Friday, May 29, 2020

DEFINISI PELATIHAN, PERSOALAN KARIR DAN MANAJEMAN KARIR KARYAWAN

DEFINISI PELATIHAN, PERSOALAN KARIR DAN MANAJEMAN KARIR KARYAWAN


BAB 1

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dewasa  ini  perkembangan  dan  pertumbuhan  perusahaan  mempersyaratkan  ketersediaan sumberdaya  manusia  yang  berkualitas.  Upaya  menyediakan  sumber  daya  tersebut  dapat diperoleh  melalui  peningkatan  kualitas  sumber  daya  manusia.  Sumber  daya  manusia  yang berkualitas  dapat  diperoleh  melalui  program  pelatihan  dan  pengembangan  karyawan. Pelatihan  dan  pengembangan  karyawan  merupakan  faktor  yang  mendorong  tercapainya kompetensi karyawan sehingga dapat memberikan kinerja terbaik pada perusahaan.

Program  pelatihan  dan  pengembangan  karyawan  ini  sangat  penting  karena  akan mendukung  peningkatan  kompetensi  karyawan  itu  sendiri.  Adanya  progam  pelatihan  maka karyawan  akan  melakukan  penyesuaian  diri  terhadap  lingkungan  kerja,  menyelaraskan kemampuan diri terhadap perkembangan teknologi dan perkembangan regulasi dalam dunia usaha  merupakan  sasaran  dari  pelatihan  dan  pengembangan  karyawan,  sehingga  karyawan akan  kompeten  dalam  menjalankan  tugas-tugasnya.  Program  pelatihan  dan  pengembangan karyawan ini juga dapat meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan pengalaman karyawan terhadap pekerjaannya.

Karyawan  yang  memiliki  kompetensi  terhadap  pekerjaannya  akan  mendapatkan kesempatan  untuk  mengikuti  tahapan  jenjang  karir  dan  akan  mencapai  jenjang  karir  yang baik.  Kegiatan  dalam  pelatihan  bertujuan  untuk  meningkatkan  pengetahuan,  keahlian  dan kompetensi.  Kegiatan  pelatihan  dilakukan  melalui  kegiatan  pengajaran,  pendidikan  dan pelatihan yang meliputi materi ilmu pengetahuan, keterampilan dan keahlian. Sehingga  pada  akhirnya  kegiatan  pengembangan  karyawan  ini  akan  melahirkan  karyawan yang  unggul  dan  berkualitas  sesuai  dengan  syarat  yang  diinginkan  oleh  perusahan,  dengan demikian  program  pelatihan  dan  pengembangan  memberi  peluang  terhadap  karyawan  agar dapat berperan dalam perusahaan. 

B.     Rumusan Masalah

1.      Sebutkan dan jelaskan definisi dan ruang lingkup proses pelatihan?

2.      Sebutkan dan jelaskan definisi karir dan persoalan karir?

3.      Sebutkan dan jelaskan bagaimana pengembangan dan manajemen karir karyawan?

C.    Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetahui definisi dan pengertian ruang lingkup proses pelatihan.

2.      Untuk mengetahui definisi karir dan persoalan karir.

3.      Untuk mengetahui bagaimana pengembangan dan manajemen karir karyawan.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Devinisi dan Ruag Lingkup Proses Pelatihan

1.      Pengertian Pelatihan dan Pengembangan SDM

Pelatihan dan pengembangan sering kita dengar dalam dunia kerja di perusahaan, organisasi, lembaga, atau bahkan dalam instansi pendidikan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pelatihan dan pengembangan sangat penting bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih menguasai dan lebih baik terhadap pekerjaan yang dijabat atau akan dijabat kedepan. Secara deskripsi tertentu potensi para pekerja pendidikan mungkin sudah memenuhi syarat administarasi pada pekerjaanya, tapi secara aktüal para pekerja pendidikan harus mengikuti atau mengimbangi perkembangan pendidikan sesuai dengan tugas yang dijabat atau yang akan dijabatnya. Hal ini yang mendorong pihak instansi pendidikan untuk memfasilitasi pelatihan dan pengembangan karir para tenaga kerja pendidikan guna mendapatkan hasil kinerja yang baik.[1]

