Friday, November 6, 2020

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT DAN IDEOLOGI

 

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT DAN IDEOLOGI


DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR............................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1

A.    Latar Belakang...................................................................................................... 1

B.    Rumusan Masalah................................................................................................ 1

C.    Tujuan Penulisan.................................................................................................. 1

 

BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 2

A.    Aspek ontologi, aspek epistimologi, dan aspek aksiologi pancasila............. 2

B.    Pancasila sebagai ideologi nasional................................................................... 6

C.    Pancasila segai dasar Negara............................................................................... 7

D.   Nilai-nilai Pancasila menjadi dasar dan arah keseimbangan antar Hak

 dan kewajiban Asasi Manusia............................................................ 7

 

BAB III PENUTUP................................................................................ 9

A.    Kesimpulan............................................................................................................ 9

B.    Saran............................................................................................... 10

 

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 11

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.   Latar Belakang Masalah

        Filsafat berasal dari bahasa Latin, Philos + Sophia. Philos berarti gemar, senang, menekuni, menghayati, mengamalkan. Sedangkan Sophia berarti bijak (wise), peduli (care), berbagi (share), adil, jujur, berbudi luhur (fair). Dengan demikian, filsafat berarti gemar, senang , menekuni, menghayati, mengamalkan prilaku bijak. Atau berusaha menhetahuiterhadap suatu secara mendalam (hakikat, fungsi, ciri-ciri, kegunaan, masalah, dan memecahkan masalah-masalah itu). Dari filsafat kemudian muncul pengetahuan, ilmu, dan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan diperoleh bermula dari rasa ingin tahu yang merupaka suatu ciri manusia yang membedakannya dengan makhuk hidup lain.

          Pancasila sebagai Ideologi Nasional, Istilah idea yang berarti gagasan, konsep ,pengertian dasar,cita-cita, dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah, ideologi berarti ilmu ilmu tentang pengertian dasar, ide, atau cita-cita yang dimaksudkan adalah cita-cita yang tetap sifatnya dan harus dicapai sehingga cita-cita itu sekaligus merupakn dasar, pandangan dan paham.

          Pancasila Sebagai Dasar Negara, Pancasila tidak hanya merupakan pandangan hidup bangsa tapi juga merupakan dasar negara , yaitu sumber kaidah hukum konstitusional yang nengatur negara republik Indonesia beserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat, wilayah dan pemerintahann. Pancasila sebagai dasar negara juga disebut sebaga ideologi negara.

 

B.    Rumusan Masalah

1.     Apakah yang dimaksud dengan Aspek ontologi, aspek epistimologi, dan aspek aksiologi pancasila ?

2.     Bagaimana Pancasila sebagai ideologi nasional ?

3.     Bagaimana Pancasila sebagai dasar Negara ?

4.     Apa saja nilai-nilai Pancasila menjadi dasar dan arah keseimbangan antar Hak dan kewajiban Asasi Manusia ?

 

 

C.   Tujuan Penulisan

1.     Untuk mengetahui Aspek ontologi, aspek epistimologi, dan aspek aksiologi pancasila

2.     Untuk memahami Pancasila sebagai ideologi nasional

3.     Untuk memahami Pancasila segai dasar Negara

4.     Untuk mengetahui nilai-nilai Pancasila menjadi dasar dan arah keseimbangan antar Hak dan kewajiban Asasi Manusia

BAB II

PEMBAHASAN

 

PENGERTIAN FILSAFAT

            Filsafat berasal dari bahasa Latin, Philos + Sophia. Philos berarti gemar, senang, menekuni, menghayati, mengamalkan. Sedangkan Sophia berarti bijak (wise), peduli (care), berbagi (share), adil, jujur, berbudi luhur (fair). Dengan demikian, filsafat berarti gemar, senang , menekuni, menghayati, mengamalkan prilaku bijak. Atau berusaha menhetahui terhadap suatu secara mendalam (hakikat, fungsi, ciri-ciri, kegunaan, masalah, dan memecahkan masalah-masalah itu). Dari filsafat kemudian muncul pengetahuan, ilmu, dan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan diperoleh bermula dari rasa ingin tahu yang merupaka suatu ciri manusia yang membedakannya dengan makhuk hidup lain. Proses rasa ingin tahu ini dilakukan melalui nalar (pikiran) dengan kontemplasi (merenung) untuk mencari jawaban terhadap apa yang dilihatnya itu. Inilah yang disebut “berfilsafat”.[1]

 

A.   Aspek ontologi, aspek epistemologi, dan aspek aksiologi Pancasila

a)    Aspek ontologi

Ontoligi menurut Aristoteles adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatuatau tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika. Masalh ontogis antara lain :

ü  Apa hakikat sesuatu itu ?

ü  Apakah realitas yang ada tampak ini suatu realitas sebagai wujudnya, yaitu benda ?

ü  Apakah ada suatutu rahasian dibalik realitas itu, sebagaimana yang tampak pada makhluk hidup? Dan seterusnya.

