Saturday, October 31, 2020

ILMU KEDOKTERAN

 

ILMU KEDOKTERAN


DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR.................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................... 1

1.     Latar Belakang........................................................................... 1

2.     Rumusan Masalah...................................................................... 1

3.     Tujuan Makalah......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................ 2

1.     Sejarah Kedokteran Islam........................................................... 2

2.     Perkembangan Kedokteran Islam ............................................... 3

3.     Asas Kedokteran Islam............................................................... 4

4.     Kedokteran islam diberbagai negara............................................ 5

BAB III PENUTUP....................................................................... 9

KESIMPULAN............................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA................................................................... 10

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

kedokteran Islam, yang merupakan metode pengobatannya modern yang kini kita miliki. Jelas, selama periode ini mereka jauh lebih maju dari Eropa yang masih berkubang dalam Abad Kegelapan.

 

Inti dari kedokteran Islam adalah kepercayaan terhadap Qur'an dan Hadist, yang menyatakan bahwa para Muslim memiliki tugas untuk merawat yang sakit dan ini biasa disebut sebagai “Pengobatan Rasul”. Menurut Hadist Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassallam, beliau percaya bahwa Allah telah menyetujui obat untuk setiap penyakit dan tugas seorang Muslim-lah untuk memberikan kesehatan jasmani dan rohani. Ini berarti meningkatkan kualitas fasilitas kesehatan dan memberikan aksesnya kepada siapa pun juga termasuk, dengan banyak Hadist memberikan petunjuk untuk meminta holistik terhadap kesehatan.

 

Pada awalnya, banyak diskusi tentang tidak bolehnya para dokter Muslim menggunakan teknik pengobatan dari Yunani, Cina, dan India, yang membahas orang banyak sebagai praktik paganisme. Setelah melepaskan sengit, para dokter Muslim akhirnya diberikan kebebasan untuk membeli dan meminta teknik-teknik yang diperlukan[1].

 

B.    Rumusan Masalah

Dengan latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya kami akan membahas masalah mengenai :

5.     Sejarah Kedokteran Islam

6.     Perkembangan Kedokteran Islam 

7.     Asas Kedokteran Islam

8.     Kedokteran islam diberbagai negara

 

C.   Tujuan Masalah

1.     Untuk mengetahui sejarah kedokteran islam

2.     Untuk mengetahui Perkembangan Kedokteran Islam 

3.     Untuk mengetahui Asas Kedokteran Islam

4.     Untuk mengetahui Kedokteran islam diberbagai negara

BAB II

PEMBAHASAN

1.     Sejarah Kedokteran Islam

         Dalam kajian sejarah kita mempunyai masa-masa kejayaan islam, selama lebih dari tujuh abad (abad 7-13 masehi). Abad ini antara lain di tandai oleh kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban bertarik internasional. Perkembangan ilmu kedokteran secara sepintas sering kali muncul ketika mengkaji kemajuan dunia islam.

         Namun, kini kemajuan dunia islam dalam bidang kedokteran tercatat dalam sejarah hanyalah tinggal kenangan. Sebagian besar peradaban umat islam dulu mengalami kemiskinan dan tinggal di wilayah kumuh dengan derajat kesehatan yang rendah. Demikian pula ilmu kedokteran dahulu menjadi primadona, dan kini tersingkirkan dari berbagai universitas islam, khususnya dari lembaga-lembaga pendidikan islam tradisional.

Dengan demikian bahan-bahan sejarah dalam perkembangan ilmu kedokteran bermaksud untuk mengajak umat muslim kembali bangkit dalam membangun kejayaan dunia islam dalam bidang kedokteran, dan sekaligus merintis bagi tumbuhnya suatu kajian tentang ilmu kedokteran islami[2].