Menurut Marzuki Pelatihan adalah pengajaran atau pemberian pengalaman kepada seseorang untuk mengembangkan tingkah laku (pengetahuan, skill, sikap) agar mencapai sesuatu yang diinginkan. Pelatihan bagi karyawan merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar.[2] Pengembangan (development) merupakan fungsi operaasional kedua dari manajemen personalia, pengembangan karyawan baru / lama perlu dilakukan secara terencana dan berkesinambungan Program pengembangan karywan hendaknya disusun secara cermat dan didasarkan kepada metode-metode ilmiah serta berpedoman pada ketrampilan yang dibutuhkan perusahaan atau suatu instansi pendidikan saat ini maupun untuk masa depan.

Jadi definisi pengembangan adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual , dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan / jabatan melalui pendidikan dan latihan.[3] Selain itu pengembangan (development) juga dapat diartikan sebagai penyiapan individu untuk memikul tanggung jawab yang berbeda atau yang lebih tinggi dalam perusahaan, organisasi, lembaga atau instansi pendidikan. Pengembangan cenderung lebih bersifat formal, menyangkut antisipasi kemampuan dan keahlian individu yang harus dipersiapkan bagi kepentingan jabatan yang akan datang.

Sasaran dan program pengembangan menyangkut aspek yang lebih luas yaitu peningkatan kemampuan individu untuk mengantisipai perubahan yang mungkin terrjadi tanpa direncanakan (unplened change) atau perubahan yang direncanakan (planed change). Dari pengertian ini menunjukkan bahwa fokus pengembangan karir adalah peningkatan kemampuan mental tenaga kerja. Pengembangan lebih difokuskan pada peningkatan kemampuan dalam pengambilan keputusan dan memperluas hubungan manusia (human relation) bagi manajemen tingkat atas dan manajemen tingkat menengah sedangkan pelatihan dimaksudkan untuk pegawai pada tingkat bawah (pelaksana).

Menurut Hani Handoko pengertian latihan dan pengembangan adalah berbeda. Latihan (training) dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Yaitu latihan rnenyiapkan para karyawan (tenaga kerja) untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sekarang. Sedangkan pengembangan (Developrnent) mempunyai ruang lingkup lebih luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap dlan sifat-sifat kepribadian.

2.      Tujuan Pelatihan dan Pengembangan SDM

Tujuan diselenggarakan pelatihan dan pengembangan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan. Adapun tujuannya sebagai berikut :

a.      Tujuan Pelatihan SDM

  • Memutakhirkan keahlian seorang individu sejalan dengan perubahan teknologi.
  • Melalui pelatihan, pelatih (trainer) memastikan bahwa setiap individu dapat secara efektif menggunakan teknologi-teknologi baru.
  • Mengurangi waktu belajar seorang individu baru untuk menjadi kompeten dalam pekerjaan.
  • Membantu memecahkan persoalan operasional.

Mengorientasikan setiap individu terhadap organisasi[4]

b.      Tujuan Pengembangan SDM

  • Meningkatkan produktivitas.
  • Meningkatkan mutu tenaga kerja
  • Meningkatkan ketepatan dalam perencanaan SDM
  • Meningkatkan semangat kerja: Suatu rangkaian reaksi positif dapat dihasilkan dari program pelatihan perusahaan yang direncanakan dengan baik.
  • Menarik dan menahan tenaga kerja yang baik
  • Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja
  • Menunjang pertumbuhan pribadi (personal growht).

Adapun perbedaan Tujuan antara pelatihan dan pengembangan secara umum

a. Pelatihan.

