Penjelasan Rinci dan Komperehensif Model Pembelajaran Blended Learning
Abstract
The development of technology is very rapid, where every information can be spread quickly and easily known by anyone with ease. So even with the knowledge everyone can get it easily, anywhere can get knowledge, meaning people can learn in the classroom, in the library, at home even on the street though. At any time there is no time limit for learning with anyone, through: books, internet, magazines, newspapers, radio, television and others. Especially with visual-based learning media, students will more quickly understand and understand the material presented by the teacher. That is the characteristic of learning of the century of knowledge. Learning strategy is growing, in line with the development of existing and increasingly sophisticated technology, such as blanded learning model, the hybrid course that combines face-to-face learning and computer-based learning keywords: technology, blanded learning, learning media, learning strategies.
Keywords: technology, blended learning, learning media, learning strategies.
Abstrak
Perkembangan terknologi sangatlah pesat, dimana setiap informasi bisa tersebar dengan cepat dan mudah diketahui oleh siapapun dengan mudah. Begitupun dengan pengetahuan setiap orang bisa mendapatkan dengan mudah, dimana saja dapat mendapatkan pengetahuan, artinya orang bisa belajar diruang kelas, di perpustakaan, dirumah, bahkan dijalan sekalipun, kapan saja tidak ada batasan waktu untuk belajar,dengan siapa saja, melalui buku, internet, majalah, koran, radio, televisi dan sebagainya. Terutama dengan media pembelajaran yang berbasis visual siswa akan lebih cepat mengerti dan paham dengan materi yang disampaikan oleh guru. Itulah ciri pembelajaran abad pengetahuan, strategi pembelajaran semakin berkembang sejalan dengan berkembangnya teknologi yang ada, antara lain model blended learing, yaitu hybrid course yang mengkombinasikan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran berbasis komputer.
Kata Kunci: teknologi, blended learning, media pembelajaran, strategi pembelajaran.
Pendahuluan
Pendidikan adalah pondasi utama suatu insan. Seseorang akan menjadi bermutu, berwawasan dan berilmu karena pendidikan. Pendidikan juga dikatakan bermutu apabila mencetak insan yang berpendidikan. Untuk mewujudkan suatu pendidikan yang bermutu dan berkelas juga harus diperhatikan dari berbagai unsur yang terlibat dalam proses penedidik tersebut. Pengajar atau pendidik adalah unsur yang sangat berpengaruh dan berperan penting dalam proses pendidikan tersebut, oleh karena itu perlu adanya pendidik yang benar-benar profesional.
Pada era teknologi saat ini, hampir semua aktifitas manusia membutuhkan bantuan perangkat canggih yang dapat dengan mudah membantu aktifitasnya. Tak terkecuali aktifitas pembelajaran di lembaga formal, informal, maupun nonformal. Bahkan dalam kurikulum 2013 yang belum lama ini diberlakukan, kegiatan penggunaan teknologi harus selalu terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran pada setiap matapelajaran di sekolah. Hal ini tentu mengisyaratkan kepada para pendidik maupun calon pendidik agar mampu menerapkan cara belajar dengan pemanfaatan teknologi yang mutakhir. Artinya, pendidik atau calon pendidik harus “melek” teknologi agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Strategi pembelajaran dalam mengajar berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan proses belajar. Teknik belajar yang terlalu monoton dan tidak memiliki variasi akan membentuk suasana yang membosankan sehingga peserta didik tidak tertarik dalam mengikuti pelajaran. Maka untuk menciptakan kehidupan interaksi belajar mengajar yang efektif, guru harus bisa menggabungkan antara teknologi yang ada dengan pebelajaran agar lebih variatif dan mudah dipahami oleh peserta didik.