Bidang ontology menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan keberadaan) manusia, benda, alam semesta (kosmologi), metafisika. Secara ontologis, penyelidikan Panacasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila yang tediri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri sndiri-sendiri, melainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologism. Dasar antologis pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat mutlak yaitu monopuralis, atau monodualis, karena itu juga disebut sebagai antropologis, subjek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia,

Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang Berketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang persatuan, yag berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan social pada hakikatnya manusia.

Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila sebagai ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani. Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk social serta sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirakis sila pertama mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya. (lihat Notonagoro, 1975 : 53)

Hubungan kesesuaian antara negara dan landasan sila-sila Pancasila adalah berupa hubungan sebab-akibat : Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil sebagai pokok pangkal hubungan. Ladasan sila-sila Pancasila yaitu Than, manusia, satu rakyat dan adil adalah sebagai sebab, dan negara adalah sebagi akibat.

b)    Aspek Epistemologis

Epistemologi  adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber pengetahuan,proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemology adalah ilmu tentang ilmu atau teori terjadinya ilmu atau science of science. Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemology , yaitu :

ü  Tentang sumber pengetahuan manusia ;

ü  Tentang teori kebenaran pengetahuan

ü  Tentang watak pengetahuan manusia

Secara epistemologis kajian pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat pancasila sebagai sistem filsafat dimaksudkan sebagai suatu sistem pengetahuan. Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan merupakan sistem pengetahuan. Dengan demikian susunan pancasila memiliki sistem logis baik yang menyangkut kualitas maupun kuantitasnya. Susunan isi arti pancasila meliputi tiga hal :

ü  Umum universal : Hakikat sila-sila pancasila yang merupakan inti sari pancasila sehingga merupakan pangkal tolak dalam pelaksanaan dalam bidang kenegaraan dan tertib hukum Indonesia serta dalam realisasi praktis dalam berbagai bidang kehidupan konkrit

ü  Umum kolektif : Isi arti pancasila sebagai pedoman kolektif negara dan bangsa Indonesia terutama dalam tertib hokum Indonesia

ü  Bersifat khusus dan konkrit : Isi arti pancasila dalam realisasi praktis dalam berbagai bidang kehidupan sehingga memiliki sifat khusus konkrit secara dinamis (lihat notonagoro,1975: 36-40)

Menurut pancasila, hakikat manusia adalah monopluralis, yaitu hakikat manusia yang memiliki unsur pokok susunan kodrat yang terdiri atas raga dan jiwa. Hakikat raga manusia memiliki unsur fisis, anorgis, vegetative dan animal. Hakikat jiwa memiliki unsur  akal, rasa, kehendak yang merupakan potensi sebagai sumber daya cipta manusia yang melahirkan pengetahuan yang benar, berdasarkan pemikiran yang memoris, reseptif, kritis dan kreatif.

 

c)     Aspek aksiologis

Aksiologis pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat pancasila. Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat, dan logos yang artinya pikiran, ilmu dan teori. Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disukai, atau yang baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria nilai, dan kedudukan metafisika suatu nilai.

Nilai (value dalam inggris) berasal dari kata latin valere yang artinya kuat, baik, berharga. Dalam kajian filsafat merujuk pada sesuatu yang sifatnya abstrak yang dapat diartikan sebagai “keberhargaan” (woth) atau “kebaikan” (goodness). Nilai itu sesuatu yang berguna. Nilai juga mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan. Nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia (dictionary of sociology an related science). Nilai itu suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek. Ada berbagai macam teori tentang nilai :

a.      Max scheler mengemukakan bahwa nilai ada tingkatannya, dan dapatdikelompokan menjadi empat tingkatan, yaitu :

ü  Nilai-nilai kenikmatan

Dalam tingkatan ini terdapat nilai yang mengenakan dan nilai yang tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang senang atau menderita.

ü  Nilai-nilai kehidupan

Dalam tigkatan ini terdapat nilai nilai yang penting dalam kehidupan, seperti kesejahteraan, keadilan dan kesegaran.

ü  Nilai-nilai kejiwaan

Dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan (geistige werte) yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan. Nilai-nilai semacam ini misalnya, keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni

 

 

ü  Nilai-nilai kerohanian

Dalam tingkat ini terdapat moralitas yang suci dan tidak suci. Nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi.(driarkara,1978)

a.      Walter G.Everet menggolongkan nilai-nilai manusia kedalam delapan kelompok :

ü  Nilai-nilai ekonomis : ditunjukan oleh harga pasar dan meliputi semua benda yang dapat dibeli

ü  Nilai-nilai kejasmanian : membantu pada kesehatan, efisiensi dan keindahan dariv kehidupan badan

ü  Nilai-nilai hiburan : nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang dapat menyumbangkan pada pengayaan kehidupan

Nilai-nilai social : berasal mula dari berbagai bentuk perserikatan manusia

ü  Nilai-nilai watak : keseelurahan dari keutuhan kepribadian dan social yang diinginkan

ü  Nilai-nilai estetis :Nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya seni

ü  Nilai-nilai intelektual : nilai-nilai pengetahuan dan pemgajaran kebenran

ü  Nilai-nilai keagamaan

b.      Notonagoro mebagi nilai menjadi tiga macam yaitu :

·        Nilai material : sesuatu yang berguna bagi manusia

·        Nilai vital : sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melaksanakan kegiatan atau aktivitaas

·        Nilai kerohanian : segala sesuatu yang berguna bagi rohani yang dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu : Nilai kebenaran,keindahan,kebaikan atau nilai moral dan religious

c.      Dalam filsafat pancasila disebutkan terdapat tiga tingkatan  nilai yaitu :

·        Nilai dasar : asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang bersifat mutlak,sebagai seusatu yang benar atau tidak perlu dipertanyakan kembali.Nilai-nilai dasar pancasila adalah nilai ketuhanan,nilai kemanusian,nilai persatuan,nilai kerakyatan,nilai sosial.

