BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini lingkungan pendidikan
mengalami perubahan yang diistilahkan dengan globalisasi pendidikan sehingga
berpengaruh pada Dinamika pola pendidikan yang
begitu cepat dan silih berganti yang menjadikan persaingan antar sekolah
semakin ketat, khusunya dalam menarik konsumen dan meningkatkan loyalitas
pelanggan dalam bentuk pelayanan jasa. Menurut alma lembaga pendidikan yang
menganut konsep marketing,
tahu persis apa yang harus dilakukan[1]. Era globalisai manajemen
pemasaran pada lembaga pendidikan dulunya dianggap tabu, ada anggapan yang
berlaku pendidikan bukanlah suatu produk yang harus dipasarkan, karena lembaga
pendidikan merupakan badan sosial tidak memerlukan pemasaran, akan tetapi pada
era global ini pendidikan menjadi kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Karena itu lembaga pendidikan sekarang ini di
tuntut memberikan layanan informasi, ketrampilan mengelola informasi, dan
kerjasama dengan lembaga lain.artinya komersialisasi pendidikan bukan lsu dah
menjadi rahasia umum dan tidak ditutupi lagi, sehingga dalam lembaga
pendidikan dalam meningkatkan mutu atau
kualitasnya sudah menggunakan teori-teori bisnis. Lembaga pendidikan, bisnisnya
bukan hanya sekedar mengajar siswa setiap hari sesuai jadwal kemudian
melaksanakan ujian, lulus, habis perkara. Tetapi harus lebih jauh dari itu.
Siswa harus merasa puas dengan layanan lembaga pendidikan mengenai banyak hal
misalnya suasana belajar mengajar, ruang kelas yang bersih, taman yang asri,
pendidik yang ramah, perpustakaan, laboratorium, lapangan olahraga, dan
sebagainya harus siap melayani peserta didik.
Untuk mencapai
Kepuasan pelanggan terhadap sekolah identik dengan pelayanan yang diberikan
sekolah kepadanya. Lembaga pendidikan adalah sebuah kegiatan yang melayani
konsumen, berupa murid, siswa, mahasiswa dan juga masyarakat umum yang sering
dikenal sebagai “stakeholder”, lembaga pendidikan
pada hakekatnya bertujuan memberi layanan sedangkan pihak yang dilayani ingin
memperoleh kepuasan dari layanan tersebut mengingat mereka sudah membayar
sesuai kebijakan lembaga pendidikan tersebut[2].
Wijaya menyatakan bahwa setiap
sekolah harus selalu berusaha agar tetap hidup, berkembang, dan mampu bersaing.
Jadi sekolah perlu menentukan dan menerapkan strategi atau cara, serta
melakukan aktivitas pemasaran. Aktivitas pemasaran jasa pendidikan yang
dilakukan sekolah dapat mengubah penilaian masyarakat terhadap kualitas sekolah
dalam jangka panjang dan merupakan cara untuk membangun citra sekolah secara
keseluruhan[3].
Namun Melihat
fenomena saat ini, dan setelah peneliti melakukan banyak observasi pada sekolah, banyak lembaga pendidikan yang
kurang memperhatikan dalam mempersiapkan dan memaksimalkan strategi pemasaran
jasa pendidikan yang efektif dan efisien.
Kondisi tersebut yang menyebabkan perlunya suatu sekolah
mengenalkan pentingnya strategi pemasaran. Karena Setiap sekolah biasanya
melakukan promosi masing masing untuk menarik perhatian para siswa agar
menjatuhkan pilihan pada sekolah tersebut. Maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian terkait : MANAJEMEN PEMASARAN JASA PENDIDIKAN DI SMA
NUSANTARA PLUS
B. Identifikasi masalah
Penulis mengidentifikasikan
masalah sebagai berikut :
1. Tidak memiliki struktural bidang
kehumasan
2. Kurang memanfaatkan media untuk
pemasaran
3. Kurangnya kepuasan murid dalam
pembelajaran
C. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang dan
identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai
berikut : “Bagaimana strategi pemasaran di SMA NUSANTARA PLUS”
D. Manfaat dari Observasi
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat berguna sebagai kajian ilmiah maupun langkah nyata dalam hal strategi
pemasaran sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Adapun hasil
penelitian ini berharap akan bermanfaat antara lain :
1. Penulis, memberikan informasi dan
menambah wawasan penulis terhadap strategi pemasaran jasa pendidikan di SMA
NUSANTARA PLUS
2. Sekolah, hasil penelitian
diharapkan dapat memberi masukan mengenai strategi pemasaran
3. Pembaca, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberi informasi dan menjadi refrensi untuk penelitian
selanjutnya
E. Sistematika penulisan
Penulis membuat sistematika
penulis laporan observasi sebgai berikut :
1. BAB 1 Pendahuluan yaitu terdiri
dari latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, manfaat penelitian,
sistematika penulisan
2. BAB 2 Kajian Teori yaitu terdiri
dari isi dari laporan observasi yang menjelaskan tentang materi yang dibahas
3. BAB 3 Hasil observasi dan Pembahasan
yaitu terdiri dari data – data hasil
observasi
4. BAB 4 Penutup yaitu terdiri dari
kesimpulan dan saran
5. Daftar Pustaka yaitu terdiri dari sumber-sumber
atau referensi yang dipakai penulis dalam menyusun laporan observasi
6. Lampiran-lampiran yaitu terdiri
dari dokumen-dokumen dan dokumentasi saat observasi dilakukan
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
PengertianPemasaran Jasa Pendidikan
Menurut Thamrin dan Francis dalam buku manajemen pemasaran,
pemasaran adalah, “suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan
kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan,
menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain”.[4]
Menurut Michael J. Baker dalam bukunya, pemasaran berarti pertukaran
(marketing=exchange). Baker mendefinisikan marketing sebagai, “Marketing is a
process of exchange between individuals and/or organisations which is concluded
to the mutual benefit and satisfaction of the parties”.[5]
Pemasaran adalah proses pertukaran antara individu-individu dan/atau
organisasi-organisasi untuk saling menguntungkan dan menciptakan kepuasan.