Kecenderungan pembelajaran masa depan telah mengubah pendekatan pembelajaran tradisional ke arah pembelajaran masa depan yang disebut sebagai pembelajaran abad pengetahuan, bahwa orang dapat belajar: di mana saja, artinya orang dapat belajar di ruang kelas/kuliah, di perpustakaan, di rumah, atau di jalan; kapan saja, tidak sesuai yang dijadwalkan bisa pagi, siang sore atau malam; dengan siapa saja, melalui guru, pakar, teman, anak, keluarga atau masyarakat; melalui sumber belajar apa saja, melalui buku teks, majalah, koran, internet, CD ROM, radio, televisi, dan sebagainya
Untuk merekayasa sistem pembelajaran pada abad pengetahuan ini, perlu pula dipahami hakikat, terminologi atau pengertian tentang pembelajaran. Kata pembelajaran, sekarang ini, lebih banyak digunakan untuk mengganti kata pengajaran. Padahal, pembelajaran memiliki makna yang berbeda dibandingkan dengan pengajaran. Pembelajaran merujuk ke memfasilitasi belajar, sedangkan pengajaran merujuk ke arah mengajar (interaksi dengan pengajar sebagai sumber belajar utama). Pembelajaran lebih menekankan pada upaya menata lingkungan di luar diri pebelajar (faktor eksternal), agar terjadi proses belajar (faktor internal). Sedangkan pengajaran lebih menekankan pada proses mengajar-belajar dengan pengajar (guru) sebagai aktor utama, atau dibarengi dengan media sebagai alat bantu atau alat peraga lainnya.
Untuk memaksimalkan potensi peserta didik dalam proses pembelajaran, diperlukan adanya studi literatur mengenai blended learning yang memuat konsep, karakteristik, pelaksanaan blended learning dalam proses pembelajaran terutama dalam mata pelajaran PAI. Penelitian yang bersifat deksriptif ini bertujuan untuk mengungkap secara lebih detail mengenai pendekatan dengan model blended learning dengan fokus mata pelajaran PAI agar proses pembelajaran PAI dapat memperoleh hasil tercapainya tujuan pembelejaran yang efektif, efisien serta profesional.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deksriptif. Penelitian kualitatif adalah metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak sedangkan deskriptif ialah menggambarkan sesuatu dengan deskripsi. Sehingga penelitian kualitatif deksriptif adalah penelitian mengenai objek non eksak yang hasilnya dijelaskan dengan penggambaran dengan jelas.
Metode pengumpulan data menggunakan studi literatur dari beberapa sumber yang relevan dengan kajian. Analisis data yang dilakukan yaitu mengolah dan menganalisis data dengan analisis secara deskriptif-kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah menerangkan dengan jelas mengenai model pembelajaran blended learning dalam mata pelajaran PAI sebagai acuan mengenai salah satu strategi pembelajaran PAI.
Hasil dan Pembahasan
A. Latar Belakang Munculnya Blended Learning
Dunia Pendidikan di era globalisasi saat ini dituntut untuk mempersiapkan peserta didik menampilkan keunggulan dirinya yang cerdas, kreatif serta mandiri. Pendidikan yang bermutu harus mencakup dua dimensi yakni orientasi akademis dan orientasi ketrampilan hidup yang esensial. Orientasi akademis menitik beratkan pada peserta didik, sedangkan orientasi ketrampilan hidup memberi bekal kepada peserta didik untuk dapat survive di kehidupan nyata.
Teknologi Informatika yang telah menjadi mata pelajaran di TK/SD/SMP/SMA menuntut sekolah agar memfasilitasi media pembelajarannya. Dan ini harus dikelola dengan manajemen sekolah yang baik, dengan ditunjang sistem, metode, sarana dan prasarana yang baik dan memadai. Sistem pembelajaranpun harus dapat memberikan kesempatan pada peserta didik yang memiliki potensi lebih untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan potensinya. Serta metode yang digunakan harus dapat menstimulan potensi dan bakat peserta didik agar lebih maksimal. Sehingga dapat memenuhi kebutuhan siswa dan tantangan perkembangan teknologi.
Situasi seperti saat ini mendorong berbagai lembaga pendidikan memanfaatkan berbagai macam sistem pendekatan dalam strategi pembelajaran. Pendekatan yang dilakukan dengan memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi untuk meningkatkan efektivitas dan fleksibilitas pembelajaran. Oleh karena itu, muncullah suatu sistem belajar yang dikenal dengan istilah blended learning. Melalui blended learning sistem pembelajaran menjadi lebih luwes dan tidak kaku.
Blended learning merupakan suatu strategi belajar yang berasal dari pertimbangan-pertimbangan dalam menyempurnakan sistem belajar e-learning. Dari studi yang ada, kendala terbesar e-learning adalah proses interaksi langsung antara pemelajar dengan pebelajar. Bagaimanapun belajar merupakan proses dua arah. Peserta memerlukan feedback dari pemelajar dan sebaliknya pemelajar juga memerlukan feedback dari pesertanya. Dengan cara ini akan didapat hasil belajar yang lebih efektif, tepat sasaran.