         Pada masa peradaban islam awal kedokteran melalui tiga periode pasang surut. Periode pertama di mulai dengan gerakan penerjemahan literature kedokteran dari yunani dan bahasa lainnya ke dalam bahasa arab yang berlangsung pada abad ke 7-8 M. pada masa ini sarjana dari Siriah dan Persia secara gemilang dan jujur menerjemahkan literature dari Yunani dan Sirian ke dalam bahasa arab. Rujukan pertama kedokteran terpelajar di bawah kekuasaan khalifah Dinasti umayyah yang memperkerjakan dokter ahli dalam tradiri helenistik. Pada abad ke 7 sejumlah keluarga dinasti bani umayah dalam penerjemahan teks medis dan kimia dari bahasa Yunani ke bahasa Arab. Berbagai sumber juga menunjukan bahwa khalifah dinasti umayah, Umar ibnu abdul aziz (717-720) memerintahkan penerjemahan dari bahasa Siriah ke bahasa Arab sebuah buku perdalaman medis abad ke-7 yang di tulis oleh pangeran Alexandria Ahrun.

         Pengalihan bahasa literature medis meningkat drastis di bawah kekuasaan khalifah Al-ma’mun dari Dinasti Abasiah di Ba’dad. Para dokter dari mestoria dari kota Guni sakur di pekerjakan dalam kegiatan ini sejumlah sarjana islam pun terkemuka ikut ambil bagian dari proses transfer pengetahuan ini.

         Karya-karya asli dalam bahasa Arab kunayn. Bebrapa risalah yang di tulisnya, di antaranya almasayil fi lthib lil muta’alim (masalah kedokteran bagi para pelajar) dan kitab al-asyer makalad fi al-ayn (10 risalah tentang mata). Karya tersebut berpengaruh dan sangat inofatif, walaupun sangat sedikit memaparkan obdervasi baru. Karya yang paling terkenal dalam priode awal di susun oleh Ali ibnu sahal rabban Al-tahari (783-858), Firdaus al-hikmah. Dengan mengadopsi satu pendekatan kritis yang memungkinkan pembaca memilih dari beragam praktek karya ini merupakan karya kedokteran aran konfrensi pertama yang mengintegrasikan dan memuat berbagai tradisi kedokteran saat itu.

         Perkembangan tradisi dan keberagaman yang Nampak pada kedokteran arab pertama, di katakana jhon dapat di lacak sampai pada warisa halnsik dari pada khazanah kedokteran india. Walaupun keilmuan kedokteran India kurang terlalu mendapat perhatian, tidak menafikkan adanya sumber dan praktek berharga yang dapat di pelajari. Warisan ilmiyyah Yunani menjadi dominan khususnya helnistik, jhon eksposito mengatakan “satu kesadaran atas (perlunya) lebih dari satu prediksi mendorong untuk pendekatan keritis dan selektif”.

 

2.     Perkembangan Kedokteran Islam 

A.   Kedokteran Nabi SAW

     Sesungguhnya Nabi SAW tidak diutus ke muka bumi ini untuk menjadi seorang thabib, melainkan untuk menjadi seorang rasul (utusan) Allah SWT. Beliau adalah seorang nabi dan rasul yang terakhir, tiada nabi dan rasul sesudahnya. Tetapi dalam syariah islam yang di bawanya, terkandung banyak nilai-nilai ath-thibb (kedokteran) yang murni dan tinggi.

     Beberapa ajaran dan tuntunan Rasulullah SAW yang mengandung kajian dan nilai-nilai kedokteran, antara lain, yaitu di sebutkannya madu sebagai obat penwar dalam Al-Quran dan hadist Rasulullah SAW, kurma yang tumbuh di tanah berbatu hitam sebagai obat dalam hadist Rasulullah SAW, makanan yang dimakan ketika masih panas itu kurang baik. Dan tuntunan semua yang Rasul berikan termasuk di dalam Al-Quran dan Hadist dan juga termasuk dalam ilmu kesehatan. Al-imam Al-Bukhari adalah seorang ahli hadist pertama yang menyusun kitab athib un-nabiy.

     Dalam kitab sohihnya terdapat lebih dari 80 hadist yang berkaitan dengan ilmu kedokteran. Sedangkan hadist-hadist yang mengenai ilmu kedokteran lainnya tersebar dalam kitab-kitab yaitu Sohih muslim, Sunan abu daut, At-tirmizi, Al-baihaqi, Ahmad, dan yang lainnya.

