Sunday, January 23, 2022

IBU KOTA NEGARA NUSANTARA

 

Ibu Kota Negara (Nusantara) 

Pembuat :

 ahmad syarif hidayatullah 

 


Pindah dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pindah merupakan beralih atau bertukar tempat.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ibu Kota merupakan kedudukan pusat pemerintahan suatu Negara, tempat dihimpun unsur administratif, yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Baru-baru ini rakyat digegerkan dengan isu pemindahan Ibu Kota Negara yang mana draf Naskah akademik RUU IKN sudah disahkan pada Rapat paripurna ke-13 DPR masa sidang 2021-2022 pada tanggal 18 Januari 2022 dan disetujui secara aklamasi. Jika dilihat dari draf yang berisi 175 halaman dengan mencantumkan hanya 20 referensi saja.  Draf tersebut bisa dibilang dibuat secara tergesa-gesa dan tanpa kajian yang mendalam, terbukti dari referensi yang digunakan HANYA 20 bukan itu saja akan tetapi referensi yang digunakan juga kisaran tahun 1990an, menjadi pertanyaan besar, apakah tidak ada kajian-kajian yang tersedia medio 2010 hingga saat ini, rasa-rasanya banyak jika serius untuk membuat naskah akademik, apalagi naskah akademik tersebut bukan dikerjakan Oleh mahasiswa baru S1 akan tetapi naskah tersebut dibuat Oleh Bappenas yang mana diisi oleh orang-orang pintar. Tapi kenapa di dalam kata pengantar tersebut tidak mencerminkan keseriusan dalam mengkaji pemindahan ibu kota. Dalam kata pengantar tersebut terkesan bahwa memindahkan ibu kota hanya melibatkan masalah hukum dan terkesan bahwa memindahkan ibu kota hanya memindahkan bangunan-bangunan saja. Padahal pindah ibu kota merupakan pekerjaan yang tidak mudah, banyak aspek yang perlu dikaji dan difikirkan dengan matang. Pemindahan ibu kota juga membutuhkan biaya yang sangat besar. Lalu apa yang mendasari pemindahan ibu kota dilakukan secara tergesa-gesa dan terkesan terlalu dipaksakan. Padahal untuk memindahkan ibu kota perlu dilakukan kajian yang sangat sangat mendalam, baik secara kajian perencanaan, kajian gagasan, kajian hukum, kajian social, kajian lingkungan dan kajian keuangan.

Mari kita lihat identifikasi apa saja yang dicatat dalam naskah akademik RUU IKN




Mari kita cermati Kembali tujuan dari pemindahan ibu kota ini juga sangat tidak masuk akal dan terkesana dipaksakan dan hanya akal-akalan saja. Jika terdapat kalimat cara-cara mengatasi permasalahan ibu kota yang ada di naskah akademik RUU IKN ini, kenapa tidak menyelesaikan terlebih dahulu permasalahan-permasalahan di ibu kota yang sekarang. Apakah ini menujukkan bahwa pemerintah sudah menyerah untuk mengatasi permasalahan ibu kota. Bukannya dengan memindahkan ibu kota akan menimbulkan masalah-masalah baru?. Lalu apa urgensi dari pemindahan ibu kota yang baru ini, apakah pemindahan ibu kota yang baru ini hanya berisi ambisi pribadi, ambisi golongan-golongan tertentu yang mempunyai kepentingan besar di lahan ibu kota yang baru, ambisi memperkaya diri dan ambisi untuk legacy presiden Jokowi.

Jika pemindahan ibu kota ini hanya berlandaskan ambisi-ambisi pribadi dan golongan tertentu yang mempunyai kekuatan besar baik secara politik, hukum dan keuangan rasanya sangat-sangat menyedihkan. Sulit rasanya menerima dengan ikhlas setelaha melihat draf Naskah Akademik RUU IKN. Jika memang pemindahan ibu kota yang saat ini sedang digarap oleh pemerintah secara serius, rasanya tidak mungkin draf naskah akdemik ini muncul dan hanya berisikan 175 halaman dengan menggunakan 20 sumber referensi.

Jika ingin mencari solusi untuk menuntaskan permasalahan-permasalahan yang ada di ibu kota mengapa para pemangku kebijakan para elite elit yang saat ini memgang kekuasaan penuh tidak duduk Bersama untuk bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah masalah tersebut. Apakah para pemangku kebijakan sudah lupa dengan sila ke-4 yaitu, “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratn Perwakilan”.