Tujuan: Peningkatan kemampuan individu bagi kepentingan jabatan saat ini. Sasaran: Peningkatan kinerja jangka pendek. Orientasi: Kebutuhan jabatan sekarang.Efek terhadap karir: Keterkaitan dengan karir relatif rendah.

c.       Pengembangan.

Tujuan: Peningkatan kemampuan individu bagi kepentingan jabatan yang akan datang. Sasaran: Peningkatan kinerja jangka panjang. Orientasi: Kebutuhan perubahan terencana atau tidak terencana. Efek terhadap karir: Keterkaitan dengan karir relatif tinggi.[5]

3.      Jenis Pelatihan dan Pengembangan SDM

 

1.      Pelatihan dan Pengembangan Keahlian.

Pelatihan keahlian (skils training) merupakan pelatihan yang sering di jumpai dalam organisasi. program pelatihaannya relatif sederhana: kebutuhan atau kekuragan diidentifikasi rnelalui penilaian yang jeli. kriteria penilalan efekifitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang diidentifikasi dalam tahap penilaian.

  1. Pelatihan dan Pengembangan Ulang.

Pelatihan ulang (retraining) adalah subset pelatihan keahilan. Pelatihan ulang berupaya memberikan kepada para karyawan keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah. Seperti tenaga kerja instansi pendidikan yang biasanya bekerja rnenggunakan mesin ketik manual mungkin harus dilatih dengan mesin computer atau akses internet

  1. Pelatihan dan Pengembangan Lintas Fungsional.

Pelatihan lintas fungsional (cros fungtional training) melibatkan pelatihan karyawan untuk melakukan aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain dan pekerjan yang ditugaskan.

  1. Pelatihan dan Pengembangan Tim.

Pelatihan tim merupakan bekerjasarna terdiri dari sekelompok Individu untuk menyelesaikan pekerjaan demi tujuan bersama dalam sebuah tim kerja.

  1. Pelatihan dan Pengembangans Kreatifitas.

Pelatihan kreatifitas(creativitas training) berlandaskan pada asumsi hahwa kreativitas dapat dipelajari. Maksudnya tenaga kerja diberikan peluang untuk mengeluarkan gagasan sebebas mungkin yang berdasar pada penilaian rasional dan. [6]

B. Definisi Karir dan PersoalanKarir

1.  Pengertian Karir

Para pakar lebih sering mendefinisikan karir sebagai proses suatu konsep yang tidak statis dan final. Mereka  cenderung mendefinisikan karir sebagai “perjalanan pekerjaan seorang pegawai di dalam organisasi”. Perjalanan ini dimulai sejak ia diterima sebagai pegawai baru, dan berakhir pada saat ia tidak bekerja lagi dalam organisasi tersebut.

Konsep karir adalah konsep yang netral (tidak berkonotasi positif atau negatif). Karena itu karir ada yang baik, ada pula karir yang buruk. Ada perjalanan karir yang lambat, ada pula yang cepat. Tetapi, tentu saja semua orang mendambakan memiliki karir yang baik dan bila mungkin bergulir dengan cepat. Karir dapat diletakkan dalam konteks organisasi secara formal, tetapi karir dapat pula diletakkan dalam konteks yang  lebih longgar dan tidak formal.

Apapun artinya, karir amatlah penting bagi pegawai maupun bagi organisasi. Menurut Walker (1980), bagi pegawai, karir bahkan dianggap lebih penting daripada pekerjaan itu sendiri. Seorang pegawai bisa meninggalkan pekerjaannya jika merasa prospek keriernya buruk. Sebaliknya, pegawai mungkin akan tetap rela bekerja di pekerjaan yang tidak disukainya asal ia tahu ia mempunyai prospek cerah dalam karirnya.