·        Nialai instrumental : nilai yang terbentuk norma sosial dan norma hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga negara

·        Nilai praksis : niali yang sesungguhnya kita laksanakan dalam

Kenyataan[2]

                                                                             

B.    Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Istilah idea yang berarti gagasan, konsep ,pengertian dasar,cita-cita, dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah, ideologi berarti ilmu ilmu tentang pengertian dasar, ide, atau cita-cita yang dimaksudkan adalah cita-cita yang tetap sifatnya dan harus dicapai sehingga cita-cita itu sekaligus merupakn dasar, pandangan dan paham.

Ideologi yang semula berarti gagasan ide, cita-cita itu berkembang menjadi suatu paham mengenai seperangkat nilai atau pemikiran yang oleh seseorang atu kelompok orang menjadi suatu pegangan hidup.

Sifat Ideologi, ada tiga dimensi sifat ideologi :

1.      Dimensi Realitas : Nilai yang terkandung dalam dirinya, bersumber dari nilai nilai yang hidup dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi itu lahir, sehingga mereka betul-betul merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah milik mereka bersama. Pancasila mengandung sifat dimensi realitas ini dalam dirinya.

2.      Dimensi Idealisme : Ideologi itu mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila bukan saja memenuhi dimensi idealism ini, melainkan juga berkaitan dengan dimensi realitas.

3.      Dimensi Fleksibel : Ideologi itu memberikan penyegaran, memelihara,dan memperkuat relenvansinya dari waktu ke waktu sehingga bersifat dinamis dan demokratis. Pancasila memiliki dimensi fleksibel karena memelihara, memperkuat,relevansinya dari masa ke masa.

Fungsi Ideologi, menurut Soerjono Poespowardojo  :

1)     Memberikan struktur kognitif

2)     Memberikan orientasi dasar dengan membuka wawasan

3)     Memberikan norma norma yang menjadi pedoman

Pancasila merupakan dasar negara yang terbentuk melalui proses panjang yang penuh lika-liku perjuangan, baik perjuangan secara moril maupun materiil bahkan jiwa dan raga. Asal mula pancasila menurut kausalitas dibagi menjadi dua yakni asal mula langsung dan tak langsung.

Pancasila sebagai ideologi nasional merupakan nilai yang terkandung di dalamnya dan menjadi cita-cita normatif didalam penyelenggaraan negara. Secara luas pengertian pancasila sebagai ideologi negara adalah visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ialah terwujudnya kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan, kesadaran akan kesatuan, berkerakyatan serta menjunjung tinggi nilai keadilan.

Pancasila sebagai ideologi nasional, memiliki pemahaman dalam sudut pandang budaya bangsa dan bukan melalui sudut pandang kekuasaan, hal ini bermakna pancasila bukanlah sebagai alat kekuasaan namun sebagai alat yang menyatukan bangsa dan negara.[3]

C.   Pancasila Sebagai Dasar Negara

Pancasila tidak hanya merupakan pandangan hidup bangsa tapi juga merupakan dasar negara , yaitu sumber kaidah hukum konstitusional yang nengatur negara republik Indonesia beserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat, wilayah dan pemerintahann. Pancasila sebagai dasar negara juga disebut sebaga ideologi negara.

Sebagai dasar negara,pancasila mempunyi kekuatan mengikat secara hukum. Seluruh tatanan hidup bernegara yang betentngan dengan pancasila sebagai kaidah hukum konstitusional, pada dasarnya tidak berlaku dan harrus dicabut.sebagai dasar negaa,pancasila sudah terkait dengan struktur kekuasdaan secara formal.

Sebagai dasar negara, pancasila meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara, baik berupa hukum tertulis yang terwujud undang-undang dasar maupun berupa hukum dasar tidak tertulis yang tumbuh dalam praktek penyelenggaran negara.

 

D.    Nilai-nilai Pancasila menjadi dasar dan arah keseimbangan antar Hak dan kewajiban Asasi Manusia

Pandangan mengenai hubungan antara manusia dan masyarakat merupakan falsafah kehidupan masyarkat yang memberi corak dan warna bagi kehidupan masyarakat. Apabila memahami nilai dari sila-sila pancasila akan terkandung nilai-nilai manusia yang melahirkan keseimbangan anatara hak dan kewajiban antar hubungan tersebut yaitu :

1.      Hubungan vertikal

   Hubungan manusia dengan tuhan yang maha kuasa sebagai penjelmaan dari nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam hubungannya dengan itu, manusia memiliki kewajiban-kewajiban untuk melaksanakan perintahnya dan menjauhkan atau menghentikan larangannya,sedangkan hak-hak yang diterima manusia adalah rahmat yang tidak terhingga yang diberikan balasan amal perbuatan diakhirat nanti.