Sedangkan pemasaran menurut Kotler yang dikutip oleh Muhaimin, dkk
pemasaran adalah, “usaha/kegiatan yang menyalurkan barang dan jasa dari
produsen kepada konsumen untuk memenuhi kebutuhan konsumen melalui proses
pertukaran”.[6]
Menurut William J. Stanton yang dikutip oleh Daryanto dalam bukunya sari kuliah
manajemen pemasaran, pemasaran adalah, “keseluruhan intern yang bertujuan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan
jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli baik pembeli yang ada maupun pembeli
potensial”.[7]
Menurut Philip dan Duncan dalam buku Daryanto, pemasaran meliputi
semua langkah yang digunakan atau diperlukan untuk menempatkan barang-barang
berwujud kepada konsumen. Sedangkan menurut American Marketing Association,
pemasaran meliputi pelaksanaan kegiatan usaha niaga yang diarahkan pada arus
aliran barang dan jasa dari produsen ke konsumen.[8]
Dari berbagai pengertian diatas, secara garis besar pemasaran
adalah serangkaian kegiatan atau usaha untuk menyalurkan barang/ jasa kepada
perorangan atau kelompok agar dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.
Kolter dan Keller dalam bukunya mendefinisikan jasa/layanan
(service) sebagai, “semua tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu
pihak kepada pihak lain yang pada intinya tidak berwujud dan tidak menghasilkan
kepemilikan apapun”.[9]
Jasa mempunyai empat karakteristik berbeda yang sangat mempengaruhi desain
program pemasaran: tak berwujud (intangibility), tak terpisahkan
(inserparability), bervariasi (variability), dan tak musnah (perishability).[10]
Sedangkan pengertian pendidikan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas yaitu, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”[11]
Menurut Rusdiana dalam bukunya, pendidikan sebagai produk jasa
merupakan sesuatu yang tidak berwujud, tetapi dapat memenuhi kebutuhan konsumen
yang diproses dengan menggunakan atau tidak menggunakan bantuan produk fisik,
yaitu proses yang terjadi merupakan interaksi antara penyedia jasa dan pengguna
jasa yang mempunyai sifat tidak mengakibatkan perpindahan hak atau kepemilikan”.[12]
Selanjutnya Stanton memberikan definisi jasa adalah service are identifiable,
intangible activities that are the main object of a transaction designed to
provide want-satisfaction to customers.[13]
Yang berarti bahwa jasa diidentifikasi sebagai kegiatan tidak berwujud yang
merupakan obyek utama dari transaksi yang dirancang untuk menyediakan keinginan
atau kepuasan kepada pelanggan.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pada
konteks pendidikan sebagai produk jasa merupakan sesuatu yang tidak berwujud
akan tetapi dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang diproses dengan menggunakan
atau tidak menggunakan bantuan produk fisik dimana proses yang terjadi
merupakan interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa yang mempunyai
sifat yang tidak mengakibatkan peralihan hak atau kepemilikan.
Dalam konteks sekolah/madrasah pemasaran didefinisikan sebagai,
“suatu pengolahan yang sistematis dari pertukaran nilai-nilai yang sengaja
dilakukan untuk mempromosikan misi-misi sekolah/ madrasah berdasarkan pemuasan
kebutuhan nyata baik itu untuk stakeholder ataupun masyarakat sosial pada
umumnya”.[14]
Pemasaran dalam konteks jasa pendidikan adalah, “sebuah proses sosial dan
manajerial untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui
penciptaan (creation) penawaran, pertukaran produk yang bernilai dengan pihak
lain dalam bidang pendidikan”.[15]
Menurut Alma dalam bukunya, Marketing jasa pendidikan adalah,
“kegiatan lembaga pendidikan memberikan layanan atau menyampaikan jasa
pendidikan kepada konsumen dengan cara yang memuaskan”.[16]
Fungsi pemasaran di lembaga pendidikan adalah untuk membentuk citra baik
terhadap lembaga dan menarik minat sejumlah calon siswa. Oleh karena itu,
pemasaran harus berorientasi kepada pelanggan yang dalam konteks
sekolah/madrasah disebut siswa.[17]
Etika pemasaran dalam dunia pendidikan adalah menawarkan mutu
layanan intelektual dan pembentuk watak secara menyeluruh, karena pendidikan
bersifat lebih kompleks, yang dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Hasil
pendidikannya mengacu jauh ke depan, membina kehidupan warga negara, generasi
penerus ilmuwan di masa depan.[18]
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pemasaran
jasa pendidikan adalah suatu proses menejerial yang melaksanakan aktifitas
pertukaran layanan intelektual untuk memenuhi kebutuhan pelanggan pendidikan
(siswa) sehingga memuaskan pelanggan.
B.
StrategiPemasaran Jasa Pendidikan
Strategi pemasaran jasa pendidikan merupakan hal yang sangat
penting bagi sekolah dimana strategi pemasaran merupakan suatu cara mencapai
tujuan dari visi sekolah tersebut. Sedangkan strategi adalah pola alokasi sumber
daya yang memungkinkan organisasi-organisasi dapat mempertahankan kinerjanya.
(Grant, 2008:10) dalam buku Nanang Fattah Strategi juga dapat diartikan sebagai
keseluruhan rencana mengenai penggunaan sumber daya-sumber daya untuk
menciptakan suatu posisi menguntungkan. Dengan kata lain, manajamen strategis
terlibat dengan pengembangan dan implementasi strategi-strategi dalam kerangka
pengembangan keunggulan bersaing.[19]
Langkah-langkah
strategis pemasaran jasa pendidikan di lembaga pendidikan:
Yakni
mengidentifikasi dan menganalisis pasar untuk mengetahui kondisi dan ekspektasi
pasar termasuk atribut-atribut pendidikan yang menjadi kepentingan konsumen
pendidikan. Dalam hal ini sesungguhnnya
madrasah memiliki potensi yang tinggi dalam upaya ikut mencerdaskan bangsa dan
mensukseskan program wajib belajar nasional.
