Monday, June 1, 2020

MANAJEMEN MUTU DAN PRODUKTIVITAS KERJA

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Keberadaan SDM merupakan hal terpenting dalam proses pengendalian mutu, sebab tenaga kerja sebagai pelaku utama dalam melakukan pengawasan. Semakin baik kualitas tenaga kerja semakin baik pula proses pengendalian mutu yang dilakukan. Jadi tenaga kerja sebagai pelaku utama tidak boleh dikesampingkan juga keberadaannya, dengan kata lain proses peningkatan SDM harus selalu ditingkatkan baik melalui pelatihan, dan pengembangan kemampuan lainnya.

Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan kompetisi dalam dunia industri akan memberikan perhatian penuh pada kualitas. Perhatian penuh pada kualitas akan memberikan dampak positif kepada bisnis melalui dua cara, yaitu : dampak terhadap biaya produksi dan dampak terhadap pendapatan (Gaspersz, 1997 : 4).

Dalam suatu perusahaan tujuan awal adalah meraih keberhasilan yang berdampak pada kemajuan suatu perusahaan. Salah satu ukuran keberhasilan kinerja individu, organisasi atau perusahaan terletak pada produktivitasnya. Apabila produktivitasnya tinggi atau bertambah, maka suatu organisasi atau perusahaan tersebut bisa dikatakan berhasil. Apabila lebih rendah dari standar atau menurun, bisa dinyatakan tidak atau kurang berhasil (Wibowo, 2007: 109).

Tiap perusahaan akan mengukur produktivitas dan mutu berdasarkan keunikan tujuan dan sasarannya. Sebagai contoh, suatu perusahaan akan lebih fokus pada upaya-upaya pengembangan pangsa pasar sementara yang lain mungkin fokus pada pengurangan derajad kerusakan produk. Selain itu, mungkin ada pula yang akan memperbaiki dalam hal cara produksi, sedang yang lain fokus pada mengembangkan pemasaran hasil. Perusahaan atau suatu wirausahawan yang sukses harus memiliki kemampuan dalam meningkatkan mutu dan produktivitas, apabila produktivitasnya tinggi mencapai produktivitas yang tinggi sumber daya manusia harus mampu bekerja atau mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis.

Untuk merancang suatu program perbaikan efektivitas keorganisasian, perusahaan pertama kali harus menentukan sesuatu yang terjadi secara faktual apakah dalam hal produktivitas atau mutu produk. Ukuran  dari kriteria kunci suatu mutu adalah syarat pokok untuk menilai suatu proses perbaikan. Intervensi produktivitas atau mutu seharusnya tidak diinisiasi tanpa  adanya kriteria  kunci ukuran yang handal dan absah.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penyusun dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1.      Apa pengertian, makna dan ruang lingkup manajemen mutu ?

2.      Apa pengertian dan dimensi produktivitas ?

3.      Bagaimana kaitan manajemen mutu dengan produktivitas kerja ?

 

C.     Tujuan Penulisan

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh penyusun dari beberapa masalah yang telah dirumuskan :

1.      Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia;

2.      Untuk mengetahui dan memahami  pengertian dan  ruang lingkup manajemen mutu;

3.      Untuk mengetahui dan memahami pengertian dan dimensi produktivitas;

4.      Memberikan informasi kepada pembaca tentang kaitan manajemen mutu dan produktivitas kerja.

 

D.    Metode Penulisan

Penyusunan makalah ini menggunakan metode pengumpulan  data-data yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas di makalah ini. Data-data tersebut terdiri dari buku, internet atau sumber lainnya

E.     Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan  dalam penyusunan makalah ini yaitu:

1.      Pendahuluan yaitu terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan  penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

2.      Pembahasan yaitu membahas pengertian, makna, dan ruang lingkup manajemen mutu, pengertian dan dimensi produktivitas kerja, dan kaitan manajemen  mutu dengan produktivitas kerja.

3.      Penutup yaitu bagian akhir yang diambil dari keseluruhan topik manajemen mutu dan  produktivitaskerja.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian, Makna dan Ruang Lingkup Manajemen Mutu

1.    Pengertian Mutu

Mutu ialah tingkat kesempurnaan dalam produk, pelayanan penjualan, dan pelayanan purna jual. Hansen dan Mowen (1997) menjelaskan bahwa mutu ialah kepuasan pelanggan dalam delapan dimensi:

1.      Kinerja (performance). Kinerja adalah tingkat konsistensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk. Kinerja jasa terdiri dari : daya tanggap (responsiveness), kepastian atau jaminan (assurance), dan empati (empathy). Daya tanggap ialah keinginan untuk membantu pelanggan dan menyediakan pelayanan yang konsisten dan bersifat segera. Kepastian atau jaminan berkaitan dengan pengetahuan dan keramahan karyawan serta kemampuan mereka membangun kepercayaan dan keyakinan pelanggan. Empati berarti pemberian perhatian kepada pelanggan.