 

Tuesday, November 24, 2020

KURIKULUM BERBASIS TEKNOLOGI


 

KURIKULUM BERBASISTEKNOLOGI

 



A. Latar Belakang

            Perkembangan zaman telah menuntut kita untuk mengikuti zamannya seperti perkembangan ilmu teknologi, ilmu sains, dan lain sebagainya, yang mau tidak mau kita harus mengikutinya agar tidak ketinggalan zaman, dan memperbaharui pengetahuan yang kita miliki. Seiring berjalannya waktu perkembangan teknologi telah mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari, baik dalam proses berinteraksi, hingga ke proses pendidikan.

            Hal inilah yang menuntut kita agar proses pendidikan (proses belajar mengajar) perlu adanya pengembangan kurikulum yang berbasis teknologi, agar pendidikan yang diberikan oleh guru sesuai dengan keadaan saat ini, sehingga mudah diterima oleh semua kalangan. Sangatlah penting bagi guru untuk memperbaharui pengetahuan yang dimiliki, agar guru tau bagaimanaa caranya berinteraksi, mengajarkan pelajaran kepada anak sesuai dengan metode dan media yang tepat dengan keadaan saat ini.

            Mengapa kurikulum yang digunakan harus berbasis teknologi? Karena teknologi merupakan hal yang tidak pernah luput dari kehidupan manusia, yang selalu berkembang, yang perkembangannya tidak pernah berhenti, berlangsung secara terus menerus sesuai dengan kebutuhan manusia di zamannya. Adapun faktor pengembangan kurikulum berbasis teknologi yaitu:

1.      Kebutuhan masyarakat, seperti yang telah kita ketahui bahwasanya banyak dari masyarakat Indonesia yang masih buta akan adanya teknologi, oleh karena itu melalui lembaga formal seperti sekolah diharapkan dapat mengurangi adanya buta teknologi.

2.      Tuntutan perkembangan zaman, seperti yang telah dijelaskan di atas bahwasanya teknologi selalu berkembang dan tidak pernah luput dari kehidupan sehari-hari, sehingga kita dituntut untuk bisa menyesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan yang ada saat ini.

3.      Pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan, dengan adanya pengembangan kurikulum PAI berbasis teknologi, diharapkan agar metode, model, dan ilmu pengetahuan yang diajarkan sesuai dengan keadaan yang ada di masyarakat dan keadaan saat ini, sehingga tercipta proses pembelajaran yang asyik, menyenangkan, tidak membosankan, dan tidak monoton, karena para guru telah mempunyai ilmu yang cukup, dalam segi metode, ataupun media pembelajaran yang akan digunakan di dalam proses pembelajaran di kelas.

 

B. Tujuan Pengembangan Kurikulum

Adapun tujuan diadakannya pengembangan kurikulum:

1.      Terciptanya proses belajar mengajar PAI yang berbasis teknologi, dan menggunakan teknologi yang ada pada saat ini.

2.      Terciptanya proses belajar mengajar PAI yang fresh sehingga siswa tidak akan merasa bosan, dan pembelajaran yang diterapkan tidak berkesan monoton.

3.      Memudahkan proses pembelajaran PAI dengan memanfaatkan teknologi yang ada saat ini.

C. Dasar-Dasar, Prinsip, dan Landasan Pengembangan Kurikulum

Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum

1.      kurikulum disusun untuk mewujudkan sistem pendidikan nasional yang berbasis teknologi.

2.      kurikulum pada semua jenjang pendidikan dkembangkan dengan pendekatan kemampuan teknologi di setiap sekolah.

3.      kurikulum harus sesuai dengan ciri khas satuan pendidikan pada masing-masing jenjang pendidikan.

4.      kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan minat peserta didik dan tuntutan pihak-pihak yang memerlukan dan berkepentingan.

5.      kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan sesuai dengan tuntutan lingkungan .

6.      kurikulum pada semua jenjang pendidikan mencakup aspek spiritual keagamaan, intelektualitas, watak konsep diri, keterampilan belajar, kewirausahaan, keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat, pola hidup sehat, estetika dan rasa kebangsaan.

Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum

1.      Prinsip Relevansi, Kurikulum dan pengajaran harus disusun sesuai dengan tuntutan kebutuhan dan kehidupan peserta didik, seperti halnya teknologi yang merupakan  suatu kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari.

2.      Prinsip Efisiensi, Berkaitan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, dana, dan sarana yang dipakai dengan hasil yang diperoleh. Pengembangan kurikulum berbasis teknologi ini perlu juga dibandingkan antara tenaga yang dipakai, waktu yang digunakan, dana yang dikeluarkan, sarana dan prasrana yang dikeluarkan, serta hasil yang ingin diperoleh.