Hal ini menjawab mengapa program e-learning tidak selalu mendapat hasil memuaskan. Seringkali materi sudah banyak dan tersedia dengan lengkap. Orang juga bisa belajar kapan saja dan di mana saja, asal terkoneksi lewat jaringan nirkabel. Namun tetap saja tingkat penggunaan materi-materi e-learning tersebut tergolong rendah. Secara sederhana dapat dikatakan seseorang butuh teman dan butuh feedback langsung. Sama seperti yang kita rasakan dalam pembelajaran konvensional di ruang kelas.
Selain itu e-learning menciptakan kesan kesendirian sehingga seseorang tidak bisa bertahan lama dalam belajar. Dalam setengah jam, seseorang sudah malas dan tidak terlalu termotivasi untuk melanjutkan pembelajarannya. Bukan karena materinya tidak bagus atau sistem online dari materi yang disajikan kurang interaktif, melainkan orang merasa sedang sendiri dan dia perlu orang lain. Belajar secara mandiri dibutuhkan motivasi dan kesadaran tinggi dari pembelajarnya.
Berdasarkan pertimbangan permasalah tersebut, metode pembelajaran yang lebih efektif digunakan adalah blended learning, dimana siswa dapat belajar secara mandiri dan secara konvensional, keduanya menawarkan kelebihan-kelebihan yang dapat saling melengkapi.
Blended Learning dibutuhkan pada saat metode pengajaran jarak jauh tidak begitu dibutuhkan. Proses pengajaran blended learning ini dibutuhkan pada pelajar yang membutuhkan penambahan pelajaran.
Blended learning dibutuhkan pada saat :
a. Proses belajar mengajar tidak hanya tatap muka, namun menambah waktu pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi dunia maya.
b. Mempermudah dan mempercepat proses komunikasi non-stop antara pengajar dan siswa.
c. Siswa dan pengajar dapat diposisikan sebagai pihak yang belajar.
d. Membantu proses percepatan pengajaran.
e. Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini, khususnya perkembangan teknologi internet turut mendorong berkembangnya konsep pembelajaran jarak jauh ini. Ciri teknologi internet yang selalu dapat diakses kapan saja, dimana saja, multiuser serta menawarkan segala kemudahannya telah menjadikan internet suatu media yang sangat tepat bagi perkembangan pendidikan jarak jauh selanjutnya. Hal ini lah mengapa untuk saat ini sistem pembelajaran secara blended learning masih sangat baik di terapkan di Indonesia agar lebih dapat terkontrol secara tradisional juga.
B. Konsep Blended Learning
Apa itu Blended Learning? Blended Learning berasal dari kata Blended dan Learning. Blend artinya campuran dan Learning artinya belajar. Dari kedua unsur kata tersebut dapat diketahui bahwa Blended Learning merupakan penyampuran pola belajar. Menurut Mosa (dalam Rusman, 2011:242) menyampaikan bahwa pola belajar yang dicampurkan adalah dua unsur utama yakni pembelajaran di kelas dengan online learning.
Menurut Harding, Kaczynski dan Wood (2005), Blended learning merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran tradisonal tatap muka dan pembelajaran jarak jauh yang menggunakan sumber belajar online dan beragam pilihan komunikasi yang dapat digunakan oleh guru dan siswa. Pelaksanaan pendekatan ini memungkinkan penggunaan sumber belajar online, terutama yang berbasis web, tanpa meninggalkan kegiatan tatap muka. Dengan pelaksanaan blended learning ini, pembelajaran berlangsung lebih bermakna karena keragaman sumber belajar yang mungkin diperoleh.
Dengan demikian, Blended learning dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang memanfaatkan berbagai macam pendekatan. Pendekatan yang dilakukan dapat memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasikan antara tatap muka (pembelajaran secara konvensional, dimana antara pendidik dan peserta didik saling berinteraksi secara langsung, masing-masing dapat bertukar informasi mengenai bahan-bahan pembelajaran), belajar mandiri (belajar dengan berbagai modul yang telah disediakan) serta belajar mandiri secara online. Dalam pembelajaran online ini terdapat pembelajaran menggunakan jaringan internet yang di dalamnya ada pembelajaran berbasis web.