 

B.    Masa penerjemahan penyaduran dan pengembangan pertama

     Khalifah khalid ibnu yazid ibnu muawwiyah adalah seorang yang mempunyai perhatian besar pada ilmu pengetahuan. Ia mengkaji ilmu kedokteran, kimia dan astronomi, serta dia mencari dan mengumpulkan kitab-kitab ilmu pengetahuan dari skandariyah dan sekitarnya. Dan beliau juga orang pertama yang membuat sebuah lemari kitab yang besar

 

C.    Masa penerjemahan, penyaduran, dan pengembangan ke dua

     Pada masa pemerintahan khalifah abu jaffar al-mansyur pada tahun 136-158 H didirikan lembaga-lembaga pengkajian ilmu pengetahuan di antaranya adalah penerjemahan kitab-kitab pengetahuan dari bahasa Siriyani, Yunani, Hindi, Persia, dan bahasa lainnya. Sebagian kitab-kitab itu berisi ilmu kedokteran.

     Selain itu ada pula Sarjis risy, ia seorang pembawa ilmu kedokteran Yunani ke Siria. Dan ia banyak sekali menyelin dan menerjemahkan kitab-kitab kedokteran yunani kedalam bahasa Siriyani yang sama dengan bahasa arab. Saljis risy adalah seorang kelahitan Irak dan dia penganut nasrai mazhab ya’kubiyyah yang berkeyakinan bahwa allah itu maha esa. Semenjak muda ia mengembara ke Suriyah lalu bermukim di sana, ia tekun mengkaji ilmu kedokteran yunani lalu menggabungkannya dengan kedokteran smiah dan menyalinnya ke dalam bahasa Siriyani. Sarjis risy meninggal pada tahun 536 M.

     Di kota jumdi syhpur tinggallah keluarga al masawaih ia seorang tabib lulusan lembaga kedokteran tinggi di jundi syahkur. Pada masa khalifah harum narasyid, al nasawaih menjadi tabib istana. Ia adalah seorang tabib termashur maka almasawaihpun menyusun kitab-kitab kedokteran yang berisikan metode kedokterannya sendiri.

Namun metode kedokteran al masawaih itu metode kedokteran athib samiah, Persia, dan ilaniah[3].

 

3.     Asas Kedokteran Islam

     Pada dasarnya ilmu kedokteran betsifat umum akan tetapi di dalamnya terdapat islamisasi, yaitu yang sejalan dengan syariat dan tidak berlawanan dengannya. Adapula yang tidak terdapat islamisasi, yaitu  tidak sejalan dengan syariat atau berlawanan dengannya.

     Sesungguhnya obat yang melebihi aturan pakai atau obat yang melebihi takaran yang semestinya, akan menimbulkan penyakit lain yang baru. Jika obat kurang sempurna aturan pakainya atau takaranya kurang banyak, maka obat itu tidak akan menyembuhkan penyakit sedangkan obat yang tidak dapat menemui penyakit, maka hal itu juga tidak menghasilkan kesembuhan.

Jika tubuh tidak dapat menerima obat yang diberikan, akibatnya kekuatan tubuh menjadi lemah.atau didalam tubuh ada sesuatu yang dapat menghilangkan manafaat obat yang diberikan, maka penyakitnya juga tidak akan sembuh karena tidak adanya kesesuaian tadi. Maka dengan demikian, hanya jika diantara penyakit dari obat yang diberikan terjadi kesesuain yang sempurna, penyakit itu akan sembuh dengan segera.[4]

     Athib al-islami adalah ilmu pengobatan yang berasaskan islam dengan prinsip-prinsip pengobatan, antara lain:

Pertama, mengobati seorang pasien dengan ihsan dan tidak melakukannya dengan hal-hal yang bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah nabi.

Kedua, tidak sesekali menggunakan obat-obatan yang haram atau tercampuri bahan yang haram. Firman Allah SWT dan hadist tentang larangan menggunakan khamar antara lain

” mereka ada bertanya kepada mu dalam perkara khamar dan judi, maka katakanlah bahwa keduanya itu dosa besar tetapi ada kemnfaatan bagi manusia tetapi dosanya lebih besar dari pada manfaatnya itu “ QS. Al-Baqarah : 219

 

Adapun mabuk khamar itu musykir penuh khayal, pengubah akal tetapi bukan mabuk seperti makan racun, sabda nabi SAW “sesungguhnya khamar itu pengubah akal”