 

 

2.      Hubungan horizontal

   Hubungan manusia dengan sesamanya baik dalam fungsinya sebagai warga masyrakat,warga bangsa maupun warga negara. Hubungan itu melahirkan hak dan kewajiban yang seimbang.

3.      Hubungan alamiah

   Hububungan alam manusia dan alam sekitar yang meliputi hewan,tumbuhan,dan segala kekayaannya.seluruh alam dengan sesiisinya adalah untuk kebutuhan manusia. Manusia berkewajiban melestarikan karena alam menglami penyusutan sedangkan manusia semakin bertambah. Oleh karena itu, memelihara kelestarian alam merupakan kewajiban manusia, sedangkan hak yang diterima manusia dari alam sudah tidak terhingga dari banyaknya.[4]

BAB III

PENUTUP

1.     Kesimpulan

-         Aspek ontologi, aspek epistemologi, dan aspek aksiologi Pancasila :

1)     Aspek ontologi

       Bidang ontologi menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan keberadaan) manusia, benda, alam semesta (kosmologi), metafisika. Secara ontologis, penyelidikan Panacasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila yang tediri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologism. Dasar antologis pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat mutlak yaitu monopuralis, atau monodualis, karena itu juga disebut sebagai antropologis, subjek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia.

2)     Aspek Epistemologis

        Epistemologi  adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan

3)     Aspek aksiologis

           Aksiologis pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat pancasila. Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat, dan logos yang artinya pikiran, ilmu dan teori. Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disukai, atau yang baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria nilai, dan kedudukan metafisika suatu nilai.

-         Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

           Istilah idea yang berarti gagasan, konsep ,pengertian dasar,cita-cita, dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah, ideologi berarti ilmu ilmu tentang pengertian dasar, ide, atau cita-cita yang dimaksudkan adalah cita-cita yang tetap sifatnya dan harus dicapai sehingga cita-cita itu sekaligus merupakan dasar, pandangan dan paham.

 

-         Pancasila Sebagai Dasar Negara.

             Sebagai dasar negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum. Seluruh tatanan hidup bernegara yang betentngan dengan pancasila sebagai kaidah hukum konstitusional, pada dasarnya tidak berlaku dan harus dicabut. Sebagai dasar negaa,pancasila sudah terkait dengan struktur kekuasaan secara formal.

-         Nilai-nilai Pancasila menjadi dasar dan arah keseimbangan antar Hak dan kewajiban Asasi Manusia

         Pandangan mengenai hubungan antara manusia dan masyarakat merupakan falsafah kehidupan masyarkat yang memberi corak dan warna bagi kehidupan masyarakat. Apabila memahami nilai dari sila-sila pancasila akan terkandung nilai-nilai manusia yang melahirkan keseimbangan antara hak dan kewajiban antar hubungan tersebut yaitu : horizontal, vertikal dan alamiah.

 

2.     Saran

Semoga makalah yang penulis buat dapat memberikan manfaat pengetahuan tentang  Pancasila sebagai filsafat dan ideologi kepada pembaca. Semoga makalah ini dapat membantu para pembaca untuk pembuatan makalah tentang  Pancasila sebagai filsafat dan ideologi . penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis meminta saran dan kritik dari para pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Daftar Pustaka

 

Hadi, Hardono, Hakikat dan muatan filsafat pancasila, Jakarta : Pustaka Filsafat

Christine,2006  Modul pancasila dan kewarganegaraan, Jakarta : Pradnan Kramita

hhtp://tjiptosubadi.blogspot.com/2010/09/landasan-ontologi-epistimologi-dan.html?m=1

http://www.akademia.edu/19753748/nilai-nilaipancasila

 



[1] Hadi, Hardono, Hakikat dan muatan filsafat pancasila, Jakarta : Pustaka Filsafat

[2] hhtp://tjiptosubadi.blogspot.com/2010/09/landasan-ontologi-epistimologi-dan.html?m=1

[3] Christine,2006  Modul pancasila dan kewarganegaraan, Jakarta : Pradnan Kramita

Thursday, November 5, 2020

KETAHANAN NASIONAL

 

KETAHANAN NASIONAL

DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1

1.     Latar Belakang........................................................................... 1

2.     Rumusan Masalah...................................................................... 1

3.     Tujuan Makalah......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

1. Asas-asas Ketahanan Nasional Indonesia..................................... 2

2. Sifat-Sifat Ketahanan Nasional Indonesia.................................... 3

3. pengaruh Gatra dalam Ketahanan Nasional terhadap kehidupan berbangsa        3

4. Pembinaan Ketahanan Nasional Indonesia.................................. 6

5. Asas-Asas Pembinaan Ketahanan Nasional Indonesia.................. 6

6. Pembinaan Ketahanan Nasional Indonesia.................................. 9

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN........................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA................................................................. 15

         


                                                       BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Konsepsi ketahanan nasional adalah konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang, serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan terpadu berlandaskan UUD 1945 dan wawasan nusantara dengan kata lain konsepsi ketahanan nasional merupakan pedoman untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan mengembangan kekuatan nasional dengan pendekatan kesejahteraan dan keamanan. Kesejahteraan dapat digambarkan sebagai kemampuan bangsa dalam menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai nasionalnya demi sebesar-besarnya kemakmuran yang adil dam merata, rohaniah, dan jasmaniah. Sedangkan keamanan adalah kemampuan bangsa melindungi nilai-nilai nasional terhadap ancaman dari luar maupun dari dalam.

