Wednesday, November 18, 2020

MODEL PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING

Penjelasan Rinci dan Komperehensif Model Pembelajaran Blended Learning

 

Abstract

The development of technology is very rapid, where every information can be spread quickly and easily known by anyone with ease. So even with the knowledge everyone can get it easily, anywhere can get knowledge, meaning people can learn in the classroom, in the library, at home even on the street though. At any time there is no time limit for learning with anyone, through: books, internet, magazines, newspapers, radio, television and others. Especially with visual-based learning media, students will more quickly understand and understand the material presented by the teacher. That is the characteristic of learning of the century of knowledge. Learning strategy is growing, in line with the development of existing and increasingly sophisticated technology, such as blanded learning model, the hybrid course that combines face-to-face learning and computer-based learning keywords: technology, blanded learning, learning media, learning strategies.

Keywords: technology, blended learning, learning media, learning strategies.

Abstrak

Perkembangan terknologi sangatlah pesat, dimana setiap informasi bisa tersebar dengan cepat dan mudah diketahui oleh siapapun dengan mudah. Begitupun dengan pengetahuan setiap orang bisa mendapatkan dengan mudah, dimana saja dapat mendapatkan pengetahuan, artinya orang bisa belajar diruang kelas, di perpustakaan, dirumah, bahkan dijalan sekalipun, kapan saja tidak ada batasan waktu untuk belajar,dengan siapa saja, melalui buku, internet, majalah, koran, radio, televisi dan sebagainya. Terutama dengan media pembelajaran yang berbasis visual siswa akan lebih cepat mengerti dan paham dengan materi yang disampaikan oleh guru. Itulah ciri pembelajaran abad pengetahuan, strategi pembelajaran semakin berkembang sejalan dengan berkembangnya teknologi yang ada, antara lain model blended learing, yaitu hybrid course yang mengkombinasikan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran berbasis komputer.

Kata Kunci:  teknologi, blended learning, media pembelajaran, strategi pembelajaran.

Pendahuluan

Pendidikan adalah pondasi utama suatu insan. Seseorang akan menjadi bermutu, berwawasan dan berilmu karena pendidikan. Pendidikan juga dikatakan bermutu apabila mencetak insan yang berpendidikan. Untuk mewujudkan suatu pendidikan yang bermutu dan berkelas juga harus diperhatikan dari berbagai unsur yang terlibat dalam proses penedidik tersebut. Pengajar atau pendidik adalah unsur yang sangat berpengaruh dan berperan penting dalam proses pendidikan tersebut, oleh karena itu perlu adanya pendidik yang benar-benar profesional.

Pada era teknologi saat ini, hampir semua aktifitas manusia membutuhkan bantuan perangkat canggih yang dapat dengan mudah membantu aktifitasnya. Tak terkecuali aktifitas pembelajaran di lembaga formal, informal, maupun nonformal. Bahkan dalam kurikulum 2013 yang belum lama ini diberlakukan, kegiatan penggunaan teknologi harus selalu terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran pada setiap matapelajaran di sekolah. Hal ini tentu mengisyaratkan kepada para pendidik maupun calon pendidik agar mampu menerapkan cara belajar dengan pemanfaatan teknologi yang mutakhir. Artinya, pendidik atau calon pendidik harus “melek” teknologi agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Strategi pembelajaran dalam mengajar berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan proses belajar. Teknik belajar yang terlalu monoton dan tidak memiliki variasi akan membentuk suasana yang membosankan sehingga peserta didik tidak tertarik dalam mengikuti pelajaran. Maka untuk menciptakan kehidupan interaksi belajar mengajar yang efektif, guru harus bisa menggabungkan antara teknologi yang ada dengan pebelajaran agar lebih variatif dan mudah dipahami oleh peserta didik.

Kecenderungan pembelajaran masa depan telah mengubah pendekatan pembelajaran tradisional ke arah pembelajaran masa depan yang disebut sebagai pembelajaran abad pengetahuan, bahwa orang dapat belajar: di mana saja, artinya orang dapat belajar di ruang kelas/kuliah, di perpustakaan, di rumah, atau di jalan; kapan saja, tidak sesuai yang dijadwalkan bisa pagi, siang sore atau malam; dengan siapa saja, melalui guru, pakar, teman, anak, keluarga atau masyarakat; melalui sumber belajar apa saja, melalui buku teks, majalah, koran, internet, CD ROM, radio, televisi, dan sebagainya

Untuk merekayasa sistem pembelajaran pada abad pengetahuan ini, perlu pula dipahami hakikat, terminologi atau pengertian tentang pembelajaran. Kata pembelajaran, sekarang ini, lebih banyak digunakan untuk mengganti kata pengajaran. Padahal, pembelajaran memiliki makna yang berbeda dibandingkan dengan pengajaran. Pembelajaran merujuk ke memfasilitasi belajar, sedangkan pengajaran merujuk ke arah mengajar (interaksi dengan pengajar sebagai sumber belajar utama). Pembelajaran lebih menekankan pada upaya menata lingkungan di luar diri pebelajar (faktor eksternal), agar terjadi proses belajar (faktor internal). Sedangkan pengajaran lebih menekankan pada proses mengajar-belajar dengan pengajar (guru) sebagai aktor utama, atau dibarengi dengan media sebagai alat bantu atau alat peraga lainnya. 

Untuk memaksimalkan potensi peserta didik dalam proses pembelajaran, diperlukan adanya studi literatur mengenai blended learning yang memuat konsep, karakteristik, pelaksanaan blended learning dalam proses pembelajaran terutama dalam mata pelajaran PAI. Penelitian yang bersifat deksriptif ini bertujuan untuk mengungkap secara lebih detail mengenai pendekatan dengan model blended learning dengan fokus mata pelajaran PAI agar proses pembelajaran PAI dapat memperoleh hasil tercapainya tujuan pembelejaran yang efektif, efisien serta profesional.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deksriptif. Penelitian kualitatif adalah metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak sedangkan deskriptif ialah menggambarkan sesuatu dengan deskripsi. Sehingga penelitian kualitatif deksriptif adalah penelitian mengenai objek non eksak yang hasilnya dijelaskan dengan penggambaran dengan jelas.

Metode pengumpulan data menggunakan studi literatur dari beberapa sumber yang relevan dengan kajian. Analisis data yang dilakukan yaitu mengolah dan menganalisis data dengan analisis secara deskriptif-kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah menerangkan dengan jelas mengenai model pembelajaran blended learning dalam mata pelajaran PAI sebagai acuan mengenai salah satu strategi pembelajaran PAI.