3.      Prinsip Kontinuinitas, Kurikulum berbasis teknologi  berbagai tingkat kelas dan jenjang pendidikan disusun secara berkesinambungan

4.      Prinsip Fleksibilitas, disamping program yang berlaku untuk semua anak terdapat pula kesempatan bagi anak mengambil program-program pilihan

5.      Prinsip Integritas, kurikulum berbasis teknologi ini hendaknya memperhatikan hubungan antara berbagai program pendidikan dalam rangka pembentukan kepribadian yang terpadu

Landasan Pengembangan Kurikulum

            Landasan pengembangan kurikulum yang dipakai adalah landasan ilmu pengetahuan teknologi dan seni. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil budi daya manusia sejak dahulu sampai sekarang, yang makin lama makin maju, maka dalam penyusunan pengembangan kurikulum perlu mempertimbangkan landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.

            Landasan ilmu teknologi dan seni ini cocok untuk dipakai untuk menjadi landasan pengembangan kurikulum berbasis teknologi, karena landasan inilah yang paling cocok dan sesuai. Sesuai dengan yang kita ketahui sebelumnya bahwasanya teknologi akan semakin maju mengikuti perkembangan zaman.

D. Desain Pengembangan Kurikulum

            Desain pengembangan kurikulum PAI yang dipakai adalah desain teknologis. Desain ini difokuskan kepada efektivitas program, metode dan bahan-bahan yang dianggap dapat mencapai tujuan. Teknologi mempengaruhi kurikulum dapat dilihat dari dua sisi, yaitu yang pertama berhubungan dengan penerapan teknologi adalah perencanaan yang sistematis dengan menggunakan media atau alat dalam pembelajaran. Yang kedua, teknologi sebagai suatu sistem menekankan kepada penyusunan program pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem yang ditandai dengan perumusan tujuan khusus sebagai tujuan tingkah laku yang harus dicapai

E. Model Pengembangan Kurikulum:

            Model Pengembangan Kurikulum PAI berbasis teknologi yang dipakai adalah model administrasi. Model administrasi diistilahkan juga model garis staf atau top down , dari atas kebawah.

Pengembangan kurikulum administrasi dilaksanakan sebagai berikut:

a.       Atasan membentuk tim pengembangan kurikulum berbasis teknologi yang terdiri atas para pejabat teras yang berwenang (pengawas pendidikann, kepsek, dan pengajar inti)

b.      Tim merencanakan konsep rumusan tujuan umum dan rumusan falsafah yang diikuti dari pengembangan kurikulum berbasis teknologi.

c.       Dibentuk beberapa kelompok kerja yang anggtotanya terdiri  atas para spesialis kurikulum dan staf pengajar yang bertugas untuk merumuskan tujuan khusus, GBPP, dan kegiatan belajar.

d.      Hasil kerja dari butir tiga direvisi oleh tim ats dasar pengalaman atau try out

e.       Setelah try out yang dilakukan oleh beberapa kepala sekolah,  dan telah direvisi

F. Pendekatan Pengembangan Kurikulum

            Pendekatan pengembangan kurikulum PAI berbasis teknologi yang dipakai adalah pendekatan teknologis. Pendekatan teknologis sendiri dalam menyusun kurikulum agama islam bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Materi yang diajarkan, kriteria evaluasi sukses, dan strategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan analisis tugas (job analysis) tersebut. Kurikulum berbasis kompetensi yang sedang digalakkan disekolah/ madrasah termasuk dalam kategori pendekatan teknologis.

            Dalam pengembangan kurikulum PAI, pendekatan tersebut hanya bisa digunakan untuk pembelajaran PAI yang menekankan pada know how cara menjalankan tugas-tugas tertentu. Misalnya cara menjalankan shalat, haji, puasa, zakat, mengkafani mayat, shalat jenazah dan seterusnya.

            Pembelajaran dikatakan menggunakan pendekatan teknologis, bilamana ia menggunakan pendekatan sistem dalam menganalisis masalah belajar, merencanakan, mengelola, melaksanakan dan menilainya, Di samping itu, pendekatan teknologis ingin mengejar kemanfaatan tertentu, sehingga proses dan rencana produknya (hasilnya) diprogram sedemikian rupa, agar pencapaian hasil pembelajaranya (tujuan) dapat dievaluasi dan diukur dengan jelas dan terkontrol. Dari rencana proses pembelajaran sampai mencapai hasil tersebut diharapkan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

            Pendekatan teknologis ini sudah barang tentu memiliki keterbatasan-keterbatasan, antara lain: ia terbatas pada hal-hal yang bisa dirancang sebelumnya, baik yang menyangkut proses pembelajaran maupun produknya. Karena adanya keterbatasan tersebut, maka dalam pembelajaran pendidikan agama islam tidak selamanya dapat menggunakan pendekatan teknologis. Jika dalam sebuah pembelajaran PAI menyangkut perencanaan dan proses bisa dengan pendekatan teknologis akan tetapi ketika harus mengevaluasi tentang keimanan peserta didik atas materi rukun iman misalnya, maka pendekatan teknologis tidak bisa digunakan, karena evaluasi ini sulit untuk diukur.