 

B.   Rumusan Masalah

1.     Apa saja Asas-Asas Ketahanan Nasional Indonesia?

2.     Apa saja Sifat-Sifat Ketahanan Nasional Indonesia?

3.     Apa pengaruh Gatra dalam Ketahanan Nasional terhadap kehidupan berbangsa?

4.     Apa yang dimaksud dengan Pembinaan Ketahanan Nasional Indonesia?

5.     Apa saja Asas-Asas Pembinaan Ketahanan Nasional Indonesia?

6.     Apa saja langkah Pembinaan Ketahanan Nasional Indonesia?

 

C.   Tujuan

1.     Untuk mengetahui Asas-Asas Ketahanan Nasional Indonesia

2.     Untuk mengetahui Sifat-Sifat Ketahanan Nasional Indonesia

3.     Untuk mengetahui pengaruh Gatra dalam Ketahanan Nasional terhadap kehidupan berbangsa

4.     Untuk mengetahui Pembinaan Ketahanan Nasional Indonesia

5.     Untuk mengetahui Asas-Asas Pembinaan Ketahanan Nasional Indonesia

6.     Untuk mengetahui langkah Pembinaan Ketahanan Nasional Indonesia

                                                           

BAB II

PEMBAHASAN

A.   Asas-Asas Ketahanan Nasional[1]

a. Asas Kesejahteraan dan Keamanan

Kesejahteraan dan keamanan bernilai intrinsic dan bersifat mendasar, berdampingan pada kondisi apapun, pembangkit utama sistem kehidupan nasional.

b. Asas Komprehensif Integral

Sistem kehidupan nasional meliputi aspek alamiah dan aspek sosial dalam bentuk perwujudan persatuan dan perpaduan yang selaras, serasi, dan seimbang didalam kehidupan nasional.

c. Asas Wawas Diri

Sistem kehidupan nasional berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya,

hal tersebut dapat menimbulkan berbagai dampak, baik positif maupun negatif.

Untuk itu diperlukan sikap wawas diri ke dalam dan ke luar.

·        Wawas ke dalam

bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat, dan kondisi kehidupan nasional berdasarkan nilai-nilai kemandirian yang proporsional untuk meningkatkan kualitas derajat kemandirian bangsa yang ulet dan tangguh.

·        Wawas ke luar

bertujuan untuk mengantisipasi dan berperan serta mengatasi dampak lingkungan strategis luar negeri dan menerima kenyataan adanya interaksi dan pengaruh perkembangan dunia.

d. Asas Kekeluargaan

Asas kekeluargaan mengandung keadilan, kearifan, kebersamaan, kesamaan, gotong royong, tenggang rasa, dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.


 

B.   Sifat-Sifat Ketahanan Nasional[2]

Ketahanan Nasional memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

 

a)     Manuggal Antara trigatra (aspek alamiah)dan pancagatra (aspek sosial). Sifat integratif tidak dapat diartikan mencampuradukan semua aspek sosial tetapi integrasi dilaksanakan secara serasi dan selaris.

b)    Marwas Ke Dalam Tannas terutama di arahkan kepada diri bangsa dan negara itu sendiri, karena bertujuan mewujudkan hakekat dan sifat nasionalnya sendiri. Hal ini tidak berarti bahwa dianut sikap isolasi atau nasionalisme sempit.

c)      Berkewibawaan Tannas sebagai hasil pandangan yang bersifat manunggal tersebut mewujudkan kewibawaan nasional yang harus diperhitungkan oleh pihak lain dan mempunyai daya pencegah.

d)     Berubah Menurut Waktu Suatu bangsa tidaklah tetap adanya, dapat meningkat atau menurun dan bergantung kepada situasi dan kondisi bangsa itu sendiri.

e)     Tidak Membenarkan Sikap Adu Kekuasaan dan Adu Kekuatan

Konsep adu kekuasaan dan adu kekuatan bertumpu pada kekuatan fisik, maka sebaliknya ketahanan nasional tidak mengutamakan kekuatan fisik saja tapi memanfaatkan daya dan kekuatan lainnya, seperti kekuatan moral yang da pada suatu bangsa.

f)      Percaya Pada Diri Sendiri Ketahanan nasional dikembangkan dan ditingkatkan berdasarkan sikap mental percaya pada diri sendiri.

g)     Tidak Bergantung Kepada Pihak Lain.