2.      Estetika (aesthetics), estetika ialah penampilan wujud produk yaitu gaya, keindahan, penampilan fasilitas, peralatan, personalia, dan materi komunikasi yang berkaitan dengan jasa.

3.      Kemudahan perawatan dan perbaikan (serviceability), kemudahan perawatan dan perbaikan berkaitan dengan tingkat kemudahan merawat dan memperbaiki produk.

4.      Keunikan (features), keunikan (mutu desain) adalah karakteristik produk yang berbeda secara fungsional dari produk-produk sejenis.

5.      Reliabilitas (reliability), reliabilitas adalah probabilitas produk atau jasa menjalankan fungsinya dalam jangka waktu tertentu.

6.      Durabilitas (durability), durabilitas ialah umur manfaat dari fungsi produk.

7.      Tingkat kesesuaian (quality of conformance), tingkat kesesuaian ialah ukuran mengenai apakah sebuah produk atau jasa telah memenuhi spesifikasinya.

8.      Pemanfaatan (fitness for use), pemanfaatan ialah kecocokan dari sebuah produk menjalankan fungsinya sebagaimana yang diiklankan.

Terdapat dua pandangan tentang mutu :

1)      Pandangan Tradisional : mutu produk, mutu pelayanan penjualan dan mutu pelayanan purna jual  boleh kurang dengan presentase tertentu dari mutu yang telah ditentukan, boleh ada produk cacat dan pelayanan cacat.

2)      Pandangan Kontemporer : mutu produk, mutu pelayanan penjualan dan mutu pelayanan purna jual tidak boleh kurang dengan presentase tertentu dari mutu yang telah ditentukan, produk cacat harus nol dan pelayanan cacat harus nol. Dalam hal ini manajer harys bertindak sebagai pengendali mutu total berdasar “Manajemen Mutu Total

Perusahaan yang bermutu memproduksi produksi tanpa cacat. Produk cacat  adalah produk yang tidak sesuai dengan spesifikasinya. Cacat nol (zero defect) berarti semua produk yang diproduksi sesuai dengan spesifikasinya. Terdapat dua pandangan tentang produk cacat yaitu :

1)      Pandangan Tradisional : terdapat rentang nilai yang bisa diterima bagi setiap karakteristik spesifikasi atau mutu, ada variasi produk cacat.

2)      Pandangan mutu kaku : mengejar nilai target setiap saat, tanpa cacat.

Perusahaan harus meningkatkan dan memperbaiki mutu, maka ia akan semakin kompetitif. Oleh sebab itu semua level manajer harus :

1)      Memfokuskan perhatian pada mutu dalam mepertahanakan daya saingnya.

2)      Mengendalikan berbagai biaya mutu untuk meningkatkan profitabilitas dan untuk lebih kompetitif.

3)      Bekerja sama yang baik dengan para pemasok meningkatkan dan memperbaiki mutu barang yang dipasok. Pemasok harus dijadikan partner bisnis bukan pihak yang dieksploitasi.[1]

2.      Ruang Lingkup Manajemen Mutu

Pengendalian mutu adalah kegiatan terpadu mulai dari pengendalian standar mutu bahan, standar proses produksi, barang setengah jadi, barang jadi, sampai standar pengiriman produk akhir ke konsumen agar barang atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi mutu yang direncanakan.

Berbagai tingkat pengawasan standar mutu tersebut harus ditentukan lebih dahulu sesuai dengan standar mutu yang direncanakan. Bertolak dari standar mutu barang, dapat ditentukan hal-hal sebagai berikut.

a)      Standar mutu bahan baku yang akan digunakan.

b)      Standar mutu proses produksi (mesin dan tenaga kerja yang melaksanakan).

c)      Standar mutu barang setengah jadi.

d)     Standar mutu barang jadi.

e)      Standar administrasi, pengepakan, dan pengiriman produk akhir tersebut sampai ke tangan konsumen.