Berikut contoh pendekatan teknologis dalam pengembangan kurikulum PAI.  Sebagaimana tertuang dalam kurikulum:

1.      Standar kompetensi: Mampu mempraktikkan wudlu dan mengenal shalat fardhu.

2.      Kompetensi dasar: Melaksanakan wudlu.

3.      Hasil belajar:

a.       Mampu menjelaskan tatacara wudlu.

b.      Mampu menghafal niat wudlu.

c.       Mampu menyebutkan sunah-sunah wudlu.

d.      Mampu mempraktikan wudlu.

G. Proses Pengembangan Kurikulum

1. Perencanaan

            Pengembangan kurikulum berbasis teknologi ini bertujuan untuk terciptanya proses belajar mengajar PAI yang berbasis teknologi, dan menggunakan teknologi yang ada pada saat ini, terciptanya proses belajar mengajar PAI yang fresh sehingga siswa tidak akan merasa bosan, dan pembelajaran yang diterapkan tidak berkesan monoton serta memudahkan proses pembelajaran PAI dengan memanfaatkan teknologi yang ada saat ini.

            Pengembangan kurikulum berbasis teknologi ini juga berguna untuk kebutuhan masyarakat, seperti yang telah kita ketahui bahwasanya banyak dari masyarakat Indonesia yang masih buta akan adanya teknologi, oleh karena itu melalui lembaga formal seperti sekolah diharapkan dapat mengurangi adanya buta teknologi.

            Selain kebutuhan masyarkat, pengembangan ini juga merupakan tuntutan perkembangan zaman, seperti yang telah dijelaskan di atas bahwasanya teknologi selalu berkembang dan tidak pernah luput dari kehidupan sehari-hari, sehingga kita dituntut untuk bisa menyesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan yang ada saat ini.

            Selanjutnya dalam pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan, dengan adanya pengembangan kurikulum PAI berbasis teknologi, diharapkan agar metode, model, dan ilmu pengetahuan yang diajarkan sesuai dengan keadaan yang ada di masyarakat dan keadaan saat ini, sehingga tercipta proses pembelajaran yang asyik, menyenangkan, tidak membosankan, dan tidak monoton, karena para guru telah mempunyai ilmu yang cukup, dalam segi metode, ataupun media pembelajaran yang akan digunakan di dalam proses pembelajaran di kelas.

            Selain itu pengembangan ini juga sangat menguntungkan bagi siswa yang ingin melanjutkan studinya atau langsung terjun ke dunia kerja. Sebab, tidak dapat dipungkiri bahwasanya dalam kehidupan sehari-hari teknologi sangatlah penting, agar kita sebagai manusia dapat berkembang sesuai dengan berkembangnya zaman.

2. Pelaksanaan

            Melakukan sosialisasi dan pengembangan kurikulum berupa pengembangan kurikulum berbasis teknologi berupa RPP atau SAP (Satuan Acara Pembelajaran), proses pembeljaran di dalam dan di luar kelas, serta evaluasi pembelajaran untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi pengembangan kurikulum berbasis teknologi

3. Evaluasi

Evaluasi ini dilakukan sebagai feedback yang akan digunakan dalam penyempurnaan kurikulum berikutnya, agar menjadi pembelajaran di masa yang akan datang.

 

 


Monday, November 23, 2020

Strategi Pembelajaran Keterampilan Bertanya

 

Strategi Pembelajaran KeterampilanBertanya

 


Abstract

 

The development of technology is very rapid, where every information can be spread quickly and easily known by anyone with ease. So even with the knowledge everyone can get it easily, anywhere can get knowledge, meaning people can learn in the classroom, in the library, at home even on the street though. At any time there is no time limit for learning with anyone, through: books, internet, magazines, newspapers, radio, television and others. Especially with visual-based learning media, students will more quickly understand and understand the material presented by the teacher. That is the characteristic of learning of the century of knowledge. Learning strategy is growing, in line with the development of existing and increasingly sophisticated technology, such as blanded learning model, the hybrid course that combines face-to-face learning and computer-based learning keywords: technology, blanded learning, learning media, learning strategies.