C.   Pengaruh Gatra dalam Ketahanan Nasional

a.     Pengaruh Gatra Ideologi Nasional

Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara RI merupakan sumber nilai dan aspirasi yang menggerakkan dan mempengaruhi bidang kehidupan poleksosbudhankam. Oleh karena itu, syarat keberhasilan gatra ideology Pancasila sebagai bagian dari aspek sosial ketahanan nasional apabila:

1) Seluruh bangsa Indonesia mengakui dan menyadari kehadiran

Pancasila merupakan satu-satunya ideologi yang harus dikembangkan dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2) Seluruh bangsa Indonesia memiliki kemampuan untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila secara murni dan konsekuen, objektif, dan subjektif.

3) Seluruh bangsa Indonesia mengakui dan menyadari dalam

eksistensinya sebagai satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia sehingga berkemampuan menjaga persatuan bangsa dan kesatuan wilayah sebagai pengamalan pancasila, perwujudan sesanti Bhineka Tunggal Ika dan konsepsi Wawasan Nusantara.

b.    Pengaruh Gatra Politik

NKRI, sebagai sebuah negara demokratis, menentukan sistem politik dengan kebijakan pemerintah yang dapat memenuhi keinginan dan tuntutan rakyat namun tetap mengarah pada pencapaian tujuan nasional. Sistem politik menentukan bagaimana kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan berbegara diproses atau berproses dalam tatanan suprastruktur dan infrastruktur politik. Syarat keberhasilan gatra politik sebagai bagian dari aspek social, ketahanan nasional ialah dibangun atas dasar nilai-nilai Pancasila, atas dasar asas musyawarah mufakat, dan diciptakan keadaan stabil, baik di dalam negeri maupun di kawasan sekitar, serta diusahakan agar

memperoleh bantuan dari mana saja dengan syarat-syarat ringan dan tidak ada ikatan politik apapun.

c.      Pengaruh Gatra Ekonomi

Pembangunan ekonomi nasional harus diarahkan melalui iklim usaha yang sehat, serta pemanfaatan iptek, tersedianya barang dan jasa, terpeliharanya fungsi lingkungan hidup, dan meningkatnya daya saing dalam lingkungan perekonomian global.

Syarat keberhasilan gatra ekonomi sebagai bagian dari aspek sosial

ketahanan nasional ialah apabila:

1) Diarahkan untuk dapat mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan

yang adil dan merata.

2) Diselenggarakan dengan menghindari:

a. Sistem free fight liberalism yang hanya menguntungkan pelaku ekonomi kuat dan tidak memungkinkan berkembangnya ekonomi kerakyatan.

b. Sistem etatisme, dalam arti negara beserta aparatur ekonomi negara bersifat dominan.

c. Pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat.

3) Struktur ekonomi dimantapkan secara seimbang dan saling menguntungkan dalam keselarasan dan keterpaduan antar sector pertanian dan perindustrian serta perdagangan dan jasa.

4) Ekonomi Indonesia, yang merupakan usaha bersama atas dasar asas kekeluargaan di bawah pengawasan anggota masyarakat, dimotivasi dan didorong peran serta masyarakat secara aktif.

5) Kemampuan bersaing ditumbuhkan secara sehat dan dinamis untuk mempertahankan dan meningkatkan eksistensi dan kemandirian perekonomian nasional.

d.  Pengaruh Gatra Sosial-Budaya        

Wujud ketahanan sosial-budaya bangsa Indonesia berupa nilai-nilai Pancasila. Pembentukan identitas budaya bagi bangsa dan negara Indonesia dapat dirujuk dari perkembangan kehidupan budaya daerah menjadi budaya nasional. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan subetnis, yang masing-masing memiliki kebudayaannya sendiri, disebut kebudayaaan daerah. Dalam kehidupan bernegara saat ini, kebudayaan daerah merupakan kerangka kehidupan kebudayaan nasional karena kebudayaan nasional bangsa Indonesia nersumber pada interaksi budaya suku bangsa dalam kesetaraan yang kemudian diterima sebagai nilai bersama seluruh bangsa. Kebudayaan nasional juga merupakan hasil interaksi dari nilai-nilai budaya yang telah ada dengan budaya luar (asing), yang kemudian juga diterima sebagai nilai bersama dan menjadi identitas bangsa dan negara Indonesia.

e.  Pengaruh Gatra Pertahanan-Keamanan   

Wujud ketahanan pertahanan-keamanan tercermin dalam kondisi daya tengkal bangsa yang dilandasi oleh kesadaran bela negara seluruh rakyat. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara menyebutkan bahwa Pertahanan Negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah NKRI, melindungi kehormatan dan keselamatan segenap bangsa, melaksanakan operasi militer selain perang, dan ikut serta aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional. Pertahanan negara diselenggarakan melalui usaha membangun dan membina kemampuan, daya tangkal negara.[3]

D.   Pembinaan Ketahanan Nasional

a)     Pengertian Pembinaan Ketahanan Nasional

·        Pengertian Pembinaan

Menurut Mitha Thoha Pembinaan adalah Suatu tindakan, proses, hasil, atau pernyataan yang lebih baik. Dalam hal ini menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan, berkembang atau peningkatan atas sesuatu. Ada dua unsur dari definisi pembinaan yaitu:

1.     Pembinaan itu bisa berupa suatu tindakan, proses, atau pernyataan tujuan, dan;

2.     Pembinaan bisa menunjukan kepada perbaikan atas sesuatu.

·        Pengertian Ketahanan Nasional

Ketahanan nasional adalah keuletan dan ketangguhan suatu bangsa yang mampu menghadapi dan mengatasi segala tantangan, hambatan dan ancaman baik yang datang dari dalam maupun dari luar, baik secara langsung ataupun tidak langsung yang tidak membahayakan integritas, identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan Negara.