Ketiga, pengobatan itu tidak sesekali mencacatkan tubuh, kecuali jika keadaannya sangat darurat dan tidak ada pengobatan lainnya di saat itu, seperti menggunakan al-kayy bakar ketika digigit ular di tengah sahara Rasulullah SAW bersabda

“sesungguhnya obat itu pada tiga perkara yaitu minum madu, berbekam, dan berkay dengan api, maka terlarangnya bagi umatku berkay dengan api itu” HR Al-buhari

Keempat, pengobatan itu tidak berbau tahayul, khurafar, dan bid’ah. Sesungguhnya islam tidak mengajarkan berobat dengan air wafaq, jimat yang berbau syirik seperti kita dapatkan di dalam kitab-kitab khain berjuba islam atau mengatas namakan islam, dan illam pula tidak mengajarkan mantra-mantra atau sihir. Rasulullah SAW bersabda

“semua tangkal penangkal jampi itu syirik” HR Ahmad

Kelima, islam tidak membenarkan seseorang yang tidak mengkaji ilmu kedokteran turun mengobati pasien sehingga jika terjadi bahaya, ia harus bertanggung jawab sepenuhnya. Rasulillah SAW bersabda

“jika suatu perkara diserahkan bukan kepada ahlinya, tunggulah kehancurannya” HR bukhari

Keenam, jauhkan lah bagi seorang tabib muslim itu iri hati, takabur, merendahkan orang lain, tinggi hati, dan sifat lainnya yang tidak dipuji oleh allah. Rasulallah SAW bersabda

“sesungguhnya sesuatu yang kutakutkan itu syirik kecil yaitu ria” HR Ahmad

Ketujuh, seorang tabib muslim itu harus berpakaian rapih, bersih dan sebaiknya berpakaian putih. Allah SWT berfirman: dan pakaian mu hendaklah kamu bersihkan dan maksiat hendaklah kamu jauhi QS. Al-mudatsir: 4-5

Kedelapan, hendaklah pula lembaga kedokteran, rumah sakit, balai pengobatan dan semacamnya menarik hati pengunjung indan dan rapih sehinggah menjadi tempat penyiaran islam.

Kesembilan, jauhkan lah lambing-lambang yang berasal dari pemujaan pada dewa-dewa (jahiliyah) ataupun penggunaan lambang keagamaan dari orang-orang yahudi dan nasrani walaupun istilah-istilah itu sudah di gunakan merata dan sudah di akui oleh para tabib muslim.

    Sesungguhnya peraktek kedokteran pada zaman Nabi SAW yang dilakukan sendiri oleh beliau adalah mengatur makan dan minum, puasa, minum madu, minum air putih, dan semacamnya. Nabi SAW berolahraga dan berobat, di antaranya dengan berbekam. Pada masa Nabi SAWpun berkembang pengobatan ramuan pasit, dan al-kayy bakar. Ahli al-kayy yang terkenal dari sahabat Nabi SAW Abi thalhah namun, Nabi SAW kurang mengobati al-kayy bakar karena menyebabkan cacat sampai seumur hidup[5].

 

4.     Kedokteran islam diberbagai negara

     Keberhasilan umat islam dalam mengembangkan ilmu kedokteran antara lain dibuktikan dengan tampilnya sejumlah pakar dalam bidang kedokteran bertaraf internasional yang prestasi medisnya melampaui pakar kedokteran yunani seperti Hippocterates dan Gallen sejarah ilmu kedokteran islam mencatat bahwa islam memiliki nama alkindi yang telah menulis lebih dari 200 buku kedokteran. Dengan sangat luarbiasa ia telah menciptakan apa yang disebut posology (ilmu tentang dosis) yang didasari pada dasar matematik yang selanjutnya diterjemahkan kedalam bahasa latin. Adapun kedokteran pada masa islam yaitu masa perkembangan:

 