Sebaliknya, bagi organisasi, kejelasan perencanaan dan pengembangan karir pegawai akan membawa manfaat langsung terhadap efisiensi manajemen. Dikemukakan oleh Walker (1980) bahwa turn over pegawai cenderung lebih kecil di perusahaan-perusahaan yang sangat memperhatikan pengembangan karir pegawainya. Di samping itu, penanganan karir yang baik oleh organisasi akan mengurangi tingkah frustasi yang dialami oleh pegawai serta meningkatkan motivasi kerja mereka. Oleh karena itu, manajemen karir bukan hanya menjadi kewajiban bagi organisasi, tetapi juga merupakan  kebutuhan yang sama pentingnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Karir (career) memiliki pengertian ”Semua jabatan dan pekerjaan yang dilakukan seseorang selama masa usia kerjanya”. Pertanyaannya sekarang adalah sampai usia berapa Anda ingin berkarir? Seumur hidupkah? Apakah Anda ingin menjadi long life employee atau Anda merencanakan membuka usaha sendiri pada usia tertentu?

Karir dapat terbagi dalam 4 tipe (Driver, 1982) :

1.    Steady State: Pilihan karir untuk mengabdikan diri dalam satu jenis pekerjaan tertentu. Misalnya terus-menerus bekerja di satu profesi, sebagai programmer saja.

2.    Linear : Adanya peningkatan ke atas pada satu jenis pekerjaan. Misalnya saat ini Anda bekerja sebagai programmer, kemudian meningkat menjadi System Analyst.

3.    Spiral : Tetap menekuni satu bidang pekerjaan dalam 7-10 tahun, kemudian beralih bidang pekerjaan, dimana tetap menggunakan keterampilan dan pengalaman yang sudah ada. Misalnya setelah bekerja selama 7 tahun di bidang IT, Anda berminat membuka usaha pribadi ”software house”, dengan memanfaatkan skill dan pengalaman Anda sebelumnya.

4.    Transitory: Memilih beralih karir dalam jangka waktu yang cepat, dimana keinginan untuk menggeluti aneka ragam profesi menjadi tujuan utamanya. Misalnya setelah bekerja sebagai programmer, Anda ingin beralih menjadi web designer, kemudian Anda memutuskan untuk menjadi instruktur dan sebagainya.

2. Kriteria yang Menentukan Efektivitas Karir

  • Kinerja

Gaji dan posisi adalah indikator yang lebih populer dari kinerja karir. Jelasnya, semakin cepat gaji seseorang meningkat, dan semakin tinggi kedudukannya, maka semakin tinggi pula kinerja karirnya. Derajat pertumbuhan gaji dan posisi tercermin dalam seberapa banyak tindakan pekerja yang memberikan kontribusi demi pencapaian kinerja organisasi 

  • Sikap

Konsep sikap karir (career attitudes) mengacu pada cara orang – orang memandang dan mengevaluasi karir mereka. Orang – orang yang memiliki sikap karir yang positif juga akan memiliki persepsi dan evaluasi yang positif tentang karir mereka. Sikap positif memiliki implikasi penting terhadap organisasi, karena orang – orang yang memiliki sikap positif lebih memiliki komitmen karir dan keterlibatan jabatan yang tinggi.

  • Kemampuan adaptasi

Sedikit sekali profesi yang bersifat stagnan dan tidak mengalami perubahan. Perubahan itu sendiri membutuhkan pengetahuan dan keahlian baru untuk mempraktikkannya. Orang – orang yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan itu dan tidak dapat mempraktikkannya dalam karir mereka akan segera mengalami kesulitan dan kehilangan pekerjaan. 

  • Identitas

Identitas karir (career identity) mencakup dua unsur penting. Pertama, wawasan yang menyebabkan orang – orang memiliki kesadaran yang jelas dan konsisten terhadap minat, nilai – nilai, dan harapan mereka untuk masa yang akan datang. Kedua, wawasan yang menyebabkan orang – orang memandang kehidupan mereka tetap konsisten sepanjang waktu, wawasan yang menyebabkan mereka melihat diri mereka sendiri sebagai perpanjangan dari masa lalu mereka. Ide yang terwujud dalam konsep ini adalah, “ingin jadi itu ?” orang – orang yang mampu menjawab pertanyaan ini secara memuaskan biasanya memiliki karir yang efektif, dan mampu memberikan konribusi kepada organisasi yang mempekerjakan mereka.