2.
SegmentasiPasar dan Positioning
Segmentasi
pasar membagi pasar menjadi kelompok pembeli yang dibedakan menjadi
kelompok pembeli, karakteristik,
atau tingkah laku yang mungkin membutuhkan produk yang berbeda. Sedangkan positioning
adalah karakteristik dan pembedaan produk yang nyata yang memudahkan konsumen
untuk membedakan produk jasa antara satu lembaga dengan lembaga yang lain.
Melakukan
diferensiasi merupakan cara yang efektif dalam mencari perhatian pasar.
Diferensiasi merupakan salah satu dari tiga strategi pemasaran sebagai strategi
bersaing yaitu:
a.
Diferensiasi
yakni melakukan penawaran yang berbeda dibandingkan penawaran competitor.
b.
Keunggulan biaya
yakni strategi mengefisienkan seluruh biaya produksi atau jasa sehingga
bisa dijua lebih murah disbanding pesaing.
c.
Fokus yakni
strategi menggarap satu target khusus.
d.
Komunikasi
pemasaran
Sekolah sebagai lembaga ilmiah akan lebih elegan apabila
bentuk-bentuk komunikasi disajikan dalam format ilmiah. Seperti menyelenggrakan
kompetisi bidang studi, seminar, dan yang paling efektif adalah publikasi prestasi
oleh media independen seperti berita
dalam media massa.
Pelayanan
sekolah terlihat sebagai apa yang diharapkan konsumen. Kesenjangan
yang sering terjadi
adalah adanya perbedaan persepsi
kualitas maupun atribut jasa pendidikan. Ciri- ciri organisasi jasa yang baik:
a.
Memiliki konsep
yang fokus pada konsumen
b.
Komitmen
kualitas dari managemen puncak
c.
Penetapan
standar yang tinggi
d.
Sistem yang
memonitor kinerja jasa
e.
Sistem untuk
memuaskan keluhan pelanggan
f.
Memuaskan
karyawan sama dengan pelanggan.[20]
Ada lima langkah untuk mencapai ciri-ciri tersebut: keandalan,
responsif, keyakinan, empati, dan wujud.[21] Pemasaran
dalam konteks jasa pendidikan adalah sebuah proses sosial dan managerial untuk
mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui penciptaaan penawaran,
pertukaran produkyang bernilai dengan pihak lain dalam bidang pendidikan.
Etika layanan pemasaran dalam dunia pendidikan
adalah menawarkan mutu
layanan intelektual dan
pembentukkan watak secara menyeluruh.
Karena pendidikan bersifat lebih
kompleks, yang dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab, hasil pendidikannya
mengacu jauh kedepan, membina kehidupan warga negara, generasi penerus di masa
mendatang.
Lockhart (2005) menyebutkan lima faktor yang mendorong pemasaran
jasa pendidikan di antaranya:
1.
Meningkatnya
kompetisi
2.
Perubahan
demografi
3.
Ketidakpercayaan
masyarakat
4.
Penyelidikan
media
5.
Keterbatasan
sumber daya[22]
Pemasaran jasa pendidikan bukan merupakan kegiatan bisnis agar
sekolah yang dikelola mendapat siswa, tetapi merupakan tanggungjawab
penyelenggara pendidikan terhadap masyarakat luas tentang jasa pendidikan yang
telah, sedang, dan akan dilakukannya.
Dalam pemasaran, kepuasan pelanggan merupakan faktor penting yang
perlu diperhatikan. Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan proses
sirkuler yang saling mempengaruhi dan berkelanjutan. Hal tersebut dapat menjadi
sinyal positif dalam peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan. Salah satu
manfaat dalam pemasaran jasa pendidikan adalah terciptanya lingkungan belajar
yang baik bagi seluruh siswa. Dalam pemasaran, kepuasan pelanggan yakni respons
konsumen yang sudah terpenuhi keinginannya tentang penggunaan
barang atu jasa yang mereka
pakai. Dalam pengukuran kepuasan pelanggan, Kotler mengemukakan beberapa cara
di antaranya:
1.
Complaint and
suggestion system (sistem keluhan dan
saran), informasi dari keluhan dan
saran ini akan dijadikan data dalam melakukan antisipasi dan
pengembangan.
2.
Costumer
satisfication surveys (survey kepuasan pelanggan), tingkat keluhan konsumen
dijadikan data dalam mengukur tentang kepuasan,
3.
Ghost shopping
(pembeli bayangan), dengan mengirimkan orang untuk melakukan pembelian
di perusahaan orang lain maupun di perusahaan sendiri untuk melihat jelas
keunggulan dan kelemahan pelayanannya,
4.
Lost customer
analysis (analisis pelanggan yang beralih), yaitu kontak yang dilakukan kepada
pelanggan yang telah beralih pada
perusahaan lain untuk dilakukan perbaikan kinerja dalam meningkatkan kepuasan.[23]
C.
BauranPemasaran Jasa Pendidikan Mengacu pada 7P
Dalam pemasaran pendidikan, sangat dibutuhkan adanya bauran pemasaran dalam pendidikan.
Bauran pemasaran dalam konteks pendidikan adalah unsur-unsur yang sangat
penting dan dapat dipadukan sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan strategi
pemasaran yang dapat digunakan
untuk memenangkan persaingan. Bauran pemasaran merupakan alat
bagi pemasar yang terdiri atas berbagai
unsur suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implementasi
strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan dapat berjalan sukses.
Bauran pemasaran terdiri dari 7P yaitu product, price, place, promotion, people, physical
evidence, process. Berikut adalah
penjabaran dari tujuh prinsip
bauran tersebut, yaitu:
1.