1.     Kedokteran Persia pada masa kekhalifahan islam

sesungguhnya di Negeri Persia telah berkembang beberapa metode kedokteran seperti kedokteran Persia kuno dan di perbarui dan dikembangkan, semua berpangkal dari Arianas Saputra. Berikut kitab kedokteran tulisa tabib-tabib zindik terbagi 2 bagian. pertama, kitab untuk ahli tib, berisikan ilmu kedokteran keduniaan semata, adapun tabib-tabib Persia yang ter mashur antara lain:

a.      Ali Ismail Ibnu Muhammad Al-jurjani, dilahirkan di Jurjan lalu mengkaji ilmu kedokteran di lembaga kedokteran tinggi di bagdad. Ia menjadi seorang tabib, ahli penyakit dalam, kuliat, bedah, ilmu jiwa, dan juga ahli obat-obatan. Ia mengajar ilmu kedokteran di Khurajan dan Khawarizan. Sala satu di antara muridnya adalah Ibnu Sina. Beliau meninggal pada tahun 388 H dan ia meninggalkan kitab ulmi’ah fi tib  berupa kitab ilmu kedokteran umum.

b.      Ismail Syaraffudin Al-jurjani, di anggap sebagai pelanjut Ibnu Sina. Ia penyusun kamus kedokteran sehingga di namakan Abu Qomus. Kamus besar al-jujani telah di terjemahkan ke dalam bahasa Turkey, Urdhu, Ibrani, dan bahasa-bahasa Eropa.

Di Persia di mana perkembangan sains Mesopotamia (Irak sekarang) dan bahan-bahanya ilmiah dari India telah dibekukan oleh dualisme agama mazda yang menjadi agama resmi Negara Persia Sassainde, kita menyaksikan bahwa islam yang mengembalikan kesatuan antara alam, manusia dan tuhan, telah memberi pengaruh besar sehingga setelah tersiar di Persia timbullah pemikir-pemikir besar seperti Arrazy, Ibnu Sina, Albairuni, dan Ibnu Al-haitham[6].

2.     Kedokteran zaman Bani Syaldsyuk

Bangsa Turkey saljuk di bawah pimpinan rukmudin tughril beg memasuki daerah ke khalifahan abasiyyah, mereka di terima oleh Al-qaim yang saat itu berada di dalam kekuasaan keluarga buahi yang menganut firqah syiah garis keras. Sebagai penganut Sunnah yang baik, rukumuddin pun membebaskan Al-koim dari kekuasaan keluarga buahi tersebut. Dan rukumuddin pun di beri gelar sultan oleh khalifah karena ia berhasil menguasai seluruh Persia, irak, dan suriah dan sejak itulah terjadi masa dua kekuasaan yaitu khalifah sebagai lambang dan sultan menguasai pemerintah.

Pada zaman sultan jalaluddin abul faith maliksyah (465-485 H) yang termasyhur keadilannya, hiduplah wazir nijhar ulmuluk, seorang pecinta ilmu pengetahuan. Ia mendirikan sekolah nijamiyyah di naisabur dan bagdad mulai dari tingkat awal dan tingkat tinggi. Pada zaman didirikannya pula sebuah rumasakit yang terbesar, terlengkap, bersih, dan indah. Di samping rumah sakit tersebut berdiri sebuah sekolah pengkajian kedokteran menengah, dan sebuah sekolah pengkajian kedokteran tinggi. Rumah sakit dan sekolah kedokteran ini berada di bawah pengurusan diwanitib.

Tabib-tabib yang termahdub dalam khisahih tabib antara lain:

a.      Abu hammid Muhammad al-ghazali, kitab alghazali terdiri dari berpuluh-puluh jilid di antaranya kitab ihya ulumuddin, isinya banyak mengandung ilmu kejiwaan.

b.     Ahmmad syarib shabra, seorang thabib ahli bedah ia ahli dalam kedokteran kandungan dan peracikan obat

c.      Salim saif-ud-din, seorang ahli lasah, penyakit dalam, bedah, bekam, dan ahli tanaman obat

d.     Sarah bintiabdul ghani, seorang tabibah ahli ilmu tasyrih, ahli kebidanan, ahli penyakit dalam, dan seorang guru al-quran.

e.      Salamah binti ali bakhtiar, seorang ahli kebidanan dan ahli kandungan. Dalam kisahnya di ceritakan bahwa ia meninggal dalam usia muda setelah di bunuh oleh tentara ulaghlu dalam rumah sakit.

f.       Abdul malik seorang thabib ahli penyakit dalam, dan merangkap sebagai thabib hewan.

g.     Ibnu kibti, seorang thabib umum. Ia mengamalkan ilmu kedokterannya hingga masa pendudukan monggol.

h.     Ilal barbaus, seorang thabib kawan ibnu kibti.