3. Tahap Karir

Menurut James L. Gibson (1996; 320), tahap – tahap karir terbagi menjadi :

Orang – orang memberikan perhatian lebih pada kebutuhan akan keamanan kerja. Selama masa pembentukan, mereka membutuhkan dan mencari dukungan dari orang lain, terutama manajer mereka. Penting bagi para manajer untuk menyadari kebutuhan ini dan menanggapinya dengan melakukan pembinaan.

Para manajer menunjukkan perhatian yang lebih kecil terhadap kebutuhan akan rasa aman, dan lebih memperhatikan masalah prestasi, aktualisasi diri, dan otonomi. Promosi dan kemajuan untuk meraih jabatan yang lebih tinggi, sebagaimana peluang untuk menguji pendapat dengan bebas, merupakan karakteristik tahap ini. 

Tahap pemeliharaan karir ditandai dengan upaya menjaga stabilitas penghasilan yang diperoleh sebelumnya. Aktualisasi diri merupakan kebutuhan terpenting pada tahap ini. Banyak orang yang mengalami krisis karir madya selama fase pemeliharaan. Sebgian orang tidak dapat mencapai kepuasan dari pekerjaannya dan, sebagai konsekuensinya, menjadi kurang berprestasi. Mereka lalu kehilangan dukungan dari para manajer, sehingga kondisi kesehatan dan masalah yang berhubungan dengan pekerjaan mereka semakin buruk. Para manajer yang berada dalam pemeliharaan diharapkan dapat membina pekerja yang ada di tahap awal. Mereka juga didorong untuk memperluas minat mereka dan lebih banyak berhubungan dengan orang – orang di luar organisasi.

Jadi, pusat kegiatan para manajer dalam tahap ini adalah menjalani pelatihan dan interaksi denan pihak lain. Mereka menilai prestasi kerja orang lain yaitu karakteristik dalam tahap ini yang mampu memunculkan tekanan psikologis. Seseorang yang tidak mampu tuntutan baru dan berbeda ini, bisa jadi akan kembali ke tahap sebelumnya. Sedangkan yang lain mungkin merasa puas dengan melihat beberapa rekan kerja mereka terus bergerak untuk meraih jabatan yang lebih baik. Mereka akan tetap berada dalam fase pemeliharaan sampai pensiun.

Di samping program pembinaan, manajer tahap pemeliharaan dapat memperkaya pengembangan karirnya dengan membangun hubungan sepergaulan (peer relationship). Hubung       an tersebut dapat diklasifikasikan sebagai information peer (saling berbagi informasi), collegial peer (saling memeberikan bantuan dalam mengerjakan tugas – tugas, persahabatan), dan special peer (saling memberikan dukungan emosional, konfirmasi.

Fase penarikan diri menindaklanjuti fase pemeliharaan. Dalam hal ini seseorang bisa menuntaskan sebuah karir atau pindah ke karir yang lain. Seseorang yang tidak melakukan perpindahan karir dalam tahap ini, akan mengalami proses aktualisasi diri melalui kegiatan yang tidak mungkin dapat dilakukan ketika dia masih aktif bekerja.

C. Pengembagan dan Manajemen KarirKaryawan

1. Pengertian pengembangan  karier

a.       Handoko (2008) mengemukakan bahwa pengembangan karier adalah  peningkatan pribadi yang dilakukan seseorang untuk mencapai rencana karier yang diinginkan.

b.      Mondy (1993) berpendapat bahwa pengembangan karier adalah serangkaian aktivitas untuk mempersiapkan seseorang individu pada kemajuan karier yang direncanakan.

Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan karier adalahupaya yang dilakukan oleh organisasi dalam merencanakan karier pegawainya, yang  disebut sebagai manajemen karier, antara lain merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi karier.[7]

Dalam pengembangan karier terdapat empat prinsip yang perlu diperhatikan.

a.       Pekerjaan itu sendiri memiliki pengaruh paling besar terhadap pengembangan karier.  Karena setiap kali muncul tantangan yang berbeda, maka apa yang dipelajari dari pekerjaan bisa jauh lebih penting daripada aktivitas pengembangan yang direncanakan secara formal.

b.      Jenis keterampilan baru yang akan dibutuhkan ditentukan oleh  persyaratan  jabatan yang spesifik. Keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi seseorang  penyelia akan cenderung berbeda dengan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi seorang manajer madya.

c.       Pengembangan akan terjadi apabila seseorang belum memperoleh keterampilan yang disyaratkan oleh sebuah jabatan tertentu. Jika tujuan mutasi adalah untuk meningkatkan kemampuan seorang pekerja, dan pekerja ini sudah memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan baru itu, hanya sedikit atau bahkan tidak ada yang bisa dipelajari.

d.      Dan akhirnya, waktu yang diperlukan untuk mengembangkan keterampilan dibutuhkan, dapat dikurangi dengan cara mengidentifikasikan serangkaian penugasan yang  rasional bagi seorang pekerja.

Pengembangan karier meliputi paparan terhadap semua kegiatan yang bertujuan menyiapkan karyawan untuk memenuhi kebutuhan organisasi, baik saat ini maupun dimasa depan. Sarana pengembangan karier meliputi keterampilan, pendidikan, dan  pengalaman serta teknik-teknik modifikasi dan perbaikan perilaku,yang memberikan nilai tambah sehingga memungkinkan seseorang bekerja lebih baik.

Ada sejumlah pihak yang menentukan efektivitas program pengembangan karier.

a.       Adanya komitmen dari pihak manajemen untuk mendukung program ini melalui kebijakan yang jelas dan alokasi sumber daya un tuk melaksanakan program.

b.      Para professional sumber daya manusia bertanggungjawab untuk mengimplementasikan  program dengan  menyediakan informasi,  alat, dan pedoman yang diperlukan dan bertindak sebagai penghubung dengan manajemen puncak.

c.       Kemudian, para atasan langsung berkewajiban untuk memberikan dukungan, advice, dan umpan balik.

 

2.      Manajemen Karier Karyawan

Manajemen karier adalah proses untuk membuat karyawan dapat memahami dan mengembangkan dengan lebih baik keahlian dan minat karier mereka dan untuk memanfaatkan keahlian dan minat ini dengan cara yang palng efektif. Manajemen karier individu sebagai manajemen karier yang dilakukan secara individu dengan tujuan menetapkan perencanaan dan perkembangan kariernya selanjutnya.

Manajemen karier yang efektif tidaklah berlangsung dengan spontan atau dalam suatu kevakuman ( Simamora, 2001 ), tetapi didahului dengan penilaian cermat terhadap situasi dimana karier berlangsung dan juga pengakuan bahwa para pegawai, manajer, dan spesialis SDM haruslah mengambil berbagai langkah perencanaan yang hati-hati. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika pengembangan dan perencanaan karier telah menjadi “persoalan besar” dalam organisasi selama beberapa tahun terakhir. Berbagai penyebabnya adalah (a) menyingkatnya perhatian terhadap kehidupan kualitas kerja dan pribadi; (b) peraturan mengenai kesempatan kerja yang sama; (c) menyingkatnya tingkat pendidikan dan aspirasi mengenai jabatan; (d) pertumbuhan ekonomi yang rendah dan mengurangi kesempatan promosi.