Keywords: technology, blended learning, learning media, learning strategies.

Abstrak

 

Perkembangan terknologi sangatlah pesat, dimana setiap informasi bisa tersebar dengan cepat dan mudah diketahui oleh siapapun dengan mudah. Begitupun dengan pengetahuan setiap orang bisa mendapatkan dengan mudah, dimana saja dapat mendapatkan pengetahuan, artinya orang bisa belajar diruang kelas, di perpustakaan, dirumah, bahkan dijalan sekalipun, kapan saja tidak ada batasan waktu untuk belajar,dengan siapa saja, melalui buku, internet, majalah, koran, radio, televisi dan sebagainya. Terutama dengan media pembelajaran yang berbasis visual siswa akan lebih cepat mengerti dan paham dengan materi yang disampaikan oleh guru. Itulah ciri pembelajaran abad pengetahuan, strategi pembelajaran semakin berkembang sejalan dengan berkembangnya teknologi yang ada, antara lain model blended learing, yaitu hybrid course yang mengkombinasikan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran berbasis komputer.

Kata Kunci:  teknologi, blended learning, media pembelajaran, strategi pembelajaran.

Pendahuluan        

            Pendidikan adalah pondasi utama suatu insan. Seseorang akan menjadi bermutu, berwawasan dan berilmu karena pendidikan. Pendidikan juga dikatakan bermutu apabila mencetak insan yang berpendidikan. Untuk mewujudkan suatu pendidikan yang bermutu dan berkelas juga harus diperhatikan dari berbagai unsur yang terlibat dalam proses penedidik tersebut. Pengajar atau pendidik adalah unsur yang sangat berpengaruh dan berperan penting dalam proses pendidikan tersebut, oleh karena itu perlu adanya pendidik yang benar-benar profesional.

Strategi pembelajaran dalam mengajar berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan proses belajar. Teknik belajar yang terlalu monoton dan tidak memiliki variasi akan membentuk suasana yang membosankan sehingga peserta didik tidak tertarik dalam mengikuti pelajaran. Maka untuk menciptakan kehidupan interaksi belajar mengajar yang efektif, guru harus bisa menggabungkan antara teknologi yang ada dengan pebelajaran agar lebih variatif dan mudah dipahami oleh peserta didik.

Kecenderungan pembelajaran masa depan telah mengubah pendekatan pembelajaran tradisional ke arah pembelajaran masa depan yang disebut sebagai pembelajaran abad pengetahuan, bahwa orang dapat belajar: di mana saja, artinya orang dapat belajar di ruang kelas/kuliah, di perpustakaan, di rumah, atau di jalan; kapan saja, tidak sesuai yang dijadwalkan bisa pagi, siang sore atau malam; dengan siapa saja, melalui guru, pakar, teman, anak, keluarga atau masyarakat; melalui sumber belajar apa saja, melalui buku teks, majalah, koran, internet, CD ROM, radio, televisi, dan sebagainya

Untuk merekayasa sistem pembelajaran pada abad pengetahuan ini, perlu pula dipahami hakikat, terminologi atau pengertian tentang pembelajaran. Kata pembelajaran, sekarang ini, lebih banyak digunakan untuk mengganti kata pengajaran. Padahal, pembelajaran memiliki makna yang berbeda dibandingkan dengan pengajaran. Pembelajaran merujuk ke memfasilitasi belajar, sedangkan pengajaran merujuk ke arah mengajar (interaksi dengan pengajar sebagai sumber belajar utama). Pembelajaran lebih menekankan pada upaya menata lingkungan di luar diri pebelajar (faktor eksternal), agar terjadi proses belajar (faktor internal). Sedangkan pengajaran lebih menekankan pada proses mengajar-belajar dengan pengajar (guru) sebagai aktor utama, atau dibarengi dengan media sebagai alat bantu atau alat peraga lainnya. 

Untuk memaksimalkan potensi peserta didik dalam proses pembelajaran, diperlukan adanya studi literatur mengenai blended learning yang memuat konsep, karakteristik,pelaksanaan blended learning dalam proses pembelajaran terutama dalam mata pelajaran PAI. Penelitian yang bersifat deksriptif ini bertujuan untuk mengungkap secara lebih detail mengenai pendekatan dengan model blended learning dengan fokus mata pelajaran PAI agar proses pembelajaran PAI dapat memperoleh hasil tercapainya tujuan pembelejaran yang efektif, efisien serta profesional.