Blended Learning ini terdapat perpaduan dari : teknologi multimedia, CD-ROM, video streaming, kelas virtual, e-mail, voicemail dan lain-lain dengan bentuk tradisional pelatihan di kelas dan pelatihan setiap apa yang dibutuhkannya. Blended Learning menjadi solusi yang paling tepat untuk proses pembelajaran yang sesuai, tidak hanya dengan kebutuhan pembelajaran akan tetapi gaya pembelajar. Selain Blended Learning ada istilah lain yang sering digunakan di antaranya adalah Blended e-Learning dan Hybrid Learning. Istilah tersebut mengandung arti yang sama yaitu perpaduan, percampuran atau kombinasi dalam pembelajaran. Intinya penggabungan atau percampuran dua pendekatan pembelajaran yang digunakan sehingga tercipta pola pembelajaran baru dan tidak akan menimbulkan rasa bosan pada pererta didik.
C. Karakteristik Blended Learning
Menurut Sharpen (dalam Rusman 2011: 245) karakteristik Blended Learning:
1. Ketetapan sumber suplemen untuk program belajar yang berhubungan selama garis tradisional sebagian besar, melalui institusional pendukung lingkungan belajar virtual;
2. Transformatif tingkat praktek pembelajaran didukung oleh rancangan pembelajaran sampai mendalam;
3. Pandangan menyeluruh tentang teknologi untuk mendukung pembelajaran.
Karakteristik Blended Learning tersebut adalah ketetapan suplemen belajar yang berhubungan dengan kelas tradisional atau tatap muka dengan menggunkan lingkungan belajar virtual. Dalam pelaksanaan prakteknya harus didukung oleh pembuatan rancangan pembelajaran yang matang dengan teknologi sebagai pendukung tambahannya. Karena Blended Blended Learning ini adalah model pembelajaran campuran maka teori yang digunakan pun terdiri atas berbagai teori belajar dari beberapa ahli dengan menyesuaikan situasi dan kondisi belajar peserta didik.
Teori pembelajaran yang cocok dalam pembelajaran ini salah satunya ialah teori disiplin mental (Plato, Aristoteles) karena menganggap bahwa para siswa memiliki kekuatan, kemampuan, atau potensi-potensi tertentu dan dalam belajar mental siswa didisiplinkan atau dilatih. Kita tidak perlu sepenuhnya campur tangan kepada mereka dalam proses belajar, cukup menyampaikan pengantar materi dan menjadi fasilitator jika ada peserta didik yang bertanya atau membutuhkan sesuatu dalam pembelajaran. Semakin mereka aktif dan langsung terlibat dalam proses pembelajaran maka akan ada pengalaman langsung. Pengalaman langsung inilah yang lebih efektif dalam proses belajar karena memperluas dan mengubah jangkauan abstraksi seseorang menjadi semakin nyata.
Model belajar konstruktivisme (indvidual learning) juga dapat membuat peserta didik untuk membangun pengetahuan mereka sendiri berdasarkan pengalaman individu dan menerapkannya secara langsung pada lingkungan mereka. Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak menurut Poedjiadi (dalam Rusman 2011:247) adalah sebagai berikut :
a) Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi;
b) Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari;
c) Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
D. Pelaksanaan Blended Learning
Pada dasarnya Blended Learning menekankan penggunaan Internet. Seperti pendapat Rosenberg (2001) menekankan bahwa Blended Learning merujuk pada penggunaan teknologi Internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Teknologi dan media lain pun dapat digunakan pada pembelajaran ini.
Materi pengajaran dan pembelajaran yang disampaikann melalui media ini ialah teks, grafik animasi, simulasi, audio, video dan harus ada kelompok diskusi. Perbedaan pembelajaran konvensional atau tradisional dengan Blended Learning yaitu dalam kelas tradisional, posisi guru sebagai fokus utamanya jadi guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya. Sedangkan dalam pembelajaran Blended Learning fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar harus mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran Blended Learning akan mengharuskan peserta didik memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Peserta didik membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha dan inisiatif sendiri. Blended Learning ini tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengembangan teknologi pendidikan. Juga memudahkan para guru dan peserta didiknya berkomunikasi tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.