Sementara itu, karakteristik lingkungan, organisasional, dan pekerjaan semuanya mempengaruhi berbagai aspek manajemen karier, termasuk tingkat ketika organisasi membantu dan mendanai perencanaan karier indidvidu, lingkup kesempatan kerja di dalam dan di luar suatu organisasi, jenis jalur karier yang tersedia, interaksi cara kerja, dan kewajiban keluarga.[8]

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pelatihan merupakan salah satu cara untuk  menjadikan sumber daya manusia yang lebih berkualitas.  Pelatihan  sendiri  lebih  terarah  pada  peningkatan  kemampuan  dan  keahlian  SDM organisasi  yang  berkaitan  dengan  jabatan  atau  fungsi  yang  menjadi  tanggung  jawab  individu yang bersangkutan saat ini (current job oriented). Dengan adanya pelatihan  yang  baik tentunya menjadikan peningkatan kinerja individu dalam jabatan atau fungsi saat ini.

Pengembangan  dalam  pelatihan  biasanya  menyangkut  pada  antisipasi  kemampuan  dan keahlian inividu yang harus  dipersiapkan bagi kepentingan jabatan yang akan datang. Pelatihan dan pengembangan merupakan salah satu solusi terhadap sejumlah problem penurunan kualitas kinerja  organisasi  atau  lembaga  dan  instansi  yang  disebabkan  oleh  penurunan  kemampuan  dan keusangan keahlian yang dimiliki oleh karyawan atau tenaga kerja.

Pelatihan  dan  pengembangan  bukanlah  solusi  utama  yang  dapat  menyelesaikan  semua persoalan  organisasi,  lembaga  atau  sebuah  instansi.  Tetapi  mengarah  pada  peningkatan  kinerja para karyawan atau tenaga kerja yang baik dan benar. Dan tujuan pelatihan dan pengembangan adalah untuk merubah sikap, perilaku, pengalaman dan performansi kinerja.

3.2 Saran

Mengingat  pelatihan,  pengembangan  dan  manajemen  karir  merupakan  salah  satu  faktor terpenting  untuk  menentukan  kinerja  dari  suatu  organisasi,  serta  dapat  pula  dikatakan  sebagai kunci  utama  yang  juga  sudah  seharusnya  menjadi  tanggung  jawab  di  dalam  suatu  organisasi. Maka  setiap  perusahaan  diupayakan  untuk  melakukan  pelatihan  dan  pengembangan  karir  pada karyawanya  sehingga  karyawan  akan  melakukan  penyesuaian  diri  terhadap  lingkungan  kerja, menyelaraskan  kemampuan  diri  terhadap  perkembangan  teknologi  dan  perkembangan  regulasi dalam  dunia  usaha.  Sehingga  dari  hal  tersebut  perusahaan  akan  melahirkan  karyawan  yang unggul  dan  berkualitas  sesuai  dengan  syarat  yang  diinginkan  dan  memiliki  daya  saing  yang tinggi dalam persaingan dunia usaha.

DAFTAR PUSTAKA

Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2000)

Melayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2012)

Irianto Jusuf, Prinsip-prinsip Dasar Manajemen Pelatihan (Dari Analisis Kebutuhan Sampai Evaluasi Program Pelatihan),  (Jakarta: Insani Cendekia, 2001)

Prof. Dr. Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Depok, 2016

google-sofyaneffendi.blogspot.com/…/pelatihan-dan-pengembangan-sumberdayamanusia. Diakses 1 Nopember 2016



[1] Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2000)hal.153

[2] google-sofyaneffendi.blogspot.com/…/pelatihan-dan-pengembangan-sumberdayamanusia. Diakses 1 Nopember 2016

[3] Melayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2012) hal.68

[4] Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis,,112

[6] google-sofyaneffendi.blogspot.com/…/pelatihan-dan-pengembangan-sumberdayamanusia. Diakses 1 Nopember 2016

      [7] Prof. Dr. Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Depok, 2016, hlm. 260.

[8]Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia,(Jakarta : Bumi Aksara,2016),Hlm 263-264