Misalnya, seorang produsen lemari buku sebelum membuat lemari tersebut, ia akan menentukan dulu ukuran, bahan kayu, warna pelitur, dan mutu pelitur yang akan digunakan. Dengan perkataan lain, ahli rancangnya akan terlebih dahulu membuat desain (rancang bangun) lemari buku. Lalu bahan kayu yang akan digunakan ditentukan: kayu jati atau kayu kamper (borneo). Setelah itu, ia akan menentukan jumlah kebutuhan kayu, paku, dan pelitur (cat) sesuai dengan keperluan. Waktu membeli bahan tersebut akan dilakukan pemeriksaan mutu kayu dan pelitur (cat) agar sesuai dengan kebutuhan standar mutu lemari.

Selanjuthya ia akan menentukan siapa yang akan melakukan penyerutan, pemotongan, dan penggergajian kayu. Lalu kegiatan memulai pembuatan lemari tersebut dengan membuat potongan-potongan kayu dan potongan papan sesuai dengan mutu lemari yang direncanakan. Kemudian, potongan kayu dan papan dirakit satu sama lain sehingga menjadi bentuk lemari kayu yang diharapkan.


Tahap proses akhir pun merupakan hal penting dalam pengawasan mutu, yakni memelitur kayu atau mengecat kayu. Bila salah memilih atau salah mengecat dapat mengakibatkan lemari buku tersebut hasilnya tidak sesuai dengan rencana. Berarti walaupun ukurannya benar, tetapi bila penampilan jelek akan dinilai bermutu jelek pula.

Demikian pula pengiriman lemari buku ke konsumen atau pemesan, harus dilakukan secara hati-hati dan cermat agar tidak cacat selama dalam perjalanan. Sekilas telah dibahas tentang proses dan pengertian mutu, sesuai dengan DAP (diagram alur proses) yang telah diterangkan dalam bab sebelumnya.

Hal yang perlu diperhatikan di sini bahwa keadaan atau bahan dan proses produksi harus sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Bila dalam tahap proses kegiatan terdapat hasil pekerjaan yang menyimpang, harus cepat diperbaiki sebagai tindakan koreksi. Bila tindakan tersebut secara tegas dilaksanakan maka mutu barang yang dihasilkan akan sesuai dengan standar yang direncanakan. Secara umum pengendalian atau pengawasan mutu terpadu dalam suatu perusahaan manufaktur dilakukan secara bertahap sebagai berikut.

a)      Pemeriksaan dan pengawasan kualitas bahan mentah (bahan baku, bahan baku penolong, dan sebagainya).

b)      Pemeriksaan atas produk sebagai hasil proses pembuatan. Hal ini berlaku untuk barang setengah jadi maupun barang jadi.

c)      Pemeriksaan cars pengepakan dan pengiriman barang ke konsumen.

d)     Mesin, tenaga kerja, dan fasilitas lain yang dipakai dalam proses produksi harus juga diawasi sesuai dengan standar kebutuhan.

Jadi, secara keseluruhan tahap pengendalian mutu meliputi hal-hal sebagai berikut.

a)      Pemeriksaan mutu bahan baku, mutu bahan dalam proses, dan mutu produk jadi. Demikian pula standar jumlah dan komposisinya.

b)      Pemeriksaan yang dilakukan tersebut memberi gambaran apakah proses produksi berjalan seperti yang telah ditetapkan atau tidak.

c)      Melakukan analisis fakta untuk mengetahui penyimpangan yang mungkin teijadi.

d)     Apabila terjadi penyimpangan, harus segera dilakukan koreksi agar produk yang dihasilkan memenuhi standar yang direncanakan.

Secara umum pengawasan mutu dapat digambarkan sebagai suatu kegiatan inspeksi bertahap dari mulai mengamati lalu mengumpulkan fakta, kemudian melakukan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan.

Hal ini perlu dilaksanakan untuk mencapai dan memperiahankan mutu produk yang telah ditetapkan. Jadi, pada hakikatnya pengertian pengawasan mutu adalah usaha mencegah terjadinya penyimpangan atau kerusakan. Bila timbul penyimpangan atau kerusakan mutu maka akan diambil tindakan koreksi untuk mencegah timbulnya kembali penyimpangan tersebut. Misalnya, bila standar ukuran jari-jari sepeda 30 cm, berarti produk jari-jari tersebut harus berukuran 30 cm pula, tidak boleh 29 cm atau 31 cm.          