·        Pengertian Pembinaan Ketahanan Nasional

Pembinaan ketahanan nasional indonesia adalah proses transformasi sumber daya secara efisien dan ekonomis, untuk menghasilkan spektrum kemampuan dan kekuatan yang berupa daya kekebalan, daya berkembang dan daya tangkal atau daya kena dalam sistem nasional.

Pembinaan Ketahanan Nasional pada hakikatnya ditujukan untuk memberikan kemampuan atau daya mampu pada sistem kehidupan nasional, sehingga dapat dikatakan bahwa pembinaan Ketahanan Nasional pada hakikatnya juga merupakan pembinaan sistem kehidupan nasional.

 

E.   Asas-asas Pembinaan Ketahanan Nasional Indonesia

Asas pembinaan Ketahaanan Nasional Indonesia adalah tata laku yang relatif telah tersusun bagi tindakan dan kegiatan pembinaan Ketahanan Nasional yang member ciri khas kepada bangsa Indonesia dalam upayanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengembangkan kehidupannya.[4]

Asas geopolitik dan geostrategi yang dilandasi wawasan nusantara

Kondisi geopolitik Indonesia saat ini dan keterkaitannya dengan wawsan nusantara pembangunan geopolitik Indonesia sudah dimulai oleh para pendiri bangsa melalui ikrar sumpah pemuda, satu nusa yang berarti keutuhan ruang nusantara, satu bangsa yang merupakan landasan kebangsaan Indonesia, satu bahasa yang merupakan faktor pemersatu seluruh ruang nusantara beserta isinya. Rasa kebangsaan merupakan perekat persatuan dan kesatuan, baik dalam makna spirit maupun moral, sehingga membantu meniadakan adanya perbedaan fisik yang disebabkan adanya perbedaan letak geografi. Kondisi geografis suatu negara atau wilayah menjadi sangat penting dan menjadi pertimbangan pokok berbagai kebijakan, termasuk juga dalam merumuskan kebijakan keamanan nasional (national security) atau keamanan manusia (human security). Berbagai bencana alam yang terjadi seperti : angin puting beliung, gempa bumi, tsunami adalah beberapa ancaman terhadap manusia yang sebagian besar diantaranya ditentukan oleh kondisi geografis. Penyebaran konflik komunal tampaknya sedikit terbendung oleh faktor geografis, sebagaimana terjadi di Afrika, Balkan dan Asia Tengah, dengan demikian posisi strategis Indonesia juga membawa implikasi geopolitik dan geostrategi tertentu. Dari uraian di atas dapat diketahiu bahwa pembangunan geopolitik hanya efektif apabila dilandasi oleh wawasan kebangsaan yang mantap. Unsur-unsur dasar wawasan nusantara dalam mencapai kesatuan dan keserasian dapat ditinjau melalui, Satu kesatuan wilayah, Satu kesatuan bangsa, Satu kesatuan sosial budaya, Satu kesatuan ekonomi, Satu kesatuan pertahanan dan keamanan. Konsepsi geopolitik khas Indonesia itu kemudian dirumuskan menjadi acuan dasar yang diberi nama wawasan nusantara, berbunyi sebagai berikut:

“Wujud suatu Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai suatu Negara kepulauan yang dalam kesemestaannya merupakan satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan untuk mencapai tujuan nasional dan cita-cita perjuangan bangsa melalui pembangunan nasional segenap potensi darat, laut dan angkasa secara terpadu” .

Asas holistik

Ketahanan nasional adalah suatu pengertian holistik, yaitu suatu tatanan yang utuh, menyeluruh dan terpadu, dimana terdapat saling hubungan antar gatra didalam keseluruhan kehidupan nasional (Astagatra). Asas Holistik yang dilakukan secara serentak pada segi-segi kehidupan nasional secara holistik dan komprehensif integral.

Asas menyeluruh terpadu

Sistem kehidupan nasional mencakup segenap aspek kehidupan bangsa dalam bentuk perwujudan persatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi dan selaras   pada seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ketahanan nasional mencakup ketahanan segenap aspek kehidupan bangsa secara utuh, menyeluruh dan terpadu (komprehensif intergral).

Asas proyektif

Ketahan nasional harus diproyeksikan dalam skenario masa depan, yang dimaksud skenario ini adalah gambaran perubahan kondisi sistem kehidupan nasional yang disebabkan oleh dampak dari dalam atau dari luar.