Hasil dan Pembahasan

A.      Latar Belakang Munculnya Blended Learning

Dunia Pendidikan di era globalisasi saat ini dituntut untuk mempersiapkan peserta didik menampilkan keunggulan dirinya yang cerdas, kreatif serta mandiri. Pendidikan yang bermutu harus mencakup dua dimensi yakni orientasi akademis dan orientasi ketrampilan hidup yang esensial. Orientasi akademis menitik beratkan pada peserta didik, sedangkan orientasi ketrampilan hidup memberi bekal kepada peserta didik untuk dapat survive di kehidupan nyata.

Teknologi Informatika yang telah menjadi mata pelajaran di TK/SD/SMP/SMA menuntut sekolah agar memfasilitasi media pembelajarannya. Dan ini harus dikelola dengan manajemen sekolah yang baik, dengan ditunjang sistem, metode, sarana dan prasarana yang baik dan memadai. Sistem pembelajaranpun harus dapat memberikan kesempatan pada peserta didik yang memiliki potensi lebih untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan potensinya. Serta metode yang digunakan harus dapat menstimulan potensi dan bakat peserta didik agar lebih maksimal. Sehingga dapat memenuhi kebutuhan siswa dan tantangan perkembangan teknologi.

Situasi seperti saat ini mendorong berbagai lembaga pendidikan memanfaatkan berbagai macam sistem pendekatan dalam strategi pembelajaran. Pendekatan yang dilakukan dengan memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi untuk meningkatkan efektivitas dan fleksibilitas pembelajaran. Oleh karena itu, muncullah suatu sistem belajar yang dikenal dengan istilah blended learning. Melalui blended learning sistem pembelajaran menjadi lebih luwes dan tidak kaku.

Blended learning merupakan suatu strategi belajar yang berasal dari pertimbangan-pertimbangan dalam menyempurnakan sistem belajar e-learning. Dari studi yang ada, kendala terbesar e-learning adalah proses interaksi langsung antara pemelajar dengan pebelajar. Bagaimanapun belajar merupakan proses dua arah. Peserta memerlukan feedback dari pemelajar dan sebaliknya pemelajar juga memerlukan feedback dari pesertanya. Dengan cara ini akan didapat hasil belajar yang lebih efektif, tepat sasaran.

Hal ini menjawab mengapa program e-learning tidak selalu mendapat hasil memuaskan. Seringkali materi sudah banyak dan tersedia dengan lengkap. Orang juga bisa belajar kapan saja dan di mana saja, asal terkoneksi lewat jaringan nirkabel. Namun tetap saja tingkat penggunaan materi-materi e-learning tersebut tergolong rendah. Secara sederhana dapat dikatakan seseorang butuh teman dan butuh feedback langsung. Sama seperti yang kita rasakan dalam pembelajaran konvensional di ruang kelas.

Selain itu e-learning menciptakan kesan kesendirian sehingga seseorang tidak bisa bertahan lama dalam belajar. Dalam setengah jam, seseorang sudah malas dan tidak terlalu termotivasi untuk melanjutkan pembelajarannya. Bukan karena materinya tidak bagus atau sistem online dari materi yang disajikan kurang interaktif, melainkan orang merasa sedang sendiri dan dia perlu orang lain. Belajar secara mandiri dibutuhkan motivasi dan kesadaran tinggi dari pembelajarnya.

Berdasarkan pertimbangan permasalah tersebut, metode pembelajaran yang lebih efektif digunakan adalah blended learning, dimana siswa dapat belajar secara mandiri dan secara konvensional, keduanya menawarkan kelebihan-kelebihan yang dapat saling melengkapi.

Blended Learning dibutuhkan pada saat metode pengajaran jarak jauh tidak begitu dibutuhkan. Proses pengajaran blended learning ini dibutuhkan pada pelajar yang membutuhkan penambahan pelajaran.

Blended learning dibutuhkan pada saat :

a.       Proses belajar mengajar tidak hanya tatap muka, namun menambah waktu pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi dunia maya.

b.      Mempermudah dan mempercepat proses komunikasi non-stop antara pengajar dan siswa.

c.       Siswa dan pengajar dapat diposisikan sebagai pihak yang belajar.

d.      Membantu proses percepatan pengajaran.

e.       Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini, khususnya perkembangan teknologi internet turut mendorong berkembangnya konsep pembelajaran jarak jauh ini. Ciri teknologi internet yang selalu dapat diakses kapan saja, dimana saja, multiuser serta menawarkan segala kemudahannya telah menjadikan internet suatu media yang sangat tepat bagi perkembangan pendidikan jarak jauh selanjutnya. Hal ini lah mengapa untuk saat ini sistem pembelajaran secara blended learning masih sangat baik di terapkan di Indonesia agar lebih dapat terkontrol secara tradisional juga.

B.       Konsep Blended Learning

Apa itu Blended Learning?  Blended Learning berasal dari kata Blended  dan Learning. Blend artinya campuran dan Learning artinya belajar. Dari kedua unsur kata tersebut dapat diketahui bahwa Blended Learning merupakan penyampuran pola belajar. Menurut Mosa (dalam Rusman, 2011:242) menyampaikan bahwa pola belajar yang dicampurkan adalah dua unsur utama yakni pembelajaran di kelas dengan online learning.

 Menurut Harding, Kaczynski dan Wood (2005), Blended learning merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran tradisonal tatap muka dan pembelajaran jarak jauh yang menggunakan sumber belajar online dan beragam pilihan komunikasi yang dapat digunakan oleh guru dan siswa. Pelaksanaan pendekatan ini memungkinkan penggunaan sumber belajar online, terutama yang berbasis web, tanpa meninggalkan kegiatan tatap muka. Dengan pelaksanaan blended learning ini, pembelajaran berlangsung lebih bermakna karena keragaman sumber belajar yang mungkin diperoleh.

Dengan demikian, Blended learning dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang memanfaatkan berbagai macam pendekatan. Pendekatan yang dilakukan dapat memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasikan antara tatap muka (pembelajaran secara konvensional, dimana antara pendidik dan peserta didik saling berinteraksi secara langsung, masing-masing dapat bertukar informasi mengenai bahan-bahan pembelajaran), belajar mandiri (belajar dengan berbagai modul yang telah disediakan) serta belajar mandiri secara online. Dalam pembelajaran online ini terdapat pembelajaran menggunakan jaringan internet yang di dalamnya ada pembelajaran berbasis web.