Product (produk)
Kotler dalam
bukunya mendefinisikan produk sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke
pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan. Produk dengan kata lain adalah
keseluruhan objek atau proses yang memberikan sejumlah nilai kepada konsumen.[24]
Dalam konteks jasa
pendidikan, produk adalah jasa yang ditawarkan kepada pelanggan berupa
reputasi, prospek dan variasi pilihan. Lembaga pendidikan yang
mampu memenangkan persaingan
jasa pendidikan adalah yang dapat menawarkan reputasi, prospek, mutu
pendidikan yang baik, prospek dan peluang yang cerah bagi para siswa untuk
menentukan pilihan-pilihan yang diinginkannya. Sedangkan kompetensi lulusan
adalah yang kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.
2.
Price (harga)
Price (harga) adalah sejumlah
uang yang harus dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan suatu produk. Harga
dalam konteks jasa pendidikan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan jasa pendidikan yang ditawarkan. Elemen harga pendidikan dipertimbangkan
mengenai penetapan harga SPP, investasi bangunan, laboratorium dan lain-lain.[25]
3.
Place (lokasi)
Lokasi berarti
berhubungan dengan dimana perusahaan jasa harus bermarkas dan melakukan aktivitas kegiatannya. Dalam konteks jasa pendidikan madrasah place adalah
lokasi sekolah berada. Lokasi sekolah sedikit banyak menjadi prefensi calon
pelanggan dalam menentukan pilihannya. Lokasi yang strategis, nyaman dan mudah
dijangkau akan menjadi daya tarik tersendiri.[26]
4.
Promotion (promosi)
Promosi adalah
kegiatan mengkomunikasikan penjualan produk dipasaran yang
berhubungan langsung dengan
masyarakat. Promosi bertujuan untuk memberikan informasi dan meyakinkan
konsumen akan manfaat produk yang dihasilkan. Kegiatan promosi yang dapat
dilakukan adalah dengan cara advertising melalui media TV, radio, surat kabar,
buletin, dan lain-lain. Promosi penjualan juga dapat dilakukakan melalui
pameran pendidikan, bazar pendidikan dan investasi, melakukan kontak langsung
dengan siswa dan juga melakukan kegiatan hubungan dengan masyarakat.[27]
5.
People (orang)
People dalam konteks pendidikan adalah orang-orang yang terlibat
dalam proses penyamaian jasa
pendidikan seperti tata usaha, kepala sekolah, guru dan karyawan.
Sumber daya pendidik dan kependidikan ini sangat penting bahkan menjadi ujung
tombak dalam proses pemberian layanan pendidikan kepada para siswa dalam
lembaga madrasah.[28]
6.
Physical
Evendence (bukti fisik)
Physical
evidence
(bukti fisik) adalah lingkungan fisik tempat jasa diciptakan dan
langsung berinteraksi dengan konsumennya.
Terdapat dua macam bukti fisik yakni, pertama merupakan keputusan-keputusan
yang dibuat oleh pemberi jasa mengenai desain dan tata letak gedung seperti
desain kelas, gedung sekolah, perpustakaan, lapangan olahraga dan lain-lain.
Kedua, bukti
pendukung merupakan nilai tambah yang bila berdiri sendiri tidak akan berdiri
sendiri dan memiliki peran yang sangat penting dalam proses jasa seperti
raport, catatan siswa dan lain-lain.[29]
7.
Process (proses)
Proses adalah
prosedur atau mekanisme dalam rangkaian aktivitas untuk menyampaikan jasa dari
produsen ke konsumen. Dalam konteks jasa pendidikan proses adalah proses
pendidikan yang mendukung terselanggaranya proses kegiatan belajar mengajar
guna terbentuknya produk/lulusan yang
diinginkan.[30]
BAB III
HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Objek
Penelitian
1.
Profil Sekolah
Nama Sekolah : SMA Nusantara Plus
NSS :
302286304061
NPSN : 69774778
Status
Akreditasi : A
Nomor
Akreditasi : 74/ BAP –
S/M-SK/XI/2014
Tanggal
Akreditasi : 2 November 2014
Alamat Sekolah : Jl. Tarumanegara Dalam No. 1
Pisangan, Ciputat Timur
Telp. 021_74707222, FAX. 021-74710824
SK
Pendirian Sekolah :
Nomor :
421.3/1728-Dispend/2011
Tanggal : 26 Juli 2011
Kepala
Sekolah : H. Abdul Kholik,
S. Pd. I, MM.Pd
NIP : -
SK
yang mengangkat : Dr. H. Alimudin
Al-Murtala, MM, M.Pd
Nomor
SK : 800/2796-PTK/2012
Tanggal
SK : 15 Oktober 2012
Nama
Yayasan : Yayasan Aldiana
Nusantara
Nama
Ketua Yayasan : Dra. Hj. Rosdiana,
SE, MM
Alamat Sekolah : Jl. Tarumanegara Dalam No. 1
Pisangan, Ciputat Timur
Telp. 021_74707222, FAX. 021-74710824
Ketua
Komite Sekolah : Drs. H. Hudori
Ma’arief, M.Pd
No.SK/Tanggal
SK : 0905/SMA-NP/P/VI/2012
2.
Visi, Misi dan
Tujuan SMA Nusantara Plus
a.
Visi
Mewujudkan
generasi harapan setiap orang tua bangsa dan Negara dalam rangka menyongsong
era globalisasi masa depan yang modern dan religious serta berakhlakul karimah.[31]
b.
Misi
1)
Mengintegrasikan
ilmu pengetahuan dengan ilmu agama yang bermoral religius
2)
Mengedepankan
pendidikan agama dn budi pekerti dalam mewujudkan cita – cita bangsa yang
berakhlak mulia
3)
Mendidik
individu yang jujur berwawasan tinggi dan dapat dipertanggung jawabkan dan
mampu mandiri[32]
4)
Setiap alumni
dibekali sikap mental dan berkhlak yang mulia dan mampu bersaing dalam
perguruan tinggi
c.