Metode Penelitian/Metode Kajian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deksriptif. Penelitian kualitatif adalah metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak sedangkan deskriptif ialah menggambarkan sesuatu dengan deskripsi. Sehingga penelitian kualitatif deksriptif adalah penelitian mengenai objek non eksak yang hasilnya dijelaskan dengan penggambaran dengan jelas.

Metode pengumpulan data menggunakan studi literatur dari beberapa sumber yang relevan dengan kajian. Analisis data yang dilakukan yaitu mengolah dan menganalisis data dengan analisis secara deskriptif-kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah menerangkan dengan jelas mengenai model pembelajaran blended learning dalam mata pelajaran PAI sebagai acuan mengenai salah satu strategi pembelajaran PAI.

Hasil dan Pembahasan

A. KONSEP BLENDED LEARNING

1. Pengertian Blended Learning  Istilah Blended Learning secara ketatabahasaan terdiri dari dua kata yaitu Blended dan Learning. Kata Blend berarti “campuran bersama untuk meningkatkan kualitas agar bertambah baik” (Collins Dictionary), atau formula suatu penyelarasan kombinasi atau perpaduan (Oxford English Dictionary) (Heinze and Procter, 2006: 236), sedangkan Learning memiliki makna umum yakni belajar, dengan demikian sepintas mengandung makna pola pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran, atau penggabungan antara satu pola dengan pola yang lainnya. Yang menjadi pertanyaan adalah apa yang dicampurkan? Elenena Mosa (2006) menyampaikan bahwa yang dicampurkan adalah dua unsur utama, yakni pembelajaran di kelas dengan tatap muka secara konvensional (classroom lesson) dengan pembelajaran secara online. Ini yang dimaksudkan adalah pembelajaran yang secara konvensional biasa dilakukan di dalam ruangan kelas dikombinasikan dengan pembelajaran yang dilakukan secara online baik yang dilaksanakan secara

independen maupun secara kolaborasi, dengan menggunakan sarana prasarana teknologi informasi dan komunikasi. 

Selain Blended Learning ada istilah lain yang sering digunakan di antaranya Blended e-Learning dan hybrid learning. Istilah yang disebutkan tadi mengandung arti yang sama yaitu perpaduan, percampuran atau kombinasi pembelajaran. Untuk  lebih mudah memahami perbedaan istilah-istilah tersebut, Mainnen (2008) yang menyebutkan “Blended learning mempunyai beberapa alternatif nama yaitu mixed learning, hybrid learning, Blended e-learning dan melted learning (bahasa Finlandia).” Karena model pembelajaran campuran ini lebih banyak menggunakan blended e-learning pada pembelajaran dari pada tatap muka atau residensial dan tutorial kunjung, maka penulis menggunakan istilah Blended e-learning. Selain itu Heinze (2008;1 4) juga berpendapat “A better term for ‘Blended Learning’ is ‘blended Blended e-learning’.”

Pada perkembangannya istilah yang lebih populer adalah Blended e-learning dibandingkan dengan Blended Learning. Kedua istilah tersebut merupakan isu pendidikan terbaru dalam perkembangan globalisasi dan teknologi Blended elearning. Zhao (2008:162) menjelaskan “isu Blended e-learning sulit untuk didefinisikan karena merupakan sesuatu yang baru”. Walau cukup sulit mendefinisikan pengertian Blended e-learning tapi ada para ahli dan profesor yang meneliti tentang Blended e-learning dan menyebutkan konsep dari Blended elearning. Selain itu, pada penelitian Sharpen et.all (2006:18) ditemukan bahwa “banyak institusi yang telah mengembangkan dengan bahasa mereka sendiri,

definisi atau tipologi praktek blended”. Definisi dari Ahmed, et.all (2008:1) menyebutkan :

“Blended Blended e-learning, on the other hand, merges aspects of Blended elearning such as: web-based instruction, streaming video, audio, synchronous and asychronous comunication, etc: with tradisional, face-to-face learning.” 

Jadi Blended Learning dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang memanfaatkan berbagai macam pendekatan. Pendekatan yang dilakukan dapat memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Blended Learning adalah pembelajaran yang mengkombinasikan antara tatap muka (pembelajaran secara konvensional, dimana antara peserta didik dan pendidik saling berinteraksi secara langsung, masing-masing dapat bertukar informasi mengenai bahan-bahan pegajaran), belajar mandiri (belajar dengan berbagai modul yang telah disediakan) serta belajar mandiri secara online. Penerapan Blended Learning tidak terjadi begitu saja. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan yaitu karakteristik tujuan pembelajaran yang ingin kita capai, aktifitas pembelajaran yang relevan serta memilih dan menentukan aktifitas mana yang relevan dengan konvensional dan aktifitas mana yang relevan untuk online learning 

B. KARAKTERISTIK BLENDED LEARNING

Adapun karakteristik dari Blended Learning yaitu:

a.       Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pendidikan, gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis teknologi yang beragam.

b.      Sebagai sebuah kombinasi pendidikan langsung (face to face), belajar mandiri, dan belajar mandiri via online.

c.       Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara penyampaian, cara mengajar dan gaya pembelajaran.

d.      Pendidik dan orangtua peserta didik memiliki peran yang sama penting, pendidik sebagai fasilitator, dan orangtua sebagai pendukung.