B.     Pengertian dan Dimensi Produktivitas Kerja

1.      PengertianProduktivitas Kerja

Produktivitas berasal dari kata “produktiv” artinya sesuatu yang mengandung potensi untuk digali, sehingga produktivitas dapatlah dikatakan sesuatu proses kegitan yang terstruktur guna menggali potensi yang ada dalam sebuah komoditi/objek. Filosofi produktivitas sebenarnya dapat mengandung arti keinginan dan usaha dari setiap manusia (individu atau kelompok) untuk selalu meningkatkan mutu kehidupannya dan penghidupannya.

Produktivitas secara umum diartikan sebagai hubungan antara keluaran (barang-barangataujasa) dengan masukan (tenaga kerja, bahan, uang). Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan. Masukan sering dibatasi dengan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik, bentuk dan nilai.

Menurut Melayu S.P. Hasibuan (1996:126) Produktivitas adalah perbandingan antara output (hasil) dengan input (masukan). Jika Produktivitas naik ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi (waktu-bahan-tenaga) dan sisitem kerja, teknik produksi dan adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya.[2]

Laeham dan Wexley, seperti yang dikutip oleh sedarmayanti (2001:65) menyatakan bahwa produktivitas kerja  bukan semata-mata ditujukan untuk mendapatkan hasil kerja sebanyak-banyaknya, melainkan kualitas untuk kerja juga penting diperhatikan.

            Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, jelas bahwa produktivitas merupakan perbandingan antara hasil kerja dengan bahan, waktu, dan tenaga yang digunakan dalam memproduksi barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber yang ada  secara efektif dan efisien, tetapi tetap menjaga mutu barang atau jasa yang dihasilkan.

Produktivitas kerja merupakan sikap mental. Sikap mental yang selalu mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada. Suatu keyakinan bahwa seseorang dapat melakukan pekerjaan lebih baik hari ini dari pada hari kemarin dan hari esok lebih baik hari ini. Sikap yang demikian akan mendorong seseorang untuk tidak cepat merasa puas, akan tetapi harus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja dengan cara selalu mencari perbaikan-perbaikan dan peningkatan.

2.      Dimensi Produktivitas Kerja

Menurut George J. Washin, produktivitas mengandung dua konsep utama, yaitu efisiensi dan efektivitas. Efisiensi mengukur tingkat sumber daya baik manusia, keuangan, maupun alam yang dibutuhkan untuk memenuhi tingkat pelayanan yang dikehendaki, efektivitas mengukur hasil mutu pelayanan yang dicapai.[3]

            Umar Husein (2004:9), mengemukakan dua dimensi produktivitas sebagai berikut:

“Produktivitas mengimplikasikan dua dimensi, yakni efektivitas dan efisiensi. Pengertian efektivitas itu sendiri adalah “doing the right thing”. Melaksanakan  sesuatu yang benar dalam memenuhi kebutuhan organisasi berkaitan dengan pencapaian unjuk kerja yang maksimal, dalam arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Sedangkan dimensi kedua yaitu efisiensi adalah: “doing things right”. Melakukan yang benar dengan proses yang benar berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. Untuk itu, produktivitas biasanya dicapai melalui efektivitas pencapaian tujuan dan efisiensi penggunaan sumber daya”.

Efisiensi adalah ukuran yang menunjukan bagaimana baiknya sumber-sumber daya yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output. Efisiensi merupakan karakteristik proses yang mengukur performansi actual dari sumberdaya relative terhadap standar yang ditetapkan.

Perbedaanproduktivitas dengan efektivitas dan efisiensi adalah bahwa produktivitas merupakan ukuran tingkat efisiensi dan efektivitas  dari setiap sumber yang digunakan selama produksi berlangsung dengan membandingkan antara jumlah yang dihasilkan  (output) dengan masukan dari  setiap sumber yang dipergunakan atau seluruh sumber (input).

Tinggi rendahnya efisiensi ditentukan oleh nilai input dan output, sedangkan tinggi rendahnya nilai efektivitas ditentukan oleh pencapaian target. Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan input yang direncanakan dengan input yang sebenarnya. Apabila input yang sebenarnya digunakan semakin besar penghematannya, maka tingkat efisiensi semakin tinggi. Tetapi semakin kecil input yang dapat dihematakan semakin rendah tingkat efisiensinya. Efektivitas merupakan ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat dicapai.