Tujuan
Pengurus
Yayasan Aldiana Nusantara Sekolah Menengah Atas (SMA) Nusantara Plus dengan
tujuan sebagai berikut :
1)
Turut bersama
pemerintah dalam memajukan pendidikan nasional dengan membuka Sekolah Menengah
Atas (SMA) Nusantara Plus
2)
Untuk
meningkatkan kwalitas dan ilmu pengetahuan serta daya kreatifitas siswa
sehingga mereka memiliki kemampuan sebagai bekal dalam memasuki perguruan
tinggi setelah tamat nanti
3)
Memberikan
contoh yang baik dan arahan kepada siswa ksususnya dan anggota masyarakat pada
umumnya
4)
Membentuk
pribadi yng mandiri, bertanggung jawab dan bertaqwa[33]
d.
Sarana dan Prasarana
1)
Gedung milik
sendiri[34]
2)
Dokter sekolah
(Klinik Sekolahku)
3)
Masjid dan
ruang serbaguna
4)
Laboratorium
a)
Lab IPA
b)
Lab. Komputer
c)
Lab. Bahasa
5)
Perpustakaan
6)
Free Wifi
7)
Lapangan Olah
Raga (Hall)
a)
Futsal
b)
Basket
c)
Badminton
8)
Kantin
9)
Lahan Parkir
10)
Studio Musik
11)
Ruang Bimbingan
Konseling
B.
Pembahasan dan
Analisis
1.
Pemahaman
Manajemen Pemasaran Jasa Pendidikan
Ibu
Lulu Febriyani, SE. MM selaku wakasek bidang kurikulum berkata bahwa setiap
tahun selalu ada proses memasarkan yaitu memberikan informasi kepada masyarakat
tentang pendidikan yang akan kita berikan kepada calon pelanggan,karena ini
adalah pemasaran dalam konteks pendidikan maka tujuanya bukan untuk mencari
laba yang besar tetapi lebih kepada menginformasikan khalayak sasaran.[35]
2.
Strategi
Pemasaran Jasa Pendidikan di SMA NUSANTARA PLUS
SMA NUSANTARA PLUS termasuk sekolah
yang memiliki siswa terbanyak peringkat kedua seindonesia ucap ibu Lulu
Febiyani, SE. MM wakasek bidang kurikulum yang kami wawancara, maka terkait
dengan analisis pemasaran dari segi lingkungan, pelanggan, sekolah lebih
melihat pada kebutuhan masyarakat
sehingga bisa mengambil kebijakan tanpa membebabankan pelanggan baik dalam hal
biaya dsb.[36]
Jika dalam analisis pesaing, dilihat dari kacamata ekonomi semua adalah
pesaing, dalam pendidikan pun juga bersaing dengan sekolah-sekolah lain namun setiap
sekolah mempunyai target yang berbeda tergantung visi dan misi yang
mereka tetapkan karena tidak semua
sekolah berorientasi pada kuantitas tapi kualitas. Sehingga menjadi streng dan
opportunity bagi sekolah yang lebih mementingkan kuantitas dan diiringi dengan
kualitas.
3.
Pihak-pihak
yang terlibat dalam pemasaran jasa pendidikan
Biasanya sekolah melakukan perencanaan
rapat untuk target pemasaran sekolah setiap akan menghadapi tahun ajaran
baru yaitu penerimaan siswa, yang terlibat dalam perencanaan ini yaitu Yayasan,
kepala sekolah, dan pembina sedangkan pihak yang terlibat dalam kegiatan
pemasaran yaitu semua yang mempunyai peran masing-masing terkait pemasaran
sekolah, baik guru, karyawan, pimpinan.
a. Pimpinan
Memberi pelayanan dalam ranah kepemimpinan yang baik dan
menentukan kebijakan-kebijakan.
b. Guru
Memberikan pelayanan dengan memberikan kesan mengajar
yang baik dan memuaskan bahkan terkadang guru memberikan waktu luang untuk
murid yang kurang dalam memahami pelajaran untuk dibina secara personil diluar
jam pelajaran secara face to face
c. Karyawan / tenaga pendidik
Mengerjakan tugas dengan profesional dan melayani dengan
baik sehingga tercipta kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan. Dengan kesan dan
kepuasan yang baik itulah pelanggan akan mempengaruhi saudara, tetangga, bahkan
masyarakat luas untuk memilih sekolah tersebut.[37]
4.
Program-program
sekolah dalam implementasi pemasaran jasa pendidikan
Sekolah
sebagai salah satu lembaga pendidikan yang diberikan tugas untuk mewujdkan
tujuan pendidikan nasional harus menjalankan perannya dengan baik. Dalam
menjalankan peran sebagai lembaga pendidikan ini, sekolah harus dikelola dengan
baik agar dapat mewujudkan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dengan
optimal. Oleh sebab itu sekolah dalam memberikan tanggung jawab serta
pengimplementasian pemasaran jasa pendidikan perlu mengucapayakn program-
program yang sesuai dengan tujuan sekolah.
Program
merupakan implementasi dari visi, misi dan tujuan. Program yang dimaksudkan
dalam point ini adalah program- program untuk pemasaran jasa pendidikan sekolah.
Tidak jauh berbeda dengan sekolah- sekolah pada umumnya, SMA Nusantara Plus
sebagaimana yang diungkapkan oleh Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum,
menjelaskan bahwa untuk memasarkan sekolahnya, sekolah memiliki program-
program yang mengarah dan bertujuan pada pemasaran jasa pendidikan.
Perumusan
program kerja sekolah tersebut tentunya berdasarkan atas perumusan visi, misi,
tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan yang telah ditetapkan.[38]
Program- program tersebut diantara lain adalah sebagai berikut:
a.
Perlombaan
Olahraga tingkat SMP se Tangsel
Program ini
merupakan kegiatan sekolah mengundang sekolah- sekolah tingkat SMP dan
sederajat untuk melaksanakan perlombaan olahraga dan ajang silaturahim se- Kota
Tanggerang Selatan. Muatan lain dari kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan
lingkungan dan budaya sekolah kepada siswa- siswa SMP agar berminat melanjutnya
sekolah ke SMA Nusantara Plus.
b.