Blended learning dipergunakan untuk mendeskripsikan suatu situasi pembelajaran yang menggabungkan beberapa metode penyampaian yang bertujuan untuk memberikan pengalaman yang paling efektif dan efisien (Harriman, 2004; Williams, 2003). Kombinasi yang dimaksud dapat berupa gabungan beberapa macam teknologi pengajaran, misalnya video, CD-ROM, film, atau internet dengan pengajaran tatap muka (face to face) yang dilakukan oleh dosen/pendidik. Singh (2003) menyebut hal ini dengan istilah blended e-learning.
Dari perspektif course design, jenis pengajaran blended ini dapat berada di antara pengajaran yang sepenuhnya tatap muka sepenuhnya dan pembelajaran online. Kerres and De Witt (2003) mengemukakan kerangka 3C untuk para pengajar yang hendak merancang blended learning, yang meliputi content (isi materi pembelajaran), communication (komunikasi antara siswa dan guru serta antarsiswa sendiri). Dan construction (penciptaan kondisi mental pembelajar untuk membantu memetakan posisi mereka dalam lanskap pembelajaran).
Dari perspektif guru dan dalam dunia pendidikan, pendekatan blended e-learning memerlukan keterampilan baru agar pembelajar dapat menyerap sebanyak-banyaknya dari pelajaran yang diberikan. Martyn (2003) mengatakan bahwa suatu lingkungan blended e-learning yang dapat berhasil terdiri dari satu pertemuan awal yang sepenuhnya tatap muka (face to face), penugasan online mingguan disertai dengan komunikasi (konsultasi) online, e-mail, dan ditutup dengan satu ujian akhir yang berupa tatap muka atau ujian tulis di kelas dengan dibantu pengawas.
Dengan demikian, pembelajar akan lebih banyak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan diri serta bertanggung jawab terhadap diri sendiri (Hooper, 1992; Saunders & Klemming, 2003), meningkatkan kompetensi sosialnya, meningkatkan kepercayaan diri siswa (Byers, 2001), meningkatkan keterampilan menggali informasi dan meraih prestasi (Kendall, 2001). Selain itu, guru juga akan lebih menghargai berbagai perbedaan dalam gaya dan kecepatan belajar yang dimiliki masing-masing siswa (Piskurich, 2004) serta mendorong komunikasi, baik antarsiswa sendiri maupun antara siswa dan guru (Joliffe, Ritter, & Stevens, 2001).
Untuk pelaksanaan Blended Learning dalam dunia Pendidikan, digunakan model ADDIE (analysis, design, development, implementation, andevaluation) yang dikemukakan Dick, Carey, and Carey (2001). Model pengajaran ini didasarkan pada pengembangan pembelajaran yang sistematis dan terdiri dari tujuh fase : analisis, desain, pengembangan, implementasi, pelaksanaan, evaluasi, dan feedback).
1) Analisis: fase ini menentukan apa yang akan diajarkan. Tujuan analisis adalah untuk mendeteksi karakteristik belajar dan kebutuhan siswa, menentukanlingkungan tempat pembelajaran akan dilakukan serta menghitung sumberdaya yang tersedia. Karakteristik siswa ditentukan antara lain denganmengumpulkan informasi demografis dan melakukan test pendahuluan untukketerampilan memanfaatkan computer. Fase pertama ini akan menghasilkan tujuan pembelajaran bagi setiap modul serta muatan edukatif (pengetahuan dan keterampilan yang akan dipelajari beserta aktivitas yang akan dikembangkan)
2) Perancangan: fase ini menentukan bagaimana akan diajarkan. Yang diperoleh dari analisis pada tahap sebelumnya akan digunakan untuk menciptakan suatu cetak-biru pengajaran, yang didalamnya telah dirinci hal-hal seperti: di manaproses pembelajaran akan dilakukan, pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, struktur informasi dari materi yang akan disampaikan (fakta-fakta, konsep, proses, prosedur, asas), standar yang akan digunakan, kriteria pelaksanaan, dan capaian yang diharapkan. Metode pembelajaran, misalnya, dapat dibagi menjadi lima modul yang masing-masing terdiri dari pengetahuan dan keterampilan serta pre-test dan post-test. Dalam tahap perancangan ini, script atau storyboard sudah harus ditentukan. Script atau storyboard ini cukup berupa tampilan demi tampilan deskripsi pada layar yang akan dibaca, didengarkan dan dilihat siswa dengan menggunakan program aplikasi grafis yang dilengkapi dengan tombol-tombol antarmuka dan navigasi untuk supaya interaktif. Multimedia yang digunakan di setiap modul dapat berupa kombinasi teks, suara, gambar sederhana, dan penggalan video. Setiap siswa diharuskan lulus, misalnya 80% untuk setiap modul. Siswa yang gagal diharuskan mendalami dan memperkaya sendiri modul untuk kemudian diberi pertanyaan remedi sampai mereka betul-betul memahami modul.
