yang merencanakan kurikulum berdasarkan pertimbangan sistematik tentang relevansi pengetahuan filosofis (isu-isu pengetahuan yang bermakna), sosiologi (argumen-argumen kecenderungan sosial), psikologi (untuk memberitahukan tentang urutan-urutan materi pelajaran).

4.    Model Tanpa Perencanaan (Non Planning Model)

Suatu model berdasarkan pertimbangan-pertimbangan intuitif guru-guru di dalam ruangan kelas sebagai bentuk pembuatan keputusan, hanya sedikit upaya, kecuali merumuskan tujuan khusus, formalitas pendapat, dan analisis intelektual.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Perencanaan kurikulum merupakan serangkaian kegiatan yang terorganisir dengan sistematis dan terdiri dari berbagai komponen untuk mencapai tujuan pendidikan yang akan diimplementasikan di masa mendatang. Terdapat beberapa tujuan perencanaan kurikulum yaitu, Sebagai standar pengawasan, menyerasikan dan memadukan beberapa subkegiatan, mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya kegiatan, mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan, memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan dan lain-lain. Selain itu, terdapat manfaat dari perencanaan kurikulum menurut Burhanuddin yaitu, agar kegiatan-kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan tertentu, tertib dan lancer; mendorong suatu pelaksanaan kegiatan organisasi secara produktif; memberikan gambaran yang lengkap bagi seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan.

Komponen kurikulum terdiri dari Tujuan, Isi, Aktivitas belajar, Sumber belajar, dan Evaluasi. Beberapa pertimbangan dalam menentukan komponen ada empat yaitu, 1) Komponen tujuan; 2) Komponen isi/materi; 3) Komponen Metode; 4) Komponen Evaluasi. Tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam perencanaan kurikulum ialah menetapkan kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah dan untuk jobdesc selanjutnya sudah dibagi ke beberapa pihak yang terkait dengan perencanaan kurikulum. Tanggung jawab pemerintah yakni, Pemerintah bertangggung jawab dalam mempersiapkan guru dan kepala sekolah untuk melaksanakan kurikulum; Pemerintah bertanggung jawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum secara nasional. Model model perencanaan kurikulum ada empat yaitu:1) Model Perencanaan Rasional Deduktif atau Rasional Tyler; 2) Model Interaktif Rasional (The Rational Interactive Model); 3) The Diciplines Model; 4) Model Tanpa Perencanaan

B.     Saran

Semoga makalah ini dapat membantu para mahasiswa terkhususnya untuk mahasiswa Manajemen Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semester 3 dalam mata kuliah Manajemen Kurikulum. Pada materi ini dijelaskan mengenai perencanaan kurikulum. Pembahasan dalam makalah ini mengharapkan agar dengan adanya  pengetahuan mengenai perencanaan kurikulum kita sebagai mahasiswa menjadi lebih mengetahui dan memahami konteks kurikulum dengan baik, serta mengetahui kebutuhan sumber daya manusia dilihat dari perencanaan kurikulumnya. Serta mengetahui pentingnya perencanaan dalam suatu manajemen merupakan inti atau jembatan untuk mencapai suatu tujuan dari manajemen itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2010.  Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Hamalik, Oemar. 1994.  Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Bumi Aksara.

Khoirudin, M. Arif. 2013. Manajemen Kurikulum dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Manajemen Kurikulum. Vol. 24.  No. 1.

Lazwardi, Dedi. 2017. Manajemen Kurikulum sebagai Pengembangan Tujuan Pendidikan. Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam. Vol. 7.  No. 1.

Nasbi, Ibrahim. 2017. Manajemen Kurikulum : Sebuah Kajian Teoritis. Jurnal Idaarah. (Makassar : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Alauddin Makassar). Vol. 1, no. 2.

Prastowo, Andi. 2017.  Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu. Jakarta : Kencana.

Raharjo, Rahmad. 2010. Inovasi kurikulum pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Magnum Pustaka.

Subagyio, Lambang. Safrudiannur.  Implementasi kurikulum 2013 Pada jenjang SD,SMP,SMA,dan SMK di kalimantan timur2013/2014. Vol. 3, No. 4.

Triwiyanto, Teguh. 2015. Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Wahyudin, Dinn. 2014. Manajemen Kurikulum. Bandung: PT Rosda Karya.



[1] Dinn Wahyudin, Manajemen Kurikulum, (Bandung: PT Rosda Karya, 2014), hal. 18

[2] Dinn Wahyudin, Manajemen Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 80-81.

[3] Dinn Wahyudin, Ibid.

[4] Dedi Lazwardi, Manajemen Kurikulum sebagai Pengembangan Tujuan Pendidikan, Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam, vol. 7, no. 1, 2017, hal. 102 (Diakses pada 25 Oktober 2019)

[5] Teguh Triwiyanto, Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015) cet. 1, hal. 96

[6] Teguh Triwiyanto, Ibid, hal. 102

[7] Teguh Triwiyanto, Ibid.

[8] M.Arif Khoirudin, Manajemen Kurikulum dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, Manajemen Kurikulum, vol. 24, No. 1, 2013, hal. 64

[9] Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2010), cet. 4, hal. 152

[10] Dinn Wahyudin, Op.cit, hal. 87.

[11] Dinn Wahyudin, Ibid.

[12] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung : Bumi Aksara, 1994), hal. 24

[13] Rahmad Raharjo, Inovasi kurikulum pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Magnum Pustaka, 2010), hal. 110

[14] Lambang Subagyio, Safrudiannur, Implementasi kurikulum 2013 Pada jenjang SD,SMP,SMA,dan SMK di kalimantan timur2013/2014, Vol. 3, No. 4, hal. 136 ( di akses pada tanggal 25 Oktober 2019)

[15] Andi Prastowo, Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu,(Jakarta : Kencana, 2017) hal. 10

[16] Ibrahim Nasbi, Jurnal Idaarah “Manajemen Kurikulum : Sebuah Kajian Teoritis”, (Makassar : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Alauddin Makassar, 2017), vol. 1, no. 2, hal. 323-324.


No comments:

Post a Comment