Pada dasarnya peningkatan produktivitas menggunakan pendekatan system yang berfokus pada perbaikan terus-menerus terhadap kualitas, efektivitas pencapaian tujuan, dan efisiensi penggunaan sumber-sumber daya dari perusahaan.

·         Faktor-FaktorYang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

      Setiap perusahaan berkeinginan agar tenaga kerja yang dimiliki mampu meningkatkan produktivitas yang tinggi.Ada beberapa Faktor yang dapat memengaruhi produktivitas kerja karyawan, yaitu :

1)      Pelatihan

Latihan kerja dimaksudkan untuk melengkapi karyawan dengan keterampilan dan cara-cara yang tepat untuk menggunakan peralatan kerja. Untuk itu, latihan kerja diperlukan bukan saja sebagai pelengkap akan tetapi sekaligus untuk memberikan dasar-dasar pengetahuan. Karena dengan latihan berarti para karyawan belajar untuk mengerjakan sesuatu dengan benar-benar dan tepat, serta dapat memperkecil atau meninggalkan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan.

2)      Mental dan kemampuan fisik karyawan

Keadaan mental dan fisik karyawan merupakan hal yang sangat penting untuk menjadi perhatian bagi organisasi, sebab keadaan fisik dan mental karyawan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan produktivitas kerja karyawan.

3)      Hubunganantara atasan dan bawahan

Hubungan atasan dan bawahan akan memengaruhi kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Bagaimana pandangan atasan terhadap bawahan, sejauh mana bawahan diikutsertakan dalam penentuan tujuan. Sikap yang saling jalin-menjalin telah mampu meningkatkan produktivitas karyawan dalam bekerja. Dengan demikian jika karyawan diperlakukan secara baik, maka karyawan tersebut akan berpartisipasi dengan baik pula dalam proses produksi, sehingga akan berpengaruh pada tingkat produktivitas kerja.[4]

·         Indikator Produktivitas

Produktivitas merupakan hal yang sangat penting bagi para karyawan yang ada di perusahaan. Dengan adanya produktivitas kerja diharapkan pekerjaan yang akan terlaksana secara efisien dan efektif, sehingga ini semua akhirnya sangat diperlukan dalam pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan. Untuk mengukur produktivitas kerja, diperlukan suatu indicator sebagaiberikut :

a)      Kemampuan

Mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas. Kemampuanseorang karyawan sangat tergantung pada keterampilan yang dimiliki serta profesionalis memereka dalam bekerja. Ini memberikan daya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diembannya kepada mereka.

b)      Meningkatkan hasil yang dicapai

Berusaha untuk meningkatkan hasil yang dicapai. Hasil merupakan salah satu yang dapat dirasakan baik oleh yang mengerjakan maupun menikmati hasil pekerjaan tersebut. Jadi upaya untuk memanfaatkan produktivitas kerja bagi masing-masing yang terlibat dalam suatu pekerjaan.

c)      Semangat kerja

Ini merupakan usaha untuk lebih baik dari hari kemarin. Indikator ini dapat dilihat dari etos kerja dan hasil yang dicapai dalam satu hari kemudian dibandingkan dengan hari  sebelumnya.

d)     Pengembangandiri

Senantiasa mengembangkan diri untuk meningkatkan kemampuan kerja. Pengembangan diri dapat dilakukan dengan melihat tantangan dan harapan dengan apa yang akan dihadapi. Sebab semakin kuat tantangannya, pengembangan diri mutlak dilakukan. Begitu juga harapan untuk menjadi lebih baik pada gilirannya akan sangat berdampak pada keinginan karyawan untuk meningkatkan kemampuan.

e)      Mutu

Selalu berusaha untuk meningkatkan mutu lebih baik dari yang telah lalu. Mutu merupakan hasil pekerjaan yang dapat menunjukan kualitas kerja seorang pegawai. Jadi meningkatkan mutu bertujuan untuk memberikan hasil yang terbaik yang pada gilirannya akan sangat berguna bagi perusahaan dan dirinya sendiri.

f)       Efisiensi

Perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan. Masukan dan keluaran merupakan aspek produktivitas yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi karyawan.[5]

C.     Kaitan Manajemen Mutu dengan Produktivitas Kerja

Mutu ialah kepuasan pelanggan. Produktivitas ialah output dibagi input atau efektivitas dibagi efisiensi. Semua karyawan harus mengenal teori mutu dan produtivitas, karena mereka adalah pihak yang menciptakan barang dagangan untuk pasar (pelanggan) melalui kerja yang efektiv dan efisiensi.