Blended Learning ini terdapat perpaduan dari : teknologi multimedia, CD-ROM, video streaming, kelas virtual, e-mail, voicemail dan lain-lain dengan bentuk tradisional pelatihan di kelas dan pelatihan setiap  apa yang dibutuhkannya. Blended Learning menjadi solusi yang paling tepat untuk proses pembelajaran yang sesuai, tidak hanya dengan kebutuhan pembelajaran akan tetapi gaya pembelajar. Selain Blended Learning ada istilah lain yang sering digunakan di antaranya adalah Blended e-Learning dan Hybrid Learning. Istilah tersebut mengandung arti yang sama yaitu perpaduan, percampuran atau kombinasi dalam pembelajaran. Intinya penggabungan atau percampuran  dua pendekatan pembelajaran yang digunakan sehingga tercipta pola pembelajaran baru dan tidak akan menimbulkan rasa bosan pada pererta didik.

C.      Karakteristik Blended Learning

Menurut Sharpen (dalam Rusman 2011: 245) karakteristik Blended Learning:

1.      Ketetapan sumber suplemen untuk program belajar yang berhubungan selama garis tradisional sebagian besar, melalui institusional pendukung lingkungan belajar virtual;

2.      Transformatif tingkat praktek pembelajaran didukung oleh rancangan pembelajaran sampai mendalam;

3.      Pandangan menyeluruh tentang teknologi untuk mendukung pembelajaran.

Karakteristik Blended Learning tersebut adalah ketetapan suplemen belajar yang berhubungan dengan kelas tradisional atau tatap muka dengan menggunkan lingkungan belajar virtual. Dalam pelaksanaan prakteknya harus didukung oleh pembuatan rancangan pembelajaran yang matang dengan teknologi sebagai pendukung tambahannya.  Karena Blended Blended Learning ini adalah model pembelajaran campuran maka teori yang digunakan pun terdiri atas berbagai teori belajar dari beberapa ahli dengan menyesuaikan situasi dan kondisi belajar peserta didik.

Teori pembelajaran yang cocok dalam pembelajaran ini salah satunya  ialah teori disiplin mental (Plato, Aristoteles) karena menganggap bahwa para siswa memiliki kekuatan, kemampuan, atau potensi-potensi tertentu dan dalam belajar mental siswa didisiplinkan atau dilatih. Kita tidak perlu sepenuhnya campur tangan kepada mereka dalam proses belajar, cukup menyampaikan pengantar materi dan menjadi fasilitator jika ada peserta didik yang bertanya atau membutuhkan sesuatu dalam pembelajaran. Semakin mereka aktif dan langsung terlibat dalam proses pembelajaran maka akan ada pengalaman langsung. Pengalaman langsung inilah yang lebih efektif dalam proses belajar karena memperluas dan mengubah jangkauan abstraksi seseorang menjadi semakin nyata.

Model belajar konstruktivisme (indvidual learning) juga dapat membuat peserta didik untuk membangun pengetahuan mereka sendiri berdasarkan pengalaman individu dan menerapkannya secara langsung pada lingkungan mereka. Adapun implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak menurut Poedjiadi (dalam Rusman 2011:247) adalah sebagai berikut :

a)      Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi;

b)      Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu, latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari;

c)      Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik. 

D.      Pelaksanaan Blended Learning

Pada dasarnya Blended Learning menekankan penggunaan Internet. Seperti pendapat Rosenberg (2001) menekankan bahwa Blended Learning merujuk pada penggunaan teknologi Internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Teknologi dan media lain pun dapat digunakan pada pembelajaran ini.

Materi pengajaran dan pembelajaran yang disampaikann melalui media ini ialah  teks, grafik animasi, simulasi, audio, video dan harus ada kelompok diskusi. Perbedaan pembelajaran konvensional  atau tradisional dengan Blended Learning yaitu dalam kelas tradisional, posisi guru sebagai fokus utamanya jadi guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya. Sedangkan dalam pembelajaran Blended Learning fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar harus mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran Blended Learning akan mengharuskan peserta didik memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Peserta didik membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha dan inisiatif sendiri. Blended Learning ini tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengembangan teknologi pendidikan. Juga memudahkan para guru dan peserta didiknya berkomunikasi tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.

Blended learning dipergunakan untuk mendeskripsikan suatu situasi pembelajaran yang menggabungkan beberapa metode penyampaian yang bertujuan untuk memberikan pengalaman yang paling efektif dan efisien (Harriman, 2004; Williams, 2003). Kombinasi yang dimaksud dapat berupa gabungan beberapa macam teknologi pengajaran, misalnya video, CD-ROM, film, atau internet dengan pengajaran tatap muka (face to face) yang dilakukan oleh dosen/pendidik. Singh (2003) menyebut hal ini dengan istilah blended e-learning.

Dari perspektif course design, jenis pengajaran blended ini dapat berada di antara pengajaran yang sepenuhnya tatap muka sepenuhnya dan pembelajaran online. Kerres and De Witt (2003) mengemukakan kerangka 3C untuk para pengajar yang hendak merancang blended learning, yang meliputi content (isi materi pembelajaran), communication (komunikasi antara siswa dan guru serta antarsiswa sendiri). Dan construction (penciptaan kondisi mental pembelajar untuk membantu memetakan posisi mereka dalam lanskap pembelajaran).

Dari perspektif guru dan dalam dunia pendidikan, pendekatan blended e-learning memerlukan keterampilan baru agar pembelajar dapat menyerap sebanyak-banyaknya dari pelajaran yang diberikan. Martyn (2003) mengatakan bahwa suatu lingkungan blended e-learning yang dapat berhasil terdiri dari satu pertemuan awal yang sepenuhnya tatap muka (face to face), penugasan online mingguan disertai dengan komunikasi (konsultasi) online, e-mail, dan ditutup dengan satu ujian akhir yang berupa tatap muka atau ujian tulis di kelas dengan dibantu pengawas.

Dengan demikian, pembelajar akan lebih banyak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan diri serta bertanggung jawab terhadap diri sendiri (Hooper, 1992; Saunders & Klemming, 2003), meningkatkan kompetensi sosialnya, meningkatkan kepercayaan diri siswa (Byers, 2001), meningkatkan keterampilan menggali informasi dan meraih prestasi (Kendall, 2001). Selain itu, guru juga akan lebih menghargai berbagai perbedaan dalam gaya dan kecepatan belajar yang dimiliki masing-masing siswa (Piskurich, 2004) serta mendorong komunikasi, baik antarsiswa sendiri maupun antara siswa dan guru (Joliffe, Ritter, & Stevens, 2001).

Untuk pelaksanaan Blended Learning dalam dunia Pendidikan, digunakan model ADDIE (analysis, design, development, implementation, andevaluation) yang dikemukakan Dick, Carey, and Carey (2001). Model pengajaran ini didasarkan pada pengembangan pembelajaran yang sistematis dan terdiri dari tujuh fase : analisis, desain, pengembangan, implementasi, pelaksanaan, evaluasi, dan feedback).

