Monday, June 8, 2020

KONSEP, TUJUAN DAN STRATEGI KOMPONEN KURIKULUM DALAM PERSPEKTIF MANAJEMAN KURIKULUM

KONSEP, TUJUAN DAN STRATEGI KOMPONEN KURIKULUM DALAM PERSPEKTIF MANAJEMAN KURIKULUM
 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum sebagaimana sentra kegiatan pendidikan, maka didalam penyusunannya memerlukan landasan atau fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian secara mendalam dan pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat diidentifikasi dengan cara mengkaji buku kurikulum lembaga pendidikan itu. Dari buku kurikulum tersebut kita dapat mengetahui fungsi suatu komponen kurikulum terhadap komponen-komponen kurikulum yang lain.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Menjelaskan konsep tujuan sebagai komponen pertama kurikulum.

2.      Menjelaskan konsep materi/isi pelajaran sebagai komponen kedua kurikulum.

3.      Menjelaskan konsep strategi pembelajaran sebagai komponen ketiga kurikulum.

4.      Menjelaskan konsep penilaian/evaluasi pembelajaran sebagai komponen keempat kurikulum.

C.    Tujuan Penulisan

1.      Mengetahui konsep tujuan sebagai komponen pertama kuikulum.

2.      Mengetahui konsep materi/isi pelajaran sebagai komponen kedua kurikulum.

3.      Mengetahui konsep strategi pembelajaran sebagai komponen ketiga kurikulum.

4.      Mengetahui konsep penilaian/evaluasi sebagai komponen keempat.

D.    Sistematika Penulisan

1.      Pendahuluan yaitu, terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.

2.      Pembahasan yaitu, menjelaskan tentang hierarki kebutuhan dan macam-macam teori dalam organisasi.

3.      Penutup yaitu, terdiri dari kesimpulan dan saran.

4.      Daftar pustaka.

 

BAB II

PEMBAHASAN

Komponen-KomponenKurikulum

                   Kurikulum adalah sebuah sistem. Sebagai sebuah sistem, kurikulum pasti mempunyai komponen-komponen atau bagian-bagian yang paling mendukung dan membentuk satu kesatuan yang tak terpisahkan. Komponen-komponen dalam sebuah sistem bersifat harmonis, tidak saling bertentangan. Kurikulum sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan mempunyai komponen-komponen pokok : (1) tujuan, (2) materi/isi, (3) strategi dan (4) evaluasi/penilaian.[1]

A.    Konsep Tujuan Sebagai Komponen Kurikulum

Tujuan kurikulum merupakan sasaran yang hendak dicapai oleh suatu kurikulum. Karena itu tujuan dirumuskan sedemikian rupa dengan mempertimbangkan berbagai faktor, seperti :

1.      Tujuan pendidikan nasional, karena tujuan ini menjadi landasan bagi setiap lembaga pendidikan.

2.      Kesesuaian antara tujuan kurikulum dan tujuan lembaga pendidikan yang bersangkutan.

3.      Kesesuaian tujuan kurikulum dengan kebutuhan masyarakat atau lapangan kerja, untuk mana tenaga-tenaga akan dipersiapkan.

4.      Kesesuaian tujuan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini.

5.      Kesesuaian tujuan kurikulum dengan sistem nilai dan aspirasi yang berlaku dalam masyarakat.[2]

Secara hierarkis kita mengenal tingkatan tujuan pendidikan, yaitu : tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan yang lebih khusus.

Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan pendidikan yang tertinggi dalam kegiatan dinegara kita. Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Tujuan institusional, yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah atau satuan pendidikan tertentu atau kemampuan yang diharapkan dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan program studinya di lembaga pendidikan yang ditempuh.

Tujuan pendidikan institusional tersebut kemudian dijabarkan lagi ke dalam tujuan kurikuler, yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap mata pelajaran yang dikembangkan di setiap sekolah atau satuan pendidikan.[3]

Perumusan tujuan kurikulum sangat terkait erat dengan filsafat yang melandasinya. Jika kurikulum yang dikembangkan menggunakan dasar filsafat  klasik (perenialisme, esensialisme, eksistensialisme) sebagai pijakan utamanya, maka tujuan kurikulum lebih banyak diarah kan pada pencapaian penguasaan materi dan cenderung menekankan pada upaya pengembangan aspek intelektual atau aspek kognitif. Apabila kurikulum yang dikembangkan menggunakan filsafat progresivisme sebagai pijakan utamanya, maka tujuan pendidikan lebih diarahkan pada proses pengembangan dan aktualisasi diri peserta didik dan lebih berorientasi pada upaya pengembangan aspek afektif. Pengembangan kurikulum dengan menggunakan filsafat rekonstruktivisme sebagai dasar utamanya, maka tujuan pendidikan banyak diarahkan pada upaya pemecahan masalah sosial yang krusial dan kemampuan bekerja sama. Sementara kurikulum dikembangkan dengan menggunakan dasar filosofi teknologi pendidikan dan teori pendidikan teknologis, maka tujuan pendidikan lebih diarahkan pada pencapaian kompetensi.