Sosialisasi
PPDB
Program ini
dinamakan Sosialisasi Penerimaan Peserta Didik Baru yang dilakukan oleh tim
sekolah yang terdiri atas Karyawan, Guru dan Siswa yang disebar ke sekolah- sekolah
SMP se derajat yang tidak jauh dari lingkungan SMA Nusantara Plus.
c.
Penerimaan ber
gelombang
Maksud dari
program ini, sekolah sudah jauh- jauh hari menerima pendaftaran dengan
mekanisme gelombang I, II dan III dengan tujuan menyaring siswa yang betul-
betul berprestasi kemudian memberikan reward bagi pendaftar pertama, sehingga
peserta didik antusias dan tertarik
untuk daftar ke SMA Nusantara Plus.
d.
Bazar
Bazar merupakan
salah satu program social yang diantara tujuannya untuk menarik simpati
masyarakat agar mau menyekolahkan putra putrinya ke sekolah Nusantara. Program
bazar ini terdiri dari berbagai macam kebutuhan sehari- hari sampai makanan dan
jajanan khas Nusantara.
e.
Mengikuti
berbagai macam perlombaan
SMA Nusantara
Plus dalam memasarkan sekolahnya, juga menjadikan prestasi yang dimiliki
sebagai bentuk nilai jual sekolah tersebut, sehingga sekolah SMA Nusantara Plus
dalam berbagai macam perlombaan selalu mengirimkan delegasi dengan harapan bisa
menjadi juara dan dapat diinformasikan ke masyarakat umum.
5.
Prinsip-prinsip
dalam penentuan merek jasa pendidikan
Merek
yang baik sangat diperlukan bagi pemasaran. Untuk membentuk merek yang kuat
sekolah harus menentukan beberapa acuan sehingga mereka bisa memilih merek yang
benar-benar bisa bersaing di pasaran nantinya. Menentukan prinsip- prinsip
merek merupakan suatu upaya dari sekolah untuk membangun merek yang baik agar
sekolah tersebut mampu bersaing di pasaran.
SMA Nusantara
Plus sebagaimana disampaikan oleh Kepala Sekolah H. Abdul Kholil M, Pd
menjelaskan bahwa sekolah SMA Nusantara Plus menggabungkan 2 segmen, yaitu
segmen kebangsaan dan segmen keagamaan. Nama Nusantara sendiri menggambarkan
bahwa sekolah ini merupakan sekolah yang menjunjung nilai- nilai ke-
Indonesiaan yang perlu dijaga dan diterapkan dalam pendidikan, sementara
Plusnya sendiri bermakna bahwa sekolah SMA Nusantara Plus ini menambahkan kegiatan dan program-
programnya dalam bentuk keagamaan sehingga diharapkan setiap lulusannya
memiliki budi pekerti yang baik dan berwawasan secara islami.[39]
Sumber: smanusantaraplus.sch
Ada yang menarik ketika kami menanyakan makna dari logo SMA
Nusantara Plus, Bapak Kepala Sekolah tidak dapat menjelaskan secara pasti
maksud dari logo tersebut, beliau menyampaikan bahwa logo tersebut merupakan
hasil karya pendiri yayasan tersebut dan tidak ada penjelasan secara pasti yang
beliau dengar terkait logo tersebut.
6.
Penetapan harga
jasa pendidikan
a.
Prinsip-prinsip
yang dilakukan dalam menetapkan harga jasa pendidikan
Sumber dana yang
didapatkan oleh pihak SMA Nusantara Plus merupakan bersumber dari SPP
(Sumbangan Pembiayaan Pendidikan), Pembelajaran Quiper, dana BOS (Biaya
Operasional Sekolah), dan dana dari Yayasan (Sentral). Dan untuk ketetapan
biaya SPP ini dirumuskan oleh pihak Yayasan dan Kepala Sekolah. Untuk biaya SPP
SMA Nusantara Plus Rp 270.000/bulan. Di
SMA Nusantara Plus ini juga belum memiliki sebuah stimulus untuk wali murid
dengan katagori ekonomi tinggi, seperti belum adanya pengkatagorian penghasilan
orangtua. Semua biaya dipukul rata, baik itu wali murid dengan ekonomi tinggi,
menengah, ataupun rendah. [40]
a.
Kebijakan–kebijakan dalam pembiayaan jasa
pendidikan
Kebijakan dalam pembiayaan jasa
pendidikan dengan uang pangkal sebesar Rp 5.000.000 diawal masuk sekolah dan SPP sebesar
Rp270.0000/bulan ini, terkadang masih banyak siswa yang menunggak biaya SPP.
Adpun kebijakan–kebijakan yang diberikan oleh Sekolah untuk siswa yang
menunggak, yaitu:
1)
Memberikan dispensasi waktu pembayaran
bagi siswa
2)
Memberikan dispensasi ujian tahap kedua
bagi siswa yang menunggak, karena bagi siswa yang belum membayar SPP tidak
boleh mengikuti ujian, baik Ujian Tengan Semester ataupun Ujian Akhir Sekolah. [41]
7.
Strategi
promosi dan periklanan jasa pendidikan
Persaingan di
dunia pendidikan tidak dapat terelakkan lagi, banyak lembaga pendidikan yang
ditinggalkan oleh pelanggannya sehingga dalam beberapa tahun ini banyak terjadi
merger dari beberapa lembaga pendidikan. Kemampuan administrator untuk memahami
pemasaran pendidikan menjadi prasyarat dalam mempertahankan dan meningkatkan
pertumbuhan lembaganya. Dan promosi adalah suatu komunikasi dari penyedia
jasa dan pelanggan yang berasal dari informasi yang tepat yang bertujuan untuk
merubah sikap dan tingkah laku pelanggan, yang tadinya tidak mengenal menjadi
mengenal sehingga menjadi pembeli dan tetap mengingat produk tersebut. Kemudian
periklanan yang dimaksud disini adalah sebuat penyebaran informasi menggunakan
media dengan tujuan agar pelanggan dapat mengetahui dan tertarik terhadap
informasi yang disampaikan pada media tersebut.[42]
Agar Promosi
dan Periklanan jasa pendidikan dapat maksimal dan efektif efesien, maka
diperlukan strategi terkait hal ini. SMA Nusantara Plus sebagai lembaga
pendidikan dalam promosi dan periklanannya menggunakan berbagai macam jenis
promosi dan periklanan sebagai salah satu strategi mendapatkan pelanggan.