3) Penyusunan dan pengembanagan: dalam fase ini, kita harus mempersiapkanalat-alat yang digunakan, materi, strategi, urut-urutan, serta segala sumberdaya yang telah disebutkan dalam rancangan. Semua itu harus selesaidipersiapkan pada tahap ini.
4) Implementasi: fase ini meliputi penggunaan perangkat lunak untuk proses e-learning nantinya. Ada banyak program aplikasi yang dapat diperoleh, baik yang harus mencari maupun memanfaatkan yang sudah ada dalam system operasi yang sudah ter-install di computer. Software semacam “FrontPage”dapat digunakan untuk menampilkan teks, gambar, dan penggalan video. Sementara itu, pre-test dan post-test dapat dibuat menggunakan software (misalnya “AuthorWare”) yang memungkinkan siswa untuk melakukan interaktivitas dan memberikan feedback langsung. Link-link di tempat yang membutuhkan perlu dibuat untuk menjembatani berbagai muatan dalam modul yang saling berkaitan dan saling isi, karena hypertext dan hypermedia yang digunakan untuk link dalam tampilan multimedia akan jauh lebih membantu dibandingkan dengan format tampilan multimedia yang datardatarsaja.
5) Pelaksanaan (uji coba): pada fase ini, modul telah siap digunakan untuk prosespembelajaran. Pembelajaran dalam format elektronik ini terpasang dan disimpan dalam computer siswa dilaboratorium multimedia di kampus. Pada pertemuan pertama harus dijelaskan segala sesuatu menyangkut pembelajaran online itu, misalnya: rencana kerja, alokasi waktu untuk mengerjakan setiap modul, deadline untuk mengumpulkan tugas-tugas, dan syarat kelulusan.
6) Evaluasi: masukan informasi yang ada selama proses pelaksanaan itu dikumpulkan, termasuk hasil pre-test dan masalah-masalah dan kesulitan yang timbul selama pelaksanaan.
7) Feedback: hasil yang diperoleh dari pre-test ditambah dengan komentar dan saran dari kolega dan ahli harus dipertimbangkan. Misalnya, saran yang berkaitan dengan seluruh tahapan model pengajaran elektronis, kejelasan gambar, video, dan tampilan teks harus diperhatiakan untuk dijadikan bahan penyempurnaan modul sebelum benar-benar diterapkan ke kelompok studi. Hasil-hasil post-test dan pendapat siswa mengenai pelajaran tersebut dianalisis dengan tetap mempertimbangkan korelasinya dengan tujuan pembelajaran untuk melakukan perbaikan modul bila diperlukan. Dalam pengertian demikian, maka feedback merupakan penilaian yang bersifat formatif.
E. Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning
Blended learning memiliki banyak manfaat dari segi kependidikan baik dari segi waktu dan tempat. Salah satu keuntungan yang paling spesifik dari model blended learning adalah kesempatan untuk segera membangun rasa kebersamaan di antara siswa (Garrison & Kanuka, 2004). Dalam kelas model blended learning, siswa umumnya bertemu dalam pembelajaran tatap muka, dan kemudian memiliki kesempatan untuk berkomunikasi dengan cara dialog terbuka, untuk mengalami perdebatan kritis, dan pada dasarnya berpartisipasi dalam berbagai bentuk komunikasi dalam lingkungan “aman”. Peluang ini dapat memfasilitasi refleksi yang lebih besar pada isi materi dan memperluas pengalaman belajar siswa.