1)      Analisis: fase ini menentukan apa yang akan diajarkan. Tujuan analisis adalah untuk mendeteksi karakteristik belajar dan kebutuhan siswa, menentukanlingkungan tempat pembelajaran akan dilakukan serta menghitung sumberdaya yang tersedia. Karakteristik siswa ditentukan antara lain denganmengumpulkan informasi demografis dan melakukan test pendahuluan untukketerampilan memanfaatkan computer. Fase pertama ini akan menghasilkan tujuan pembelajaran bagi setiap modul serta muatan edukatif (pengetahuan dan keterampilan yang akan dipelajari beserta aktivitas yang akan dikembangkan)

2)      Perancangan: fase ini menentukan bagaimana akan diajarkan. Yang diperoleh dari analisis pada tahap sebelumnya akan digunakan untuk menciptakan suatu cetak-biru pengajaran, yang didalamnya telah dirinci hal-hal seperti: di manaproses pembelajaran akan dilakukan, pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, struktur informasi dari materi yang akan disampaikan (fakta-fakta, konsep, proses, prosedur, asas), standar yang akan digunakan, kriteria pelaksanaan, dan capaian yang diharapkan. Metode pembelajaran, misalnya, dapat dibagi menjadi lima modul yang masing-masing terdiri dari pengetahuan dan keterampilan serta pre-test dan post-test. Dalam tahap perancangan ini, script atau storyboard sudah harus ditentukan. Script atau storyboard ini cukup berupa tampilan demi tampilan deskripsi pada layar yang akan dibaca, didengarkan dan dilihat siswa dengan menggunakan program aplikasi grafis yang dilengkapi dengan tombol-tombol antarmuka dan navigasi untuk supaya interaktif. Multimedia yang digunakan di setiap modul dapat berupa kombinasi teks, suara, gambar sederhana, dan penggalan video. Setiap siswa diharuskan lulus, misalnya 80% untuk setiap modul. Siswa yang gagal diharuskan mendalami dan memperkaya sendiri modul untuk kemudian diberi pertanyaan remedi sampai mereka betul-betul memahami modul.

3)      Penyusunan dan pengembanagan: dalam fase ini, kita harus mempersiapkanalat-alat yang digunakan, materi, strategi, urut-urutan, serta segala sumberdaya yang telah disebutkan dalam rancangan. Semua itu harus selesaidipersiapkan pada tahap ini.

4)      Implementasi: fase ini meliputi penggunaan perangkat lunak untuk proses e-learning nantinya. Ada banyak program aplikasi yang dapat diperoleh, baik yang harus mencari maupun memanfaatkan yang sudah ada dalam system operasi yang sudah ter-install di computer. Software semacam “FrontPage”dapat digunakan untuk menampilkan teks, gambar, dan penggalan video. Sementara itu, pre-test dan post-test dapat dibuat menggunakan software (misalnya “AuthorWare”) yang memungkinkan siswa untuk melakukan interaktivitas dan memberikan feedback langsung. Link-link di tempat yang membutuhkan perlu dibuat untuk menjembatani berbagai muatan dalam modul yang saling berkaitan dan saling isi, karena hypertext dan hypermedia yang digunakan untuk link dalam tampilan multimedia akan jauh lebih membantu dibandingkan dengan format tampilan multimedia yang datardatarsaja.

5)      Pelaksanaan (uji coba): pada fase ini, modul telah siap digunakan untuk prosespembelajaran. Pembelajaran dalam format elektronik ini terpasang dan disimpan dalam computer siswa dilaboratorium multimedia di kampus. Pada pertemuan pertama harus dijelaskan segala sesuatu menyangkut pembelajaran online itu, misalnya: rencana kerja, alokasi waktu untuk mengerjakan setiap modul, deadline untuk mengumpulkan tugas-tugas, dan syarat kelulusan.

6)      Evaluasi: masukan informasi yang ada selama proses pelaksanaan itu dikumpulkan, termasuk hasil pre-test dan masalah-masalah dan kesulitan yang timbul selama pelaksanaan.

7)      Feedback: hasil yang diperoleh dari pre-test ditambah dengan komentar dan saran dari kolega dan ahli harus dipertimbangkan. Misalnya, saran yang berkaitan dengan seluruh tahapan model pengajaran elektronis, kejelasan gambar, video, dan tampilan teks harus diperhatiakan untuk dijadikan bahan penyempurnaan modul sebelum benar-benar diterapkan ke kelompok studi. Hasil-hasil post-test dan pendapat siswa mengenai pelajaran tersebut dianalisis dengan tetap mempertimbangkan korelasinya dengan tujuan pembelajaran untuk melakukan perbaikan modul bila diperlukan. Dalam pengertian demikian, maka feedback merupakan penilaian yang bersifat formatif.

E.       Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning

Blended learning memiliki banyak manfaat dari segi kependidikan baik dari segi waktu dan tempat. Salah satu keuntungan yang paling spesifik dari model blended learning adalah kesempatan untuk segera membangun rasa kebersamaan di antara siswa (Garrison & Kanuka, 2004). Dalam kelas model blended learning, siswa umumnya bertemu dalam pembelajaran tatap muka, dan kemudian memiliki kesempatan untuk berkomunikasi dengan cara dialog terbuka, untuk mengalami perdebatan kritis, dan pada dasarnya berpartisipasi dalam berbagai bentuk komunikasi dalam lingkungan “aman”. Peluang ini dapat memfasilitasi refleksi yang lebih besar pada isi materi dan memperluas pengalaman belajar siswa.

Model blended learning juga menyediakan kesempatan bagi siswa untuk tidak hanya membangun suatu hubungan satu sama lain tetapi juga hubungan dengan instruktur. Memiliki lebih banyak sumber daya yang tersedia dan koneksi ke orang-orang yang berada dalam bidang yang sama. Selain itu, untuk siswa yang sudah terbiasa mengalami instruksi hanya tatap muka, model blended learning menyediakan ruang bagi pengembangan otonomi, self-efficacy, dan keterampilan organisasi. Namun, juga memberikan konsistensi dalam belajar.