Strategi promosi dan periklanan yang di lakukan SMA Nusantara Plus sebagai
berikut:
a.
Penyebaran
Brosur
Penggunaan
brosur untuk mensosialisasikan profil sekolah selalu digunakan diskeolah-
sekolah pada umumnya, tak ketinggalan SMA Nusantara Plus pun menggunakan.
b.
Pengiklanan di
Media Sosial
Dizaman
sekarang, peran media social juga sangat mempengaruhi dan membantu sekolah
dalam mengiklankan sekolahnya, facebook dan Instagram merupakan salah satu
media social yang digunakan oleh SMA Nusantara Plus dalam mempromosikan dan
mengiklankan sekolahnya
c.
Kegiatan Pensi
dan mengundang artis nasional
Satu
kali dalam setahun SMA Nusantara Plus mengadakan pensi dan mengundang artis
nasional untuk menarik masa sebanyak banyaknya guna menyampakan promosi pula
d.
Memgekpos
kegiatan sekolah ke Media Cetak
Promosi
dan Pengiklanan yang dibangun disekolah ini, selain sifatnya langsung mengarah
pada promosi dan pengiklanan, SMA Nusantara Plus pun menggunakan pendekatan
tidak langsung salah satunya menyampaikan berita positif sekolahnya melalui
media cetak (Koran dan Majalah).
8.
SDM jasa pendidikan
a.
Tenaga pendidik dan kependidikan
1)
Sistem perekrutan
Sistem
perekrutan tenaga pendidikan dan kependidikan yang terdapat di SMA Nusantara
ini sebenernya tidak diadakan pada tanggal-tanggal tertentu, dan bisa dilakukan
terbuka kapan saja. Karena di SMA Nusantara Plus membuka lowongan mengajar
kapan saja. Apabila sekolah tersebut belum membutuhkan tenaga pendidik baru,
maka data si pelamar akan tetap disimpan dan apabila sekolah tersebut
membutuhkannya maka data tersebut akan dicari dan si pelamar akan dipertimbangkan
surat lamarannya berdasarkan kualifikasi ataupun persyaratan yang sudah menjadi
standar di SMA Nusantara Plus.
Calon
pelamar tenaga pendidik harus memiliki kualifikasi minimal berpendidikan
terakhir Strata-1 dan sesuai dengan study yang diampu Dan untuk karyawan minimal berpendidikan
terakhir SMA.[43]
2)
Pembinaan Tenaga Pendidik dan
Kependidikan
Dalam
membina tenaga pendidik dan pendidikan sekolah akan mendorong guru untuk
mengikuti sebuah pelatihan dan seminar yang dimana kegiatan tersebut untuk
meningkatkan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan di SMA Nusantara Plus
b.
Siswa
1)
Sistem Perekrutan
Sistem
perekrutan terhadap siswa dilakukan dengan melakukan pembukaan pendaftaran pada
tahun ajaran baru, pendaftaran dilakukan dalam beberapa gelombang. Setelah
melakukan pendaftaran, siswa akan melakukan tes dimana tes yang akan diujikan
adalah tes akademik, tes membaca Al-Qur’an dan tes psikotes yang nantinya tes
tersebut akan dijadikan sebagai penilaian apakah siswa tersebut masuk kedalam
jurusan MIPA atau jurusan SOSIAL.[44]
2)
Pembinaan siswa
Di
SMA Nusantara Plus merupakan sekolah swasta yang memiliki nilai plus yaitu
mengutamakan Iman dan Taqwa. Pembinaan iman dan taqwa yang dilakukan adalah
dengan mengajarkan siswa berupa mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI),
Fiqih dan Bahasa Arab yang dimasukkan dalam Muatan Lokal. Dari mata pelajaran
tersebut akan memberikan pembinaan kepada siswa secara tidak langsung namun
siswa akan merasakan hasil dari pembelajaran tersebut.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Jika dilihat dari hasil observasi uang
didapatkan, terdapat beberapa poin yang dapat disimpulkan dari kegiatan
pemasaran yang dilakukan di SMA Nusantara Plus bahwa strategi pemasaran yang
ditekankan adalah dengan melakukan sebuah sistem pengajaran yang memang secara
langsung dirasakan oleh siswa. Dari pengalaman siswa tersebut secara tidak
langung merupakan sebuah ajang promosi untuk mempromosikan SMA Nusantara Plus.
Promosi yang sering dilakukan adalah dengan Mouth
to Mouth (Mulut ke Mulut), hal ini diketahui dari setiap siswa yang
diwawancara pada saat pendaftaran.
B.
Saran
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian
dan kesimpulan diatas, dapat diberikan saran-saran untuk meningkatkan kualitas
pemasaran di SMA Nusantara Plus, agar SMA Nusantara Plus memiliki citra yang
baik dimata masyarakat, sehingga masyarakat berminat untuk mendaftarkan anaknya
untuk mendaftar di SMA Nusantara Plus, yaitu:
1.
Berdasarkan kesimpulan diatas, bahwa
salah satu startegi yang dilakukan SMA Nusantara Plus untuk melakukan promosi
adalah dengan menggunakan sistem pengajaran yang diberikan kepada siswa, namun
menurut siswa system pengajaran yang diberikan oleh guru belum sepenuhnya baik
karena terkadang masih ada guru yang tidak masuk dalam pelajaran. Kalau masih
menekankan strategi ini sebaiknya harus lebih diperhatikan pada guru-guru yang
memberikan pembelajaran kepada siswa. Sehingga siswa akan dengan mudah untuk
mempromosikan melalui output nantinya.