Model blended learning juga menyediakan kesempatan bagi siswa untuk tidak hanya membangun suatu hubungan satu sama lain tetapi juga hubungan dengan instruktur. Memiliki lebih banyak sumber daya yang tersedia dan koneksi ke orang-orang yang berada dalam bidang yang sama. Selain itu, untuk siswa yang sudah terbiasa mengalami instruksi hanya tatap muka, model blended learning menyediakan ruang bagi pengembangan otonomi, self-efficacy, dan keterampilan organisasi. Namun, juga memberikan konsistensi dalam belajar.
Dalam pendekatan ini siswa memiliki pengalaman metode baru dan cara belajar yang juga dimasukkan kedalam praktek, akrab belajar tradisional di lingkungan tatap muka. Ketika tidak ada komponen tatap muka, seperti dalam program pembelajaran jarak jauh, siswa dapat melaporkan, kecuali instruktur membuat program pendidikan jarak jauh interaktif, siswa juga dapat melaporkan melepas dengan kelas, teman sekelas mereka, atau instruktur (Dickey, 2004, Ibrahim, Rwegasira, & Taher, 2007). Hasilnya mungkin tingkat kehadiran rendah, kurangnya akuntabilitas, dan putus sekolah. teknologi baru telah membantu untuk mengatasi perhatian isolasi dalam pendidikan jarak jauh. Teknologi seperti video conferencing, video streaming, web-log (blog) sekarang sering fitur-fitur umum kontemporer kelas pendidikan jarak jauh (Dickey, 2004, Howell, Williams, & Lindsay, 2003).
Kelebihan/ Peluang dan Keuntungan Blended Learning
1. Penggunaan berbagai teknologi dalam pembelajaran memberikan manfaat bagi guru, peserta didik, maupun masyarakat.
2. Bagi guru penggunaan tekhnologi akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajarannya.
3. Bagi peserta didik penggunaan berbagai teknologi akan memberikan kesempatan belajar yang lebih berkualitas.
4. Mendorong untuk melibatkan peserta didik untuk lebih aktif (student centered ) dalam proses pembelajaran
5. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan eksplorasi diantaranya dengan memanfaatkan tekhnologi online.
6. Selain dapat meningkatkan dinamika proses pembelajaran, pemanfatan teknologi informasi dapat melatih siswa untuk belajar bagaimana belajar (learn how to learn)
7. Implementasi teknologi akhirnya dapat menginspirasi peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat (life long learning), sosok pribadi yang mampu berkembang di tengah perkembangan informasi yang pesat.
8. Blended learning dapat melakukan diversfikasi pembelajaran dan memenuhi karakteristik belajar siswa yang berbeda beda.
9. Teknologi /Multimedia dalam pembelajaran dapat meningkatkan perhatian dan motivasi perserta didik
10. Teknologi /Multimedia dalam pembelajaran dapat menggambarkan sesuatu yang tidak tergambarkan, gerakan – gerakan yang kompleks yang sulit dijelaskan akan dengan mudah ditampilkan untuk memudahkan pemahaman peserta didik tentang suatu materi pembelajaran.
11. Teknologi /Multimedia dalam pembelajaran dapat menampilkan gambar – gambar dengan lebih mudah dan lebih dinamis
12. Teknologi /Multimedia dalam pembelajaran dapat menampilkan sesuatu yang abstrak menjadi lebih mudah dipahami.
13. Teknologi /Multimedia dalam pembelajaran dapat menampilkan sesuatu yang terlalu kecil, terlalu cepat, terlalu berbahaya jika diamati secara langsung.
Namun, model blended learning bukanlah tanpa hambatan dan kritik. Banyak pendidik mungkin tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk secara efektif mengajar di lingkungan blended learning. Hal ini menambah energi dan waktu yang intensif. Tambahan pra-perencanaan dan program diperlukan untuk menjaga aliran konsisten instruksi selama pembelajaran. Handout, kontrak kuliah, tugas, dll. semua perlu harus terstruktur di muka. Sebagai hasilnya, beberapa pendidik mungkin kurang waktu atau keahlian (didaktik atau sebaliknya) dalam menggunakan platform model blended learning sebagai alat bantu mengajar dan belajar.