3.     Kedokteran islam di afganistan

Kedpkteran islam berkembang pesat pada zaman daullah guznawiyyah. Mahmud al-ghazali (388-424 H) adalah seoarang sultan yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Dalam bidang kedokteran alghazni mendatangkan ahli kedokteran dari luar negri untuk meningkatkan pengetahuan thabib-thabib afganistan. Kemudian ia mendirikan diwani thib. Pada masa itulah hidub bairuni yang mempunyai banyak murid. Pada masa sultan mahmus algazni itu pula banyak thabib-thabib persia yang bermukim di gazna.

Thabib-thabib yang terkenal pad masalalu antara lain:

a.      Nana ahmaddin seorang dokter anak, ahli ilmu jiwa, ahli obat-obatan herbal, fukhaha, merakap pula sebagai thabib hewan.

b.     Abdul Rahman aris alkhabul, seorang thabib ahli bedah, ahli penyakit dalam, dan merangkap sebagai thabib tentara kerajaan.

c.      Syaifuddin annuristani, seorang thabib, apoteker, ahli tumbu-tumbuhaan obat.

d.     Ali ahmmad, seorang ahli thabib dan seorang pembuat obat-obatan. Konon ia pernah mengkaji ilmu kedokteran di junisyahpur. Ayahnya orang hajik dan ibunya bangsa wigu (Uighur). Ia pernah berburu pada albayyuni. Ali ahmmad akhirnya menjadi seorang ahli  bedan dan andal.

 

4.     Kedokteran islam di india

Pada masa baitul hikmah berkembang pesat di Baghdad,kitab kedokteran tulisa al-zahrawi, al- bayiruni, athabari, ibnu sina mengalir pula ke india. Setelah kesultanan islam berdiri di tasmir, pensab dan negeri lainnya , hamper disetiap negri terdapat sebuah lembaga kedokteran dan rumah sakit. Kemudian setelah kedokteran metode baitul hikmah itu berkembang di India, timbulah percampuran, sehingga berkembang metode kedokteran Hindi. Tabib-tabib muslim ternama di India pada masa itu, antara lain:

a.      Ainun Muluk Assirazi. Ia seorang tabib umum, ahli obat-obatan herbal, kimia, dan banyak penulis kitab. Diantara kitabnya yang terkenal adalah qamus asyifa dan kitab thibbi dara suku. Qamus syifa dipersembahkan untuk syahjeha.

b.     Abu Bakar Delhi. Ia tabib dan apoteker pembuatan pil kimia

c.      Tanjiz Atukhan. Ia tabib mengamal kitab azzahrawi, guru dan pembuat obat.

d.     Abduljalil Hazzi. Ia seorang tabib ahli lasah tulang, ahli obat-obatan herbal dan tabib hewan.

e.      Rusysyad Abin Alim. Ia seorang tabib mata di Delhi, ia membuat beberapa makalah tentang 15 jenis penyakit mata. Selain seorang tabib umum, dia juga seorang tabib hewan. Ia pernah mengobati seekor gajah kesayangan raja ysng mengalami kelumpuhan. Setelah gajah itu sembuh kembali, ia menerima hadiah uang emas.

f.       Iwadudhin Butho. Ia seorang ahli penyakit kelamin di Madras. Hanya seorang tabib dari Daibul Balucistan.

g.     Tasrif Dakati. Ia seorang tabib kelahiran udjayini, ayahnya seorang tabib beragama hindu

h.     Syariffudin Amin ia seorang thabib ahli bedah dan ia merangkap sebagai tabib ahli gigi.

i.       Muhidin Khan Sanci. Ia seorang ahli waris, ahli mata, dan ahli ramuan herbal

 

5.     Ilmu kedokteran islam turki

Pengobatan turki asli berupa, urut, eftsino (semacam tusuk jarum), tepukan, pijatan ika(pijatan khusus ujung-ujung kaki) pijatan cungkil dengan dua jari, dan semacamnya. Bahkan turki aslipun terkenal dengan peramuanya yang kebanyakan dibuat dengan bahan herbal. Ilmu kedokteran Turki menguasai Bhizantium. Bahasa turki bercampur darah dengan penduduk eropa yang di kuasainya.