3. Tujuan Blended Learning

a.       Membantu pendidik untuk berkembang lebih baik didalam proses belajar, sesuai dengan gaya belajar dan preferensi dalam belajar.

b.       Menyediakan peluang yang praktis realistis bagi guru dan pendidik untuk pembelajaran secara mandiri, bermanfaat, dan terus berkembang.

c.       Peningkatan penjadwalan fleksibilitas bagi pendidik, dengan menggabungkan aspek terbaik dari tatap muka dan instruksi online. Kelas tatap muka dapat digunakan untuk melibatkan para siswa dalam pengalaman interaktif. Sedangkan kelas online memberikan pendidik, sedangkan porsi online memberikan para siswa dengan konten multimedia yang kaya akan pengetahuan pada setiap saat, dan di mana saja selama pendidik memiliki akses internet. 

4. Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning Kelebihan Blended Learning :

a.       Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional, yang keduanya memiliki kelebihan yang dapat saling melengkapi.

b.      Pembelajaran lebih efektif dan efisien.

c.       Meningkatkan aksesbiltas. Dengan adanya Blended Learning maka peserta belajar semakin mudah dalam mengakses materi pembelajaran.

5.      Kekurangan Blended Learning :

a.       Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung.

b.      Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet. Padahal dalam Blended Learning diperlukan akses internet yang memadai, apabila jaringan kurang memadai akan menyulitkan peserta dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online.

c.        Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi.

d.      Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet .

C. PELAKSANAAN BLENDED LEARNING DI SEKOLAH

Dalam dunia Pendidikan Tinggi, Blended e-learning banyak digunakan untuk penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh. Diawali dengan Universitas Terbuka yang menyelenggarakan pendidikan jarak jauh yang dilakukan secara konvensional (tanpa menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, tetapi saat ini Universitas Terbuka sudah memanfaatkan teknologi informasi dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga menggabungkan pembelajaran secara konvensional dan pembelajaran dengan menggunakan teknologi informasi. Penyelenggaran pendidikan di Universitas Terbuka ini dapat dikatakan menerapkan Blended Learning. 

Selain Universitas Terbuka saat ini banyak juga perguruan tinggi yang menerapkan Blended Learning, bahkan lembaga-lembaga pendidikan non-formal seperti LPK dan kursus-kursus, pelatihan-pelatihan juga menerapkan Blended Learning. 

Pertanyaannya, apakah dalam dunia pendidikan formal pada pendidikan dasar dan menengah sudah banyak atau ada yang menerapkan Blended Learning? Pertanyaan selanjutnnya, Apakah Blended Learning benar-benar dibutuhkan? Bagaimana para penyelenggara pendidikan dasar dan menengah (SD-SMA/SMK) menerapkan Blended Learning di sekolahnya? 

Berdasarkan pengamatan di lapangan, sudah banyak lembaga penyelenggara pendidikan dasar dan menengah dalam hal ini pendidikan jenjang SD hingga SMA/SMK yang telah menerapkan Blended Learning. Jika dilihat banyaknya lembaga penyelenggara pendidikan dasar dan menengah yang menerapkan Blended Learning, dapat dikatakan bahwa memang penerapan Blended Learning dalam pendidikan dasar dan menengah itu sangat diperlukan atau dibutuhkan. Penerapan Blended Learning dalam pendidikan dasar dan menengah apakah dapat disamakan dengan penerapan Blended Learning dalam dunia pendidikan tinggi.

Penerapan Blended Learning dalam pendidikan dasar dan menengah tidak begitu dibutuhkan jika penerapannya disamakan dengan penerapan Blended Learning di Perguruan Tinggi. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan pendekatanan dan metode pendidikan terutama di perguruan tinggi yang melaksanakan pendidikan jarak jauh. Pada pelaksanaan pendidikan dasar dan menengah, harus menerapkan tatap muka dalam pembelajarannya, akan tetapi bukan berarti dalam pendidikan dasar dan menengah tidak dapat menerapkan Blended Learning. Pada pendidikan dasar dan menengah juga dapat menerapkan Blended Learning, hanya saja secara teknis pelaksanaan pembelajaran tidak dapat disamakan dengan pelaksanaan pembelajaran di perguruan tinggi yang melaksanakan pembelajaran jarak jauh.