Dalam implementasinya bahwa untuk mengembangkan pendidikan dengan tantangan yang sangat kompleks boleh dikatakan hampir tidak mungkin untuk merumuskan tujuan-tujuan kurikulum dengan hanya berpegang pada satu filsafat, teori pendidikan atau model kurikulum tertentu secara konsisten dan konsekuen. Oleh karena itu, untuk mengakomodasi tantangan dan kebutuhan pendidikan yang sangat kompleks sering digunakan model eklektik, dengan mengambil hal-hal yang terbaik dan memungkinkan dari seluruh aliran filsafat yang ada sehingga dalam menentukan tujuan pendidikan lebih diusahakan secara berimbang.[4]

B.     Konsep Materi/Isi Sebagai Komponen Kurikulum

Materi atau isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat dan teori pendidikan yang dikembangkan.

Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa pengembangan kurikulum yang didasari filsafat klasik (perenialisme, esensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi pembelajaran menjadi hal yang utama. Dalam hal ini, materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis, dalam entuk sebagai berikut :


1.      Teori,  

2.      Konsep,

3.      Generalisasi, kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.

4.      Prinsip, yaitu ide utama, yang ada dalam materi yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.

5.      Prosedur, yaitu seri langkah-langkah yang berurutan  dalam materi pelajaran yang harus dilakukan peserta didik.

6.      Fakta, sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.

7.      Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam materi.

8.      Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memprjelas suatu uraian atau pendapat.

9.      Definisi, yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata dalam garis besarnya.

10.  Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.

Materi filsafat yang didasarkan padafilsafat progresivisme lebih memperhatikan tentang kebutuhan, minat, dan kehidupan peserta didik. Oleh karena itu materi pembelajaran harus diambildari dunia peserta didik dan oleh peserta didik itu sendiri. Meteri pembelajaran yang didasarkan pada filsafat konstruktivisme, materi pembelajaran dikemas sedemikian rupa dalam bentuk tema-tema dan topik-topik yang diangkat dari masalah-masalah sosial yang krusial, misalnya tentang ekonomi, sosial bahkan tentang alam. Materi pembelajaran yang berlandaskan pada teknologi pendidikan banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa dan diambil hal-hal yang esensialnya saja unutk mendukung penguasaan suatu kompetensi.

Dengan melihat pemaparan diatas, tampak bahwa dilihat dari filsafat yang melandasi pengembangan kurikulum terdapat perbedaan dalam menentukan materi pembelajaran. Namun, dalam implementasinya sangat sulit untuk menentukan materi pembelajaran yang beranjak hanya dari satu filsafat tertentu, maka dalam praktiknya cenderung digunakan secara eklektik dan fleksibel.[5]

C.    Konsep Strategi Pembelajaran Sebagai Komponen Kurikulum

Pembelajaran adalah suatu proses terjadinya interaksi antara peserta didik dan pengajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang berlangsung dalam suatu lokasi tertentu dan dalam jangka waktu tertentu pula.

Strategi pembelajaran adalah pola umum untuk mewujudkan proses belajar mengajar. Secara operasional, strategi pembelajaran merupakan prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran ini merupakan bagian salah satu dari komponen kurikulum yang ketiga, dalam kurikulum strategi pembelajaran disebut juga strategi pelaksanaan kurikulum.

Ada beberapa unsur dalam strategipelaksanaan kurikulum (pembelajaran), salah satunya yang paling utama adalah proses pembelajaran.

Dalam implementasi kurikulum disekolah ada dua kelompok strategi pembelajaran, yaitu:

1.      Strategi pembelajaran yang berpusat pada guru

Strategi ini memiliki karakteristik diantaranya sebagai berikut

a.       Guru lebih menekankan pada pengusaan materi.

b.      Fungsi guru sebagai pemberi informasi utama.

c.       Guru menekankan pada tuntasnya materi pembelajaran dan bagaimana cara melakukan pembelajaran.[6]

Ada beberapa metode atau aturan yang dapat membuat strategi pembelajaran ini menjadi sangat terencana, antara lain sebagai berikut:[7]

a.    Kegiatan pembelajaran pendahuluan

Dengan pendahuluan, interaksi Antara guru dan peserta didik mulai di laksanakan agar tercipta rasa kekeluargaan dalam pembelajaran, karena guru adalah orangtua kedua bagi peserta didik. Selanjutnya guru bisa memberikan informasi pembelajaran yang akan disampaikan.

b.   Penyampaian informasi

Penyampaian informasi dianggap penting, karena tanpa adanya kegiatan pendahuluan yang menarik, maka penyampaian informasi menjadi tidak berarti.

c.    Partisipasi peserta didik

Bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan secara langsung.

d.   Tes

Serangkaian tes dilakukan agar guru mengetahui peserta didik apakah selama ini konsep pembelajarannya diterima atau tidak atau semakin membuat peserta didik menjadi bingung.