Hambatan / Kekurangan Blended-Learning
1. Media yang dibutuhkan sangat beragam , sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung.
2. Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti computer dan akses internet. Padahal dalam blended learning diperlukan akses internet yang memadai, apabila jaringan kurang memadai akan menyulitkan peserta dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi
4. Kurangnya keterampilan pendidik dalam lingkungan pembelajaran blended learning
5. Salah satu kelemahan dengan pembelajaran berbasis teknologi adalah kurangnya interaksi antar individu, peserta didik kehilangan banyak kesempatan untuk membicarakan ide – ide mereka dengan orang lain. Filosofi pembelajaran mandiri dengan menyediakan pilihan tentang bagaimana dan dimana mereka belajar, yang memiliki keuntungan yang berbeda untuk kedua individu dan sekolah.
Simpulan
Blended learning merupakan model pembelajaran campuran antara teknologi online dengan pembelajaran tatap muka dengan biaya yang rendah, tetapi cara efektif untuk mengirimkan pengetahuan dalam dunia global.
Program model blended learning mencakup beberapa bentuk alat pembelajaran, seperti real-time kolaborasi perangkat lunak, program berbasis web online, dan elektronik yang mendukung sistem kinerja dalam tugas lingkungan belajar, dan pengetahuan manajemen sistem. Model Blended learning berisi berbagai aktivitas kegiatan, termasuk belajar tatap muka, e-learning, dan kegiatan belajar mandiri. Blended learning sebagai model campuran pembelajaran yang dipimpin instruktur tradisional, pembelajaran online secara synchronous , belajar mandiri dengan asynchronous, dan pelatihan terstruktur berbasis tugas dari seorang dosen atau mentor. Tujuan blended learning adalah untuk menggabungkan pengalaman belajar kelas tatap muka dengan pengalaman belajar secara online.
Dari perspektif guru, pendekatan blended learning memerlukan keterampilan baru agar pembelajar dapat menyerap sebanyak-banyaknya dari pelajaran yang diberikan. Suatu lingkungan blended learning yang dapat berhasil terdiri dari satu pertemuan awal yang sepenuhnya tatap muka (face to face), penugasan online mingguan disertai dengan komunikasi (konsultasi) online, e-mail, dan ditutup dengan satu ujian akhir yang berupa tatap muka atau ujian tulis di kelas dengan dibantu pengawas. Dengan demikian, pembelajar akan lebih banyak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan diri serta bertanggung jawab terhadap diri sendiri, meningkatkan kompetensi sosialnya, meningkatkan kepercayaan diri siswa, meningkatkan keterampilan menggali informasi dan meraih prestasi. Selain itu, guru juga akan lebih menghargai berbagai perbedaan dalam gaya dan kecepatan belajar yang dimiliki masing-masing siswa serta mendorong komunikasi, baik antarsiswa sendiri maupun antara siswa dan guru.
Daftar Pustaka
Arsyad, Azhar. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Clyde, W., & Delohery, A. (2005).Using Technology in Teaching. London: Yale University Press.
Noer, Muhammad, 2010, Blended Learning Mengubah Cara Kita Belajar Di Masa Depan, http://www.muhammadnoer.com/2010/07/blended-learning- mengubah-cara-kita-belajar-di-masa-depan/ diakses pada tanggal 2 Maret pukul 13:30
Priyatni, Endah Tri., dan Wahono, Asnawi Susilo. (2010). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Membaca SD Berbasis Pendidikan Multikultural dan E-Learning. Jurnal Penelitian Kependidikan. 20 (2): 156-166.
Rusman, dkk.(2011) Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sarah Bibi, Handaru Jati (2015). Efektivitas Model Blended Learning Terhadap Motivasi dan Tingkat Pemahaman Mahasiswa Mata Kuliah Algoritma dan Pemrograman. Jurnal Pendidikan Vokasi. 5(1) : 74-87
Sutisna, Anan (2016). Pengembangan Model Pembelajaran Blended Learning pada Pendidikan Kesetaraan Program Paket C dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar. Jurnal Teknologi Pendidikan.18 (3): 156-168.
S.N Alfath, dkk (2013). Pengembangan Media Blended Learning Berbasis Web Enhanced Course Pada Mata Kuliah Fisika Dasar 2 Jurusan Fisika Unnes. Unnes Physic Education Jurnal. 2(1): 1-6
Ulfa, Maria. (2012). Interactive E-learning untuk Belajar Mandiri Anak. Jurnal Sarjana Institut Teknologi Bandung Bidang Teknik Elektro dan Informatika. 1 (1): 211-217.