Kapan Blended Learning dibutuhkan dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolahsekolah pada pendidikan dasar dan menengah? Blended Learning dibutuhkan pada saat metode pendidikan jarak jauh tidak begitu dibutuhkan. Proses pembelajaran Blended Learning ini dibutuhkan pada saat penyampaian atau pemberian materi pelajaran, pemberian tugas hingga penugasan-penugasan kepada peserta didik yang dilaksanakan di luar jam sekolah.

Blended Learning dibutuhkan pada saat : • Proses belajar mengajar tidak hanya tatap muka, namun menambah waktu pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi internet. • Mempermudah dan mempercepat proses komunikasi non-stop antara pendidik dan siswa. • Siswa dan pendidik dapat diposisikan sebagai pihak yang belajar. • Membantu proses percepatan pendidikan yang salah satunya dengan menerapkan flip classroom yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 

Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini, khususnya perkembangan teknologi internet turut mendorong berkembangnya konsep pembelajaran jarak jauh ini. Ciri teknologi internet yang selalu dapat diakses kapan saja, dimana saja, multiuser serta menawarkan segala kemudahannya telah menjadikan internet suatu media yang sangat tepat bagi perkembangan pendidikan jarak jauh selanjutnya. Hal inilah mengapa untuk saat ini sistem pembelajaran secara Blended Learning masih sangat baik di terapkan di Indonesia agar lebih dapat terkontrol secara tradisional juga. 

Pendapat Haughey (1998) tentang pengembangan Blended e-learning mengungkapkan bahwa terdapat tiga kemungkinan model dalam pengembangan sistem pembelajaran

berbasis Internet, yaitu model web course, web centric course, dan web enhanced course.  

Model Web course adalah penggunaan Internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta didik dan pendidik sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui Internet. Dengan kata lain model ini menggunakan sistem jarak jauh. Untuk pendidikan guru model seperti ini dapat digunakan untuk peningkatan “knowledge dan skill”, memperkuat pengetahuannya tentang materi pelajaran sebagai spesifikasi keilmuannya dan memperkuat pemahaman tentang metodologi pembelajaran melalui simulasi pembelajaran yang disajikan melalui internet misalnya video streaming, video conference dan lain-lain. Intinya, semua aktivitas belajar mengajar dilakukan secara online tanpa adanya tatap muka sama sekali. Model Web centric course adalah penggunaan Internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampaikan melalui internet,dan sebagian lagi melalui tatap muka, sedangkan fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pendidik bisa memberikan petunjuk pada peserta didik untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Peserta didik juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pendidik lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut. Model ini lebih relevan untuk digunakan dalam pengembangan pendidikan guru, dilihat dari kondisi, kultur dan infrastruktur yang dimiliki saat ini. Secara substansial materi keguruan identik dengan nilai yang tidak hanya dapat ditransfer melalui pembelajaran tanpa tatap muka, melainkan diperlukan direct learning, sehingga unsur-unsur modelling dari seorang guru dapat diadaptasi dengan baik. Untuk penguasaan materi konseptual, teoritikal dan keterampilan dapat menggunakan Blended e-learning dengan sistem jarak jauh.  Model web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dengan pendidik, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran pendidik dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di Internet, membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi melalui Internet, dan kecakapan lain yang diperlukan. 

 Berdasarkan ketiga model di atas, Model Web Course sulit untuk dikembang pada pembelajaran di sekolah. Hal ini dikarenakan pada model ini menerapkan pembelajaran yang penuh tanpa tatap muka. Semua aktivitas pembelajaran dilakukan secara online melalui media web pembelajaran seperti penyampaian materi pembelajaran, diskusi, ujian dan lain-lain, sedangakan dalam pembelajaran pada pendidikan dasar dan menengah masih mewajibkan adanya kegiatan tatap muka secara langsung antara peserta didik dengan pendidiknya.

Pada model Web Centric Course dan Web Enhanced Course lebih tepat diterapkan di sekolah-sekolah pada pendidikan dasar dan menengah. Hal ini dikarenakan pada model Web Centric Course masih menerapkan tatap muka untuk menyampaikan sebagian materi-materi pembelajarannya, dan penerapan pada model Web Enhanced Course digunakan sebagai penunjang saja dalam memberikan materi pengayaan, berkomunikasi antar peserta didik atau dengan narasumber lain yang dilakukan di luar jam pembelajaran formal.