Asas Efisien

Ketahan nasional perlu di perhatikan kriteria efisiensi atau ekonomisnya. Kriteria efisiensi berarti bahwa dengan menggunakan sejumlah sumber daya tertentu, harus dapat di capai tingkat ketahanan nasional Indonesia yang setinggi-tingginya. Kriteria ekonomis berarti bahwa untuk mencapai tingkat ketahanan nasional tertentu, harus dapat digunakan jumlah sumber daya sekecil – kecilnya. Dengan kriteria efisiensi atau ekonomis tersebut, maka

1). Strategi ketahanan nasional harus seimbang dengan tuntutan skenario masa depan yang di perkirakan,

2). Tuntutan kebutuhan sumber daya untuk mewujudkan ketahanan nasional harus seimbang dengan strategi ketahanan nasional yang sudah digariskan,

3). Program-program untuk mewujudkan ketahanan nasional harus seimbang dengan sumbaer daya yang tersedia,

4). Anggaran yang di sediakan harus sesui dengan kebutuhan untuk melaksanakan program-program tersebut.

Asas normatif

Ketahan nasional harus diikuti norma kesatuan pola tindak. Agar dicapai aspek efisiensi atau ekonomis dalam kegiatan nasional tersebut, perlu dilakukan kesatuan pola tindak yang meliputi:

1). Kesatuan konsep yang terdiri atas keseragaman dalam pangkal tolak berfikir, keseragaman dalam metode dan keseragaman dalam bahasa,

2). Kesatuan upaya, yang terdiri atas keterpaduan rencana dan program serta keterpaduan dalam kegiatan.

F. Langkah-Langkah Pembinaan Ketahanan Nasional Indonesia[5]

1) Pengamalan pancasila secara objektif dan subjektif

2) Pancasila sebagai ideologi terbuka

3) Sesanti bhineka tunggal ika dan konsep wawasan nusantara

4) Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara RI

5) Pembangunan sebagai pengamalan Pancasila

6) Pendidikan pancasila dan pendidikan kewarganegaraan

Pembinaan ketahaan nasional gatra politik

1) Mengembangkan kehidupan kenegaraan dan politik dalam negeri berdasarkan pancasila dan UUD 45

2) Mengembangkan kehidupan politik luar negri sebagai sarana pencapaian kepentingan nasional dalam pergaulan antar bangsa

Pembinaan ketahanan nasional gatra ekonomi

1) Mengembangkan sistem ekonomi di Indonesia

2) Implementasi ekoomi kerakyatan

3) Memantapkan struktur ekonomi secara seimbang dan langsung menguntungkan

4) Melaksanakan pembangunan sebagai usaha bersama

5) Memeratakan pembangunan dan memanfaatkan hasil-hasilnya

6) Mengembangkan dan menumbuhkan kemampuan bersaing secara sehat

Pembinaan ketahanan nasional gatra sosial budaya

1) Mengembangkan sistem sosial budaya

2) Mengkondisikan dan membina manusia, masyarakat indonesia yang berjiwa pancasila

3) Mengembangkan kehidupan keagamaan

4) Mengembangkan sistem pendidikan nasional

Pembinaan ketahanan nasional gatra pertahanan dan keamanan

1) Mengembangkan sistem pertahaanan dan keamanan

2) Mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku

3) Melakukan pembangunan kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan

4) Melindungi potensi nasional dan hasil-hasil pembangunan

5) Mengambangkan perlengkapan dan peralatan

6) Melaksanakan pembanguna dan pengunaan kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan

7) Mengambangkan TNI sebagai tentara rakyat

8) Mengembangkan POLRI sebagai kekuatan inti kamtibmas

BAB III

PENUTUP

A.   Kesimpulan

Ketahanan Nasional Indonesia memiliki asas-asas yang saling berkaitan. Menurut sifatnya Ketahanan Nasional dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam ketahanan nasional gatra mempunyai pengaruh baik dalam bidang ideologi, politik, ekonomi sosial-budaya, dan pertahanan-kemananan. Pembinaan adalah Suatu tindakan, proses, hasil, atau pernyataan yang lebih baik. Dalam hal ini menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan, berkembang atau peningkatan atas sesuatu, Dalam pembinaan ketahanan nasional harus mengikuti asas-asas yang berlaku. Pembinaan ketahanan nasional harus dialakukan pada bidang-bidang penting suatu negara.

DAFTAR PUSTAKA

Diar Syahrian, dkk, 2014, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan “Ketahanan Nasional Indonesia”, (UIN BANDUNG)

Dwi Sulisworo, dkk, 2012, Hibah Materi Pembelajaran Non Konvensional

Iskandar Suhaimi, 2018, Pembinaan Ketahanan Nasional https://lifeoftechnopreneur.wordpress.com/2018/06/26/pembinaan-ketahanan-nasional, 16 desember 2019



[1] Dwi Sulisworo, dkk, Hibah Materi Pembelajaran Non Konvensional, (2012)            

[2] Diar Syahrian, dkk, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan “Ketahanan Nasional Indonesia”, (UIN BANDUNG : 2014)

[3] Dwi Sulisworo, dkk, Hibah Materi Pembelajaran Non Konvensional, (2012)

[4] Iskandar Suhaimi, Pembinaan Ketahanan Nasional, (2018)

[5] Ibid