Dalam pendekatan ini siswa memiliki pengalaman metode baru dan cara belajar yang juga dimasukkan kedalam praktek, akrab belajar tradisional di lingkungan tatap muka. Ketika tidak ada komponen tatap muka, seperti dalam program pembelajaran jarak jauh, siswa dapat melaporkan, kecuali instruktur membuat program pendidikan jarak jauh interaktif, siswa juga dapat melaporkan melepas dengan kelas, teman sekelas mereka, atau instruktur (Dickey, 2004, Ibrahim, Rwegasira, & Taher, 2007). Hasilnya mungkin tingkat kehadiran rendah, kurangnya akuntabilitas, dan putus sekolah. teknologi baru telah membantu untuk mengatasi perhatian isolasi dalam pendidikan jarak jauh. Teknologi seperti video conferencing, video streaming, web-log (blog) sekarang sering fitur-fitur umum kontemporer kelas pendidikan jarak jauh (Dickey, 2004, Howell, Williams, & Lindsay, 2003).

Kelebihan/ Peluang dan Keuntungan Blended  Learning

1.      Penggunaan berbagai teknologi dalam pembelajaran memberikan manfaat bagi guru, peserta didik, maupun masyarakat.

2.      Bagi guru penggunaan tekhnologi akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajarannya.

3.      Bagi peserta didik penggunaan berbagai teknologi akan memberikan kesempatan belajar yang lebih berkualitas.

4.      Mendorong untuk melibatkan peserta didik untuk lebih aktif (student centered ) dalam proses pembelajaran

5.      Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan eksplorasi diantaranya dengan memanfaatkan tekhnologi online.

6.      Selain dapat meningkatkan dinamika proses pembelajaran, pemanfatan teknologi informasi dapat melatih siswa untuk belajar bagaimana belajar (learn how to learn)

7.      Implementasi teknologi akhirnya dapat menginspirasi peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat (life long learning), sosok pribadi yang mampu berkembang di tengah perkembangan informasi yang pesat.

8.      Blended learning dapat melakukan diversfikasi pembelajaran dan memenuhi karakteristik belajar siswa yang berbeda beda.

9.      Teknologi /Multimedia dalam pembelajaran dapat meningkatkan perhatian dan motivasi perserta didik

10.  Teknologi /Multimedia dalam pembelajaran dapat menggambarkan sesuatu yang tidak tergambarkan, gerakan – gerakan yang kompleks yang sulit dijelaskan akan dengan mudah ditampilkan untuk memudahkan pemahaman peserta didik tentang suatu materi pembelajaran.

11.  Teknologi /Multimedia dalam pembelajaran dapat menampilkan gambar – gambar dengan lebih mudah dan lebih dinamis

12.  Teknologi /Multimedia dalam pembelajaran dapat menampilkan sesuatu yang abstrak menjadi lebih mudah dipahami.

13.  Teknologi /Multimedia dalam pembelajaran dapat menampilkan sesuatu yang terlalu kecil, terlalu cepat, terlalu berbahaya jika diamati secara langsung.

Namun, model blended learning bukanlah tanpa hambatan dan kritik. Banyak pendidik mungkin tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk secara efektif mengajar di lingkungan blended learning. Hal ini menambah energi dan waktu yang intensif. Tambahan pra-perencanaan dan program diperlukan untuk menjaga aliran konsisten instruksi selama pembelajaran. Handout, kontrak kuliah, tugas, dll. semua perlu harus terstruktur di muka. Sebagai hasilnya, beberapa pendidik mungkin kurang waktu atau keahlian (didaktik atau sebaliknya) dalam menggunakan platform model blended learning sebagai alat bantu mengajar dan belajar.

Hambatan / Kekurangan Blended-Learning

1.      Media yang dibutuhkan sangat beragam , sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung.

2.      Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti computer dan akses internet. Padahal dalam blended learning diperlukan akses internet yang memadai, apabila jaringan kurang memadai akan menyulitkan peserta dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online

3.      Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi

4.      Kurangnya keterampilan pendidik dalam lingkungan pembelajaran blended learning

5.      Salah satu kelemahan dengan pembelajaran berbasis teknologi adalah kurangnya interaksi antar individu, peserta didik kehilangan banyak kesempatan untuk membicarakan ide – ide mereka dengan orang lain. Filosofi pembelajaran mandiri dengan menyediakan pilihan tentang bagaimana dan dimana mereka belajar, yang memiliki keuntungan yang berbeda untuk kedua individu dan sekolah.

Simpulan

Blended learning merupakan model pembelajaran campuran antara teknologi online dengan pembelajaran tatap muka dengan biaya yang rendah, tetapi cara efektif untuk mengirimkan pengetahuan dalam dunia global.

Program model blended learning mencakup beberapa bentuk alat pembelajaran, seperti real-time kolaborasi perangkat lunak, program berbasis web online, dan elektronik yang mendukung sistem kinerja dalam tugas lingkungan belajar, dan pengetahuan manajemen sistem. Model Blended learning berisi berbagai aktivitas kegiatan, termasuk belajar tatap muka, e-learning, dan kegiatan belajar mandiri. Blended learning sebagai model campuran pembelajaran yang dipimpin instruktur tradisional, pembelajaran online secara synchronous , belajar mandiri dengan asynchronous, dan pelatihan terstruktur berbasis tugas dari seorang dosen atau mentor. Tujuan blended learning adalah untuk menggabungkan pengalaman belajar kelas tatap muka dengan pengalaman belajar secara online.

Dari perspektif guru, pendekatan blended learning memerlukan keterampilan baru agar pembelajar dapat menyerap sebanyak-banyaknya dari pelajaran yang diberikan. Suatu lingkungan blended learning yang dapat berhasil terdiri dari satu pertemuan awal yang sepenuhnya tatap muka (face to face), penugasan online mingguan disertai dengan komunikasi (konsultasi) online, e-mail, dan ditutup dengan satu ujian akhir yang berupa tatap muka atau ujian tulis di kelas dengan dibantu pengawas. Dengan demikian, pembelajar akan lebih banyak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan diri serta bertanggung jawab terhadap diri sendiri, meningkatkan kompetensi sosialnya, meningkatkan kepercayaan diri siswa, meningkatkan keterampilan menggali informasi dan meraih prestasi. Selain itu, guru juga akan lebih menghargai berbagai perbedaan dalam gaya dan kecepatan belajar yang dimiliki masing-masing siswa serta mendorong komunikasi, baik antarsiswa sendiri maupun antara siswa dan guru. 

Daftar Pustaka

Arsyad, Azhar. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Clyde, W., & Delohery, A. (2005).Using Technology in Teaching. London: Yale University Press.

Noer, Muhammad, 2010, Blended Learning Mengubah Cara Kita Belajar Di Masa Depan, http://www.muhammadnoer.com/2010/07/blended-learning- mengubah-cara-kita-belajar-di-masa-depan/ diakses pada tanggal 2 Maret pukul 13:30

Priyatni, Endah Tri., dan Wahono, Asnawi Susilo. (2010). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Membaca SD Berbasis Pendidikan Multikultural dan E-Learning. Jurnal Penelitian Kependidikan. 20 (2): 156-166.