Untuk menigkatkan mutu dan produktivitas, tim kerja harus berdiskusi minimum satu jam setiap mingggu untuk memecahkan masalah yang dihadapi dan untuk merencanakan kerja waktu mendatang. Dalam diskusi itu bias dipandu oleh konsultan, auditor, dan pengendali mutu. Dalam diskusi itu setiap masalah yang dihadapi harus di analisis, dan dicarikan jalan pemecahannya.

Manajer harus bertindak sebagai penanggungjawab mutu, mulai dari mutu SDM, mutu material, mutu alat produksi, mutu proses bisnis internal, dan mutu proses bisnis eksternal. Ia harus bertanggungjawab mutu mulai daripra-proses, proses, sampai kepuasan pelanggan. Paradigma ini dikenal dengan manajemen mutu terpadu (total quality management atau TQM). Yang dimaksud mutu terpadu ialah mutu karyawan, pemasok, kreditur, proses bisnis internal, dan bisnis eksternal (pelayanan purna jual). Keputusan harus dibuat secara demokratis dari bawah keatas, keputusan atas harus dipatuhi karena hasil daribawah.

Jika terjadi kesalahan harus diperbaiki jika mungkin, jika tidak mugkin harus diadakan penataan ulang roses (rekayasa ulang) untuk perbaikan terus-menerus agar biaya dapat direduksi, mutu dapat ditingkatkan, dan kecepatan proses bisnis 

BAB III

PENUTUP

A.     Kesimpulan

1.      Mutu ialah tingkat kesempurnaan dalam produk, pelayanan penjualan, dan pelayanan purna jual.

2.      Ruang lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia menjadi suatu proses sistematik untuk membawa perubahan yang diinginkan dalam perilaku karyawan dengan melibatkan hal-hal berikut ini :

a)      Perencanaan Sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh Organisasi atau Perusahaan (Human Resource Planning)

b)      Menganalisi Jabatan dan Pekerjaan

c)      Perekrutan dan penyeleksian karyawan

d)     Memperkenalkan Latar Belakang perusahaan, Budaya Organisasi Perusahaan,

e)      Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia dalam organisasi

f)       Penilaian prestasi dan kinerja karyawan

g)      Perencanaan dan Pemberian Kompensasi atau upah

h)      Memotivasi Karyawan

i)        Menjaga hubungan dan melakukan komunikasi dengan serikat

3.      Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan. Masukan sering dibatasi dengan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik, bentuk dan nilai.

4.      Mutu ialah kepuasan pelanggan. Produktivitas ialah output dibagi input atau efektivitas dibagi efisiensi. Semua karyawan harus mengenal teori mutu dan produtivitas, karena mereka adalah pihak yang menciptakan barang dagangan untuk pasar (pelanggan) melalui kerja yang efektiv dan efisiensi.

DAFTAR PUSTAKA

Darsono P, Tjatjuksiswandoko, 2011. manajemensumberdayamanusiaabad 21.jakarta :nusantara consulting.

EdySutrisno, 2015. ManajemenSumberDayaManusia, Jakarta : Kencana

Mila Badriyah, 2015. ManajemenSumberDayaManusia, Bandung :PustakaSetia

Melayu S.P Hasibuan, 1996. Organisasi Dan Motivasi, DasarPeningakatanProduktivitas, Jakarta: BumiAksra Putra

Kho, Budi. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia (Msdm) dan Ruang Lingkupnya, diakses dari,http://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-manajemen-sumber-daya-manusia-msdm-ruang-lingkup-msdm/. Akses pada 17 Juni 2016

                                                              

 

 



[1] Darsono p, tjatjuksiswandoko,manajemensumberdayamanusiaabad 21(JAKARTA : nusantara consulting,2011), hlm.48

[2]Melayu S.P Hasibuan, Organisasi Dan Motivasi, DasarPeningakatanProduktivitas, Jakarta: BumiAksra Putra,1996,hml 126.

[3]Mila Badriyah, ManajemenSumberDayaManusia, (Bandung :PustakaSetia), 2015, hlm : 184.

[4] Edy Sutrisno, ManajemenSumberDayaManusia, (Jakarta : Kencana), cet 7, 2015, hlm 103

[5]Ibid,hlm 105

[6]Darsono p, tjatjuksiswandoko,manajemensumberdayamanusiaabad 21(JAKARTA : nusantara consulting,2011), hlm.48-49.