2.      Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

Di dalam proses pembelajaran ini, guru masih memiliki peranan penting antara lain sebagai berikut:

a.    Guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran.

b.   Guru mengkaji kompetensi mata pelajaran yang perlu dikuasai peserta didik diakhir pelajaran.

c.    Guru membantu peserta didik mengakses informasi, menata dan memprosesnya untuk dimanfaatkan dalam memecahkan permasalahan.

d.   Guru menentukan dan mengidentifikasi pola penilaianhasil belajar peserta didik yang relevan dengan kompetensinya.

 

Sementara itu, peserta didik juga harus melakukan peranan dalam strategi pembelajaran ini, antara lain sebagai berikut:

a.    Mengkaji pelajaran yang dipaparkan oleh guru.

b.   Mengkaji strategi pembelajaran yang ditawarkan oleh guru.

c.    Membuat rencana pembelajaran .

d.   Belajar secara aktif, baik individu maupun kelompok.

e.    Mengoptimalkan kemampuan diri.

 

Ada beberapa metode pembelajaran untuk strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, antara lain sebagai berikut:[8]

a.    Diskusi, yang merupakan salah satu elemen belajar secara aktif.

b.   Simulasi/demonstrasi.

c.    Discovery Learning, yang merupakan metode belajar dengan memanfaatkan informasi yang tersedia.

d.   Self Directed Learning, yang merupakan proses belajar yang dilakukan atas inisiatif peserta didik itu sendiri.

e.    Cooperative Learning, yang merupakan metode belajar berkelompok yang dirancang oleh guru untuk memecahkan suatu masalah atau kasus.

f.    Collaborative Learning, yang merupakan metode belajar yang menitikberatkan pada kerjasama antarpeserta didik.

g.   Contextual Instruction, yang merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan pelajaran dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari.

h.   Project Based Learning, merupakan metode belajar yang sistematis, melibatkan peserta didik dalam belajar pengetahuan dan keterampilan melalui proses pencarian dan penggalian.

i.     Problem Based Learning/Inquiry, merupakan belajar dengan memanfaatkan masalah dan peserta didik harus melakukan pencarian/penggalian informasi untuk dapat memecahkan masalah tersebut.

D.    Konsep Evaluasi Sebagai Komponen Kurikulum

Evaluasi adalah proses yang sistematis (pengumpulan, analisis, dan interprestasi informasi (data) untuk menentukan keberhasilan pelaksanaan kurikulum. Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas, efisiensi, relevansi dan produktivitas program dalam mencapai tujuan pendidikan.

Tujuan evaluasi menurut Tyler (1949) adalah untuk menentukan tingkat perubahan yang terjadi. Apakah perubahan yang terjadi pada diri peserta didik merupakan sesuatu yang signifikan. Untuk menentukan tingkat terjadinya perubahan tentu saja terjadi perbandingan. Perbandingan perubhan yang paling penting dalam hal ini adalah antara perbandingan antara kemampuan awal yang dimiliki eserta didik sebelum mengikuti suatu proses pendidikan dengan kemampuan sesudah peserta didik mengikuti roses pendidikan tersebut. Oleh karena itu, bagi seorang evaluator, pengetahuan tentang kemampuan awal peserta didik adalah Sesutu yang penting.[9]

Evaluasi kurikulum dimaksudkan sebagai feedback terhadap tujuan, materi, metode dan sarana, dalam rangka mengembangkan dari sudut sistem. Kurikulum sebagai sistem diidentifikasi :

a.    Masukan (input) program

b.   Proses pelaksanaan program

c.    Hasil/output/outcome program

d.   Dampak dari program

            Ringkasnya evaluasi kurikulum bertujuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pendidikan dan strategi bagaimana program itu dilaksanakan.[10]

DAFTAR PUSTAKA

 

Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, Jakarta: PT Prestasi

            Pustakaraya, 2011

Mudlofir, Ali,Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Bahan

            Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam,Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, 2011

Oemar,Malik,Manajemen pengembangan kurikulum,Bandung: PT Remaja

Rosdakarya,2010

Sukiman, Pengembangan kurikulum Perguruan Tinggi,Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya,

            2015

 



[1] Sukiman,pengembangan kurikulum perguruan tinggi,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2015)h.8

[2] Oemar,Malik,Manajemen pengembangan kurikulum,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2010)h.122

[3] Opcit, h.9

[4] Sukiman,pengembangan kurikulum perguruan tinggi,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2015) h.11

[5] Ibid, h.13

[6] Sukiman, Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h.16

[7] Iif Khoiru Ahmadi, dkk, Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2011), h.51-53

[8] Op.Cit, h.18

[9] Sukiman, Pengembangan kurikulum Perguruan Tinggi (bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2015) h.22

[10] Mudlofir, Ali Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, 2011) h. 12