Rusman, dkk.(2011) Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sarah Bibi, Handaru Jati (2015). Efektivitas Model Blended Learning Terhadap Motivasi dan Tingkat Pemahaman Mahasiswa Mata Kuliah Algoritma dan Pemrograman. Jurnal Pendidikan Vokasi. 5(1) : 74-87

Sutisna, Anan (2016). Pengembangan Model Pembelajaran Blended Learning pada Pendidikan Kesetaraan Program Paket C dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar. Jurnal Teknologi Pendidikan.18 (3): 156-168.

S.N Alfath, dkk (2013). Pengembangan Media Blended Learning Berbasis Web Enhanced Course Pada Mata Kuliah Fisika Dasar 2 Jurusan Fisika Unnes. Unnes Physic Education Jurnal. 2(1): 1-6

Ulfa, Maria. (2012). Interactive E-learning untuk Belajar Mandiri Anak. Jurnal Sarjana Institut Teknologi Bandung Bidang Teknik Elektro dan Informatika. 1 (1): 211-217.

 

Tuesday, November 17, 2020

KELUARGA DALAM PEDIDIKAN ISLAM (Q.S. LUQMAN : 12-19)

 

 KELUARGA DALAM PEDIDIKAN ISLAM (Q.S. LUQMAN :12-19)


Abstract

An Education is a critical need for each country, the government in general and schools in particular. Religious education is more important whereas the role of parents of children is essential during the children’s early education. Thus the first form of education present in family life. Education is nothing but emphasized the concept of Islamic education which makes the problem of servitude to God and obedience to Him become the axis of all life. It should be noted also that the child's physical education is included in the integral part and the education of the soul, mental, and personality. Duties of parents in educating children from childhood is going to introduce children the Lord that create and administer the universe, understand who is the prophet, and understand what is their religion, so that children understood the responsibility living in this world, which is to worship Allah alone by following the sunnah of His Messenger. It is obvious, that Islam tells them to carry out the education of their children, based on the view that children as beings who are growing and developing in the direction of maturity, have the basic skills which are dynamic and responsive to external influences and himself

Keywords: education, family, q.s. luqman

Abstrak

Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap negara, pada umumnya dan sekolah pada khususnya. Terlebih lagi adalah pendidikan agama, dimana orang tua berperan penting dalam pendidikan awal anak. Dengan demikian bentuk pertama pendidikan hadir dalam kehidupan keluarga. Pendidikan tidak lain hanyalah menekankan konsep pendidikan Islam yang membuat masalah penghambaan kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya menjadi sumbu dari semua kehidupan. Perlu dicatat juga bahwa pendidikan jasmani anak termasuk dalam bagian yang tidak terpisahkan dan pendidikan jiwa, mental, dan kepribadian. Tugas orang tua dalam mendidik anak sejak kecil akan memperkenalkan anak-anak akan keberadaan tuhannya, yang membuat dan mengelola alam semesta, memahami siapa nabi, dan memahami agama mereka, sehingga mereka memahami dan mengerti tugas untuk hidup di dunia ini adalah untuk menyembah Allah saja dengan mengikuti sunnah Rasul-Nya. Hal ini jelas, bahwa Islam mengajarkan kepada mereka untuk melaksanakan pendidikan anak-anak mereka, yang didasarkan pada pandangan bahwa anak-anak sebagai makhluk yang sedang tumbuh dan berkembang ke arah kedewasaan, memiliki keterampilan dasar yang dinamis dan responsif terhadap pengaruh eksternal dan dirinya sendiri.

Kata Kunci:  pedidikan, keluarga, q.s. luqman

 

Pendahuluan                                                      

Latar belakang

            Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak lepas dalam pergaulan dengan sesama manusia lainnya. Manusia merupakan bagian dari komunitas manusia lainnya. Aristoteles menyebut manusia sebagai zoon politicon yang dapat mempertegas kedudukan fungsi manusia dalam komunitasnya.

            Pada bagian manusia menurut interaksi sosialnya terbagi menjadi beberapa tingkatan. Mulai dari tingkatan terkecil seperti lingkungan keluarga yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak-anaknya sampai kepada tingkat terbesar yakni lingkungan masyarakat luas yang merupakan gabungan dari banyaknya keluarga menjadi satu pergaulan. Maka dalam pembahasan tulisan ini mengupas tentang lingkungan keluarga dalam islam.

            Semua telah maklum bahwa pendidikan seorang anak manusia yang pertama kali adalah melalui pendidikan di keluarganya. Cerminan pergaulan anak yang akan menjadi pondasi mereka ketika bersikap bisa dipastikan berdasarkan pada pola asuh keuarga dan lingkungan keluarga itu sendiri.

            Seperti contoh perilaku dalam berita ini yang ditulis oleh Aninndhita Maharani pada tanggal 13 juni 2017, tentang “Anak bermasalah jika orang tua sibuk berponsel” yang menggambarkan pola perilaku anak yang menjadi tidak normal dikarenakan perhatian sang orang tua yang tidak lagi berfokus untuk menumbuh kembangkan sang anak mulai bergeser kepada ponsel pintar dalam era modern yang serba digital. Mengutip sebagian berita tentang pola perilaku asuh orang tua terhadap anaknya. “Ada 35 orang tua yang diwawancarai oleh University of Michigan, tentang bagaimana waktu penggunaan gawai berdampak pada anak-anak mereka. Kebanyakan dari mereka mengakui perilaku cari perhatian oleh anak. Anak-anak ternyata tahu kapan mereka mendapat perhatian penuh orang tuanya dan tidak. Jadi, mereka siap beraksi sedemikian rupa untuk mencuri perhatian orang tua dari gawai. Minim interaksi. Saat mata Anda fokus ke layar ponsel, itu sama saja dengan mengasingkan diri. Anda berhenti berkomunikasi dengan anak untuk membalas pesan di whatsapp, membaca surel, atau bahkan sekadar mengecek media sosial. Gangguan teknologi semacam ini akan melemahkan komunikasi dan interaksi, baik itu verbal maupun nonverbal. Ini berarti Anda cenderung kurang menghabiskan waktu melihat, bicara, memeluk, dan mencium anak saat seluruh perhatian terserap pada apapun itu yang ada di layar ponsel.”

Metode Penelitian/Metode Kajian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deksriptif. Penelitian kualitatif adalah metode untuk menyelidiki objek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak sedangkan deskriptif ialah menggambarkan sesuatu dengan deskripsi. Sehingga penelitian kualitatif deksriptif adalah penelitian mengenai objek non eksak yang hasilnya dijelaskan dengan penggambaran dengan jelas.