Banyak penemuan baru dalam ilmu kedokteran di lembaga-lembagapengkajian kedokteran di Turki itu, diantaranya dalah alat suntikan yang ditemukan oleh seorang tabib yang bernama Abu Bakar dari desa Jaks dipinggir kota Istanbul[7]

BAB III

PENUTUP

 

A.   Kesimpulan

kini kemajuan dunia islam dalam bidang kedokteran tercatat dalam sejarah hanyalah tinggal kenangan. Sebagian besar peradaban umat islam dulu mengalami kemiskinan dan tinggal di wilayah kumuh dengan derajat kesehatan yang rendah. Demikian pula ilmu kedokteran dahulu menjadi primadona, dan kini tersingkirkan dari berbagai universitas islam, khususnya dari lembaga-lembaga pendidikan islam tradisional.

Dengan demikian bahan-bahan sejarah dalam perkembangan ilmu kedokteran bermaksud untuk mengajak umat muslim kembali bangkit dalam membangun kejayaan dunia islam dalam bidang kedokteran, dan sekaligus merintis bagi tumbuhnya suatu kajian tentang ilmu kedokteran islami.

 

Pada dasarnya ilmu kedokteran betsifat umum akan tetapi di dalamnya terdapat islamisasi, yaitu yang sejalan dengan syariat dan tidak berlawanan dengannya. Adapula yang tidak terdapat islamisasi, yaitu  tidak sejalan dengan syariat atau berlawanan dengannya.

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwanya ada beberapa tokoh kedokteran dalam islam amatlah banyak dan juga berpengaruh di dunia seperti Di Persia di mana perkembangan sains Mesopotamia (Irak sekarang) dan bahan-bahanya ilmiah dari India telah dibekukan oleh dualisme agama mazda yang menjadi agama resmi Negara Persia Sassainde, kita menyaksikan bahwa islam yang mengembalikan kesatuan antara alam, manusia dan tuhan, telah memberi pengaruh besar sehingga setelah tersiar di Persia timbullah pemikir-pemikir besar seperti Arrazy, Ibnu Sina, Albairuni, dan Ibnu Al-haitham


DAFTAR PUSTAKA

 

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kedokteran_Islam_abad_pertengahan, diakses pada 26 november 2019

 

Nata, Abuddin. Pespektif Islam Dalam pendidikan kedokteran. Jakarta Selatan: salemba diniyah.2016

 

Yamani, Ja’far Khadem. Kedokteran Islam Sejarah & Perkembanganya,terjemahan oleh Tim Dokter IDAVI,Bandung: Penerbit Dzikra. 2007

 

Al-jauziah, Ibnul Qayyim. 1994. Kedokteran islam.terjemahan oleh  Drs. Abd.Rahman umar, Semarang: Dina Utama, 1994

 

Garaudy,Roger. Janji-janji Islam. terjemahan oleh Editions du seuil et desclee de brouwer.Jakarta: NV Bulan Bintang, 1981



[2]Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, Pespektif Islam Dalam pendidikan kedokteran, (Jakarta Selatan: salemba diniyah  2016)hal.199.

[3] DR. Ja’far Khadem Yamani, Kedokteran Islam Sejarah & Perkembanganya, Tim Dokter IDAVI,(Bandung: Penerbit Dzikra , 2007)

[4] Ibnul Qayyim Al-jauziah, Kedokteran islam, Drs. Abd.Rahman umar,(Semarang: Dina Utama Semarang, 1994)hal. 25

[5] DR. Ja’far Khadem Yamani, Kedokteran Islam Sejarah & Perkembanganya, Tim Dokter IDAVI,(Bandung: Penerbit Dzikra , 2007)Kedokteran Islam Sejarah & Perkembanganya.hal 49-52

[6] Roger Garaudy, Janji-janji Islam, Editions du seuil et desclee de brouwer,(Jakarta: NV Bulan Bintang, 1981)hal.113.

[7] DR. Ja’far Khadem Yamani, Kedokteran Islam Sejarah & Perkembanganya, Tim Dokter IDAVI,(Bandung: Penerbit Dzikra , 2007)