2.
Promosi mouth to mouth memang merupakan cara yang dapat dikatakan cukup
efektif, namun selain menggunakan cara promosi ini perlu adanya cara promosi
lain untuk menguatkan atau menunjang mouth
to mouth ini, karena tidak selama cara ini akan berjalan dengan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Jamal Ma’mur Asmani.
2015. Manajemen Efektif Marketing Sekolah Pertama. Yogyakarta: DIVA Press
Wijaya David. 2008. Pemasaran Jasa Pendidikan sebagai Upaya untuk meningkatkan Daya Saing
Sekolah : Jurnal Pendidikan Penabur. Jakarta : BPK Penabur
Wijaya David. 2012. Pemasaran Jasa Pendidikan. Jakarta: Salemba Empat
[1] Alma, B. Pemasaran
Stratejik Jasa Pendidikan. (Bandung: Alfabeta.2003) Hal.49
[2] Alma, B., dan Hurriyati, R. Manajemen Corporate & Strategi Pemasaran
Jasa Pendidikan. (Bandung: Alfabeta.2009) Hal.30
[3] Wijaya,
D. 2012. Pemasaran
Jasa Pendidikan (Mengapa
sekolah memerlukan marketing). Jakarta: Salemba Empat.
[4] Thamrin Abdullah dan Francis Tantri, Manajemen
Pemasaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 14
[5] Michael
J. Baker, etc, Marketing Theory and Practice, (London: Macmillan
Education Ltd, 1987), hlm. 4
[6] Muhaimin, dkk, Manajemen Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2010), hlm. 97
[7] Daryanto, Sari Kuliah Manajemen Pemasaran,
(Bandung: Satu Nusa, 2011), hlm. 83- 84.
[8] Ibid, hlm. 83- 84.
[9] Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen
Pemasaran Jilid 2,Terj. Bob Sabran, (Jakarta: Erlangga, 2009), hlm.
36
[10] Ibid, hlm. 39
[11] Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 1
[12] Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan,
(Bandung: Pustaka Setia, 2015), hlm. 263
[13] Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Op Cit,
hlm. 537
[14] Muhaimin, dkk, Op Cit, hlm 98
[15] Ara
Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan Konsep, Prinsip dan
Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, (Bandung: Pustaka Educa,
2010), hlm. 263- 264.
[16] Buchari Alma, dan Ratih Hurriyati, Manajemen
Corporate dan Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Fokus pada Mutu dan Layanan
Prima, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 31
[17] Muhaimin, dkk, Op Cit, hlm 101
[18] Ara Hidayat dan Imam Machali, Op Cit, hlm. 263-
264
[19] Nanang Fattah,
Manajemen Stratejik Berbasis Nilai, Jakarta, 2016, hlm 5
[20] Afidatun
Khasanah “Pemasaran jasa pendidikan sebagai strategi peningkatan mutu di sd
alam baturraden” Jurnal pendidikan vol 8 no 2, 2015, hlm. 176
[21]Imam Machali dan Ara Hidayat. The Handbook of Education
Management. (Yogyakarta: Magister Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga, 2015) hlm. 414-120
[22] Wijaya, David. Pemasaran Jasa Pendidikan. (Jakarta: Salemba Empat, 2012) hlm. 2
[23] Ibid. hlm 15
[24] Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Op Cit,
hlm. 448
[25] Imam
dan Ara Hidayat. The Handbook of Education Management. (Yogyakarta: Magister
Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga 2015) hlm. 408
[26] Ibid,
hlm. 408
[27] Ibid, hlm. 409
[28] Ibid, hlm. 410
[29] Ibid, hlm. 411
[30] Ibid, hlm. 412
[31] Sumber Data
Tata Usaha SMA NUSANTARA PLUS, tanggal 9 Mei 2018 pukul 11.00 WIB
[32] Sumber Data
Tata Usaha SMA NUSANTARA PLUS, tanggal 9 Mei 2018 pukul 11.01 WIB
[33] Sumber Data
Tata Usaha SMA NUSANTARA PLUS, tanggal 9 Mei 2018 pukul 11.02 WIB
[34] Brosur SMA
NUSANTARA PLUS, tanggal 12 Mei 2018 pukul 16.00 WIB
[35] Wawancara dengan Ibu Lulu Febriany, SE. MM,
selaku Wakasek Bidang Kurikulum SMA Nusantara Plus pada hari Rabu, 9 Mei 2018
pukul 10.26 WIB
[36] Wawancara dengan Ibu Lulu Febriany, SE. MM,
selaku Wakasek Bidang Kurikulum SMA Nusantara Plus pada hari Rabu, 9 Mei 2018
pukul 10.27 WIB
[37] Wawancara dengan Ibu Lulu Febriany, SE. MM,
selaku Wakasek Bidang Kurikulum SMA Nusantara Plus pada hari Rabu, 9 Mei 2018
pukul 10.28 WIB
[38] Wawancara dengan Ibu Lulu Febriany, SE. MM,
selaku Wakasek Bidang Kurikulum SMA Nusantara Plus pada hari Rabu, 9 Mei 2018
pukul 10.29 WIB
[39] Wawancara dengan Ibu Lulu Febriany, SE. MM,
selaku Wakasek Bidang Kurikulum SMA Nusantara Plus pada hari Rabu, 9 Mei 2018
pukul 10.30 WIB
[40] Wawancara dengan Ibu Lulu Febriany, SE. MM,
selaku Wakasek Bidang Kurikulum SMA Nusantara Plus pada hari Rabu, 9 Mei 2018
pukul 10.31 WIB
[41] Wawancara dengan Ibu Lulu Febriany, SE. MM,
ibid, pukul 10.32 WIB
[42] Wawancara dengan Ibu Lulu Febriany, SE. MM, ibid, pukul 10.33 WIB
[43] Wawancara dengan Ibu Lulu Febriany, SE. MM,
ibid, pukul 10.37 WIB
[44] Wawancara dengan Ibu Lulu Febriany, SE. MM,
ibid, pukul 10.40 WIB