Metode pengumpulan data menggunakan studi literatur dari beberapa sumber yang relevan dengan kajian. Analisis data yang dilakukan yaitu mengolah dan menganalisis data dengan analisis secara deskriptif-kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah menerangkan dengan jelas mengenai Manusia dan Berbagai Persoalan Sosial : Keluarga dalam Pedidikan Islam

 

Hasil dan Pembahasan

Keluarga dalam Islam merupakan suatu satuan terkecil dalam susunan masyarakat. Dalam islam keluarga dikenal dengan istilah usrah, nasl, ‘ali dan nasb. Garis keluarga dapat diperoleh melalui keturunan, perkawinan, dan persusuan (Muhaimin, 1993:289)

Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama, dimana pendidik yang paling bertanggung jawab terhadap perkembangan seseorang anak adalah orang tua. Karena mereka ditakdirkan menjadi orang tua anak yang dilahirkan. Oleh sebab itu, dimana dan dalam keadaan bagaimanapun mereka harus menempati posisinya.

Menurut Ahmad Tafsir, kunci pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan kalbu (rohani) atau pendidikan agama. Ini disebabkan karena pendidikan agama sangat berperan besar dalam membentuk pandangan hidup seseorang. Pendidikan agama ini diarahkan pada dua arah, yaitu; pertama penanaman nilai dalam arti pandangan hidup, yang kelak akan mewarnai perkembangan jasmani dan akal seorang anak. Kedua, penanaman sikap yang kelak menjadi basis dalam menghargai sesama dan ilmu pengetahuan di sekolah.

Dalam konsep islam, “pendidikan” disebut “tarbiyah” yang mengandung arti “penumbuhan atau peningkatan”. Usaha orang tua dalam rangka menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan potensi anak, tidak terbatas pada upaya menumbuh kembangkan secara fisik semata namun memetingkan pula pertumbuhan, pengembangan dan peningkatan seorang anak agar menjadi manusia yang berkualitas tinggi.

Sejatinya bahwa orang tua dituntut untuk selalu berusaha mendidik anaknya sebaik mungkin. Keseriusan orang tua dalam mendidik anak dapat menentukan kualitas rahmat dari Tuhan. Orang tua tidak boleh lupa bahwa menurut ajaran islam, anak adalah fitnah, yakni cobaan Tuhan kepada kita, selain harta dan benda.

Sebagai pendidik anak-anaknya, ayah dan ibu memiliki kewajiban yang berbeda karena perbedaan kodratnya. Ayah berkewajiban mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarganya dengan cara memanfaatkan karunia Tuhan dimuka bumi sedangkan ibu adalah menjaga, memlihara dan mengelola keluarga dirumah. Terutama mendidik dan merawat. Namun pada dasarnya porsi tanggung jawab ayah maupun ibu sama. Dalam konteksnya saja yang beda.

Secara umum, kewajiban orang tua terhadap anaknya antara lain; 1) mendo’akan anaknya dengan doa yang baik, 2) memelihara anak dari api neraka, 3) menyurukan sholat kepada anaknya, 4) mencintai sepenuh hati anak-anaknya.

        1.     Pokok-Pokok Pendidikan yang Terkandung dalam Surat Luqman Ayat 12-19

Adapun pokok-pokok pendidikan dalam surah Luqman ayat 13-19 , dalam garis besarnya terdiri dari lima aspek yaitu perintah bersyukur, pendidikan Aqidah, pendidikan berbakti (‘ubudiyah), pendidikan kemasyarakatan (sosial), pendidikan mental dan pendidikan akhlak ( budi pekerti ).

a.    Syukur kepada Allah

Pada surah Luqman ayat 12 terdapat pula kata “syukur”. Konsep syukur dalam ayat ini, menyiratkan pemahaman pendidik terhadap dirinya sendiri yang menjadi bagian dari nilai pendidikan, yaitu sebagai salah satu syarat yang harus dimiliki oleh pendidik. Syukur berarti meningkatkan seluruh potensi yang diberikan oleh Allah baik fisik, mental maupun spiritual. Adapun bentuknya, yaitu: Pertama, dengan mengucapkan Alhamdulillah. Kedua, dengan merasakan dan menikmati dengan segenap jiwa dan raga. Ketiga, menjadikannya sebagai pemicu untuk meningkatkan kualitas hidup, ibadah, amal baik dan prestasi. Betapa Maha Besar Allah atas segala nikmat dan karunia-Nya kepada makhluk-Nya yang hidup di muka bumi ini. Baik itu berupa nikmat kesehatan, nikmat iman, yang semua itu tidak dapat diukur dengan suatu apa pun. Syukur itu adalah berupa tanda terima kasih kita kepada Allah dengan pengakuan yang tulus dan mempergunakan nikmat tersebut pada jalan yang diridlai Allah (Qamaruddin, 2002: 388).

b.      Pendidikan pemurnian aqidah (tauhid)

Dalam ayat 13 surat Luqman, Allah mengambarkan tentang wasiat Luqman kepada anaknya, yaitu Luqman bin ‘Anqa bin Sadun, dan nama anaknya Tsaran, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Suhayli dalam tafsir Ibnu Katsir agar anaknya tersebut hanya menyembah Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Ungkapan “lā tusyrik billāh” dalam ayat ini, memberi makna bahwa ketauhidan merupakan materi pendidikan terpenting yang harus ditanamkan pendidik kepada anak didiknya karena hal tersebut merupakan sumber petunjuk ilahi yang akan melahirkan rasa aman.

Pendidikan untuk selalu bersyukur kepada Allah dan pemurnian aqidah serta menjauhkan segala yang bersifat menyekutukan Allah selalu ditanamkan oleh Luqman terhadap anaknya. Ini bertujuan untuk membebaskan manusia dari ketergantungan kepada selain Allah Subḥanahu wa Ta’āla. Sebesar apapun amalan dan maksiat yang dilakukan, Allah akan membalasnya. Dalam hal ini Luqman mengajarkan kepada anaknya untuk mensyukuri nikmat, menyembah Allah dan melarang untuk mempersekutukan-Nya. Dari uraian di atas, jelas bahwa permasalahan tauhid yang diprofilkan melalui pesan Luqman kepada anaknya, dan sekaligus memerintahkannya untuk menjauhkannya. Pesan mulia orang tua kepada anak ini terjadi karena sikap tulus orang tua yang bijaksana terhadap nasib masa depan anaknya. Inilah pesan secara emosional yang sangat menonjol sehingga perlu ditekankan.

c.     Pendidikan berbakti ( Ubudiyah )

Dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 14, menyatakan: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Adapun makna yang dapat diungkap dalam ayat 14 adalah bahwa pendidikan Luqman tidak terbatas pada pendidikan yang dilakukan orang tua kepada anaknya dalam keluarga, karena ayat yang berisi pesan berbuat baik kepada kedua orang tua ini diletakkan di tengah-tengah konteks pembicaraan peristiwa Luqman. Dengan demikian, wasiat Luqman kepada anaknya menjadi dasar bagi pendidikan pada umumnya baik dalam keluarga maupun yang lainnya, yaitu antara lain upaya mendidik anak untuk berbuat baik kepada orang tuanya. Dalam ayat 14 ini materi berbuat baik kepada kedua orang tua disampaikan melalui anjuran untuk menghayati penderitaan dan susah payah ibunya selama mengandung. Metode seperti ini merupakan cara memberi pengaruh dengan menggugah emosional anak, sehingga berdampak kuat terhadap perubahan sikap dan perilaku sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Kematangan dalam aspek emosi atau mental merupakan konsekuensi dari perkembangan pada tatanan psikologis. Emosi merupakan kekuatan pengetahuan dan perasaan dalam jiwa manusia. Setiap hal yang berhunungan dengan perasaan (al-Wujdāniyah) adalah hakikat-hakikat yang diketahui melalui emosi, hal ini merupakan fitrah bagi manusia yang dibawanya sejak lahir.

d.      Pendidikan Kemasyarakatan

Islam sangat memperhatikan pendidikan sosial, karena akan memberikan dampak positif dalam perilaku dan perasaan batin anak yang berdampak pada agama, akhlak, kebiasaan dan emosional anak. Kebaikan lingkungan dan masyarakat sangat bergantung pada kebaikan masing-masing individu, dan ini dapat terwujud setelah orang tua membiasakan tingkah laku dan kebiasaan baikpada anak yang bersumber dari aqidah Islamiyah yang terdiri atas prinsip interaksi yang baik, etika mulia dan keseimbangan pribadi.

Dimensi pendidikan sosial menurut surah Luqman setelah anak dikenalkan konsep akhlak kepada Tuhannya melalui jalan ibadah, dan berbakti kepada kedua orangtuanya, berikutnya diajarkan padanya akhlak dalam konteks kemasyarakatan mencakup etika pergaulan (bertemu), berbicara dan berjalan. Dalam hal ini Luqman berpesan kepada anaknya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Allah Subḥanahu wa Ta’āla memerintahkan manusia agar taat dan mengikuti perintah-Nya dan melarang mereka untuk durhaka, melakukan kemaksiatan, atau melakukan hal-hal yang dilarang dan diharamkan-Nya.

Yang dimaksud dengan pendidikan sosial adalah mendidik anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan perilaku sosial yang utama, dasarnya kejiwaan yang mulia yang bersumber pada akidah islamiah yang kekal dengan kesadaran iman yang mendalam. Agar di tengah masyarakat nanti ia mampu bergaul dan berperilaku sosial yang baik, memiliki keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang bijaksana. Di antara dasar sosial terpenting dalam membentuk perangai dan mendidik kehidupan sosial anak, adalah membiasakan anak sejak kecil untuk melakukan pengawasan dan kritik sosial yang dapat membangun pergaulan dengan setiap individu, meneladani atau memberi teladan yang baik, memberi nasihat kepada setiap individu yang tampaknya menyimpang dan menyeleweng.

e.     Pendidikan Mental dan Akhlak

Dalam ayat 17 terdapat materi pendidikan berupa shalat dan materi sabar, yaitu menerima dengan lapang dada hal-hal yang menyakitkan dan menyusahkan serta menahan amarah atas perlakuan kasar. Kata sabar berasal dari bahasa Arab, yaitu “ṣabara”. Dari segi bahasa sabar berarti menahan dan mencegah.16 Menguatkan makna ini adalah firman Allah dalam Al-Qur’an surat al-Kahfi ayat 28, yang artinya adalah: Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaanNya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.

Para Ulama membagi kesabaran kepada tiga macam, yaitu: a. Sabar dalam ketaatan kepada Allah, karena tabiat manusia enggan untuk beribadah dan berbuat untuk ketaatan disebabkan malas dan kikir. b. Sabar dalam meninggalkan maksiat, terutama maksiat yang sangat mudah dilakukan seperti mengupat, mencela dan sebagainya. c. Sabar dalam menghadapi ujian Allah, seperti mendapatkan musibah baik bersifat materi maupun immateri. Termasuk pula dalam kategori ini, sabar dalam menerima cobaan-cobaan yang menimpa jasmani seperti penyakit, penganiayaan dan semacamnya. Kedua sabar rohani menyangkut kemampuan menahan kehendak nafsu yang dapat mengantar kepada kejelekan-kejelekan seperti sabar menahan amarah atau menahan nafsu seksual yang bukan pada tempatnya.

Mendidik anak dengan baik dan benar dan mengajarinya budi pekerti yang luhur merupakan tugas dan tanggung jawab yang berada di puncak ayah dan ibu. Di lain pihak, adalah hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang benar tersebut. Anak sangat memerlukan perhatian dan pengawasan ketat dari orangtuanya. Dalam surat Luqman ayat 14-19, terdapat beberapa contoh dimensi pendidikan akhlak yang diajarkan, yaitu: a. Akhlak terhadap orang tua; b.Akhlak terhadap orang lain; c. Akhlak dalam penampilan diri.

 

 

Kesimpulan

            Pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang berada dijalur pendidikan luar sekolah. Lembaga pendidikan keluarga adalah keluarga itu sendiri, yang unsur-unsurnya terdiri atas ayah, ibu dan anak. Hal-hal yang diajarkan dalam pendidikan keluarga adalah penanaman keyakinan agama, nilai budaya dan moral. Orang tua wajib bertanggung jawab penuh atas anaknya.

Daftar Pustaka

Qamaruddin, Saleh. 2002. Ayat-Ayat Larangan dan Perintah Dalam Al-Qur’an. Bandung: Diponegoro.

Abdul Aziz, Abdullah bin. 2006. Cara Mudah Memahami Tauhid, terj. Bani Syarbaini. Jakarta: Pustaka Attazkia.

Tafsir, Ahmad. 2005.  Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Al-Maghribi. 2004. Begini Seharusnya Mendidik Anak, terj. Zainal Abidin. Jakarta: Darul Haq.

https://media.neliti.com/media/publications/122664-ID-keluarga-sebagai-lembaga-pertama-pendidi.pdf diakses pada tanggal